
Nenekku lahir tahun 1900 di Hokkien, Tiongkok. Dia ikut merantau dengan suaminya ke Hindia Belanda jauh sebelum Indonesia merdeka tahun 1945. Walaupun selalu berbahaasa Melayu (Indonesia) namun bahasa Indonesianya lucu bin ajaib.
Saat pulang kampung tahun 1985, nenekku minta dibonceng ke pajak (pasar) untuk belanja. Saat nenekku menawar harga kepiting, si tukang kepiting berteriak tanpa tedeng aling-aling pada nenekku, “Lu gilah!”
Saat nenekku diam saja, si tukang kepiting kembali berteriak, “Ama (nenek) lu gilah … mana bisa cuan… lu gilah!” Nenekku lalu menyebutkan sebuah harga dan berkata, “Mula sikit bo lu gilah! Mura sedikit tidak rugi lah!”
Awalnya aku berpikir bahwa si tukang kepiting itu memang sengaja mengejek nenekku dengan berlagak berlogat Tiongkok. Namun ternyata dia hanya mengulangi apa yang dikatakan oleh nenekku dan orang-orang Tiongkok lainnya. “Lu gilah!” artinya “Rugilah!”
Kerabatku sekalian, “Lu gilah!” bukan “Lu Gila!” Hati-hati! Jangan salah duga! Jangan salah kata!
LU GILAH
LU GILAH
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221214125254-4-396813/tragis-megaproyek-jadi-kota-hantu-65-juta-properti-kosong
Om bengcu hai hai
Sehat sehat …. Sudah sekian lama zaman kuliah buka blog sampe sekarang punya anak 2 masi aktif nulis…sempet beli buku nya juga… mantap Om
Lu gilah artinya sia gelo memang nenek sia gelo alias sakit jiwa . Bikin tukang kepiting rugi .. pembeli model gini sinting alias gelo.