Tionghoa Harus Tahu Malu


May be an image of 2 people

Abigail yulie sahabatku, Di Tiongkok kuno tidak ada HARGA diri karena yang ada adalah TAHU MALU (kěchǐ 可恥 – Hokkien: KIANSIAU) dan BAKTI (Xiào 孝 – hau) berdasarkan Kesusilaan (Lǐ 禮).

Itu sebabnya MERANGSEK orang yang tidak MENCINTAI kita lagi hanya dilakukan oleh mereka yang wú kěchǐ 無 可恥 (bo kiansiau) artinya TIDAK PUNYA MALU.

Makanya perilaku ibu yang keliling dunia maya MERANGSEK orang yang tidak MENCINTAI anaknya lagi disebut Zuò kěchǐ 做 可恥 – BIKIN MALU.

MEMBELA ANAKNYA dengan BIKIN MALU sama dengan MEMPERMALUKAN ANAK sendiri dan mempermalukan LELUHUR-nya. Perilaku demikian disebut wúxiào 無孝 artinya TIDAK BERBAKTI.

Orangnya sudah tidak mencintai lagi, PERCUMA memaksanya. Bukankah menggaruk-garuk kebusukannya sama dengan menggali bangkai anak sendiri? Kalau memang kebelet menggaruk lebih baik GARUK ASPAL saja dech.

Bertemu setelah tidak mencintai lagi hanya menambah PERIH karena anakmu akan bertanya, “KENAPA?” dan bila dia tunjukkan ALASAN maka itu hanya menambah LUKA.

Jangan bikin MALU seolah tanpa dia hidup anakmu hanya NERAKA. Itu sama dengan MENGHINA anakmu bo lo iong, tidak berguna lagi kare BOI IONG, nggak bisa dipake lagi.

Dia hanya memutuskan hubungan CINTA. Bukankah hubungan itu dimulai dengan tidak saling mengenal? Setelah tidak mencintai lagi dimulai dengan tidak saling mengenal dulu baru kemudian pelan-pelan berteman lagi.

Daripada bicara cinta asmara lebih baik saya bicara tentang cinta negara saja deh. ha ha ha ….

Tahun 1740 orang Belanda mengagul-agulkan dirinya yang paling SAKTI di dunia lalu membunuhi orang-orang Tionghoa di Batavia seenak jidatnya sambil mengejek “Ternyata CINA-CINA itu nggak becus melindungi anaknya yang dibunuh dan istrinya yang diperkosa!”

Dengan bambu runcing dan panah serta pedang serta golok orang-orang Cina bergerak memberi PELAJARAN kepada orang-orang Belanda BIADAB itu atas IZIN raja Jawa.
Tiga tahun kemudian, Raja Jawa yang berkuasa berbalik hatinya maka GERAKAN itu langsung berhenti dan dilupakan begitu saja.

Belanda mengklaim MENANG dan sejarah Indonesia mencatat Tionghoa bukan hanya KEOK namun KAPOK. Itu sebabnya sejak itu orang cina nusantara tidak BERANI memberontak lagi. Benarkah demikian?

TIDAK.

Cina Nusantara tidak memberontak namun dibantu oleh Raja Jawa mereka memberi pelajaran kepada orang-orang BELANDA agar menghormati orang-orang Tionghoa.

Itu sebabnya yang terjadi adalah TIGA tahun Cina Nusantara BERKABUNG sambil menunjukkan kepada dunia bahwa “KAMI bukan PENGECUT.”

Namun kami juga bukan PEMBERONTAK itu sebabnya ketika RAJA JAWA bertitah HENTIKAN maka Tionghoa pun MELETAKKAN senjata.

Ketika di dzolimi Orde Lama pada jaman PP 10 di mana orang-orang Tionghoa hanya boleh berdagang di ibu kota KECAMATAN dan Provinsi, adakah Tionghoa yang angkat SENJATA? Tidak ada. Bukan karena PENGECUT namun karena INDONESIA TANAH AIR BETA.

Karena TAHU MALU tidak diinginkan oleh REZIM yang berkuasa itu sebabnya alih-alih angkat senjata yang dilakukan generasi itu hanya MENUNJUKKAN ke seluruh dunia bahwa TIONGHOA ada dan kami tidak menunduk MALU waktu menyembah Tiān 天 – langit yang maha tinggi lalu memberi hormat kepada Dì 地 – bumi yang maha rendah dan berdiri sama rendah dengan hormat kepada leluhur kami.

Saat Orde Baru dan Soeharto mendzolimi lewat Inpres No 14 tahun 1967, apakah orang Tionghoa angkat senjata? Tidak ada.

Selama bertahun-tahun DIEJEK minoritas, adakah Tionghoa yang BERTERIAK, “Setelah Jawa dan Sunda Tionghoa adalah suku KETIGA paling banyak di Indonesia”? Tidak ada.

Saat dihina hanya BENALU di Indonesia, pernahkah Tionghoa BERTERIAK penuh HARGA diri, “80% perekonomian Indonesia dimiliki Tionghoa?” Tidak ada!

Karena TAHU MALU tidak diinginkan oleh REZIM yang berkuasa maka, alih-alih angkat senjata Tionghoa BEKERJA lebih keras lagi untuk membuktikan kepada dunia bahwa walaupun BEKERJA dan HIDUP HEMAT itu SEMUA bukan untuk diri sendiri saja namun untuk NKRI.

Dengan cara itulah Tionghoa BERBAKTI – Xiào 孝.

Ada aturannya, ada kesusilaannya, jangan bikin malu, berbaktilah! Kalau sudah tidak dicintai lagi, silahkan membina diri saja dan tunjukkan bahwa aku baik-baik saja. Melampiaskan angkara murka hanya menambah runyam.

3 thoughts on “Tionghoa Harus Tahu Malu

  1. Benarkah suku tionghua adalah suku terbanyak ke 3 di indonesia?
    Sy malah baru tau ,

  2. Karena yg sy tau suku tionghua suku ke 15 terbanyak atau sekitar 1%an penduduk indonesia

    Ngga tau deh bener ap ngga

  3. 1740 belanda membunuhi tionghua? Spesifik memang hanya membunuhi tionghua?
    Menurut sejarah bukankah dari abad 19-20 juga terjadi migrasi besar tionghua ke hindia belanda? dan itu berarti pada saat pemerintahan kolonial belanda

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.