Walaupun kita mengakuinya sebagai kearifan lokal Nusantara sejak purbakala namun GOTONG ROYONG bukan istilah asli Nusantara. Tanya, “Kenapa?” Karena itu terjemahan literal “Ko tonglo yong” dalam bahasa Hokkien.
Dalam bahasa Hokkien, istilah “ko tonglo yong,” dalam bahasa mandirin “gòng tónglù yòng 共 同路 用,” artinya masing-masing memberi sumbangsih hal yang berguna untuk kepentingan bersama.
Menurut KBBI, “gotong royong,” artinya bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu). Pertanyaannya adalah: Apa arti kata “gotong,”? Tidak ada kata, “gotong,” dalam KBBI. Lalu apa pula arti kata, “royong,”? Tidak ada kata “royong,” dalam KBBI. Yang ada adalah kata MENGGOTONG yang memiliki dua arti yaitu: 1. bawa bersama-sama. 2. bayar utang mendiang secara bersama-sama.
Berdasarkan kejanggalan-kejanggalannya saya langsung tahu bahwa gotong royong bukan istilah asli Nusantara kerena tidak ada istilah tersebut dalam bahasa-bahasa daerah Nusantara.
Kalau begitu dari mana istilah tersebut berasal? Dari bahasa Hokkien. Kedua istilah ini masih dipakai oleh orang-orang Tionghoa sampai hari ini: “Ko tong,” artinya ikut urunan. “Ko tonglo yong,” artinya masing-masing memberi sumbangsih hal yang berguna untuk kepentingan bersama.
Apabila kita membandingkan: Menurut KBBI, menggotong artinya bayar utang mendiang secara bersama-sama. Menurut bahasa Hokkien, kotong artinya ikut urunan. Jelas sekali bahwa GOTONG adalah terjemahan literal kata Hokkien KOTONG yang artinya urunan alias bayar utang mendiang secara bersama-sama.
KERJA BAKTI adalah istilah yang diciptakan oleh Pemerintah Orde Baru untuk memaksa tahanan politik G30S PKI bekerja tanpa gaji antara tahun 1965-1970. Dalam surat edaran militer dan pemerintah dikatakan, “Para tahanan politik dipekerjakan di rumah perwira dan di tempat lain agar mereka bisa bergaul dengan orang lain yang berasal bukan dari keluarga tahanan politik.”
Dalam bahasa Hokkien, Kang (gōng 工) artinya kerja. Lang (rén 人) artinya orang. Kanglang (gōngrén 工人) artinya pekerja. Tui (tuī 推) artinya mengejar. Tui kanglang (tuī gōngrén 推工人) artinya mengejar pekerja. Orang Hokkien suka menyingkat kalimat, itu sebabnya kata Tui kanglang pun disingkat menjadi TUIKANG. Karena banyak pekerjanya yang non Tionghoa itu sebabnya kata TUIKANG pun berubah menjadi kata TUKANG.
LOCUI (Lùshuǐ 路水) dalam bahasa Hokkien, artinya jalan dan air. Itu adalah istilah yang dipakai oleh orang-orang Hokkien untuk menyebut pemborong alias kontraktor sipil. Nampaknya, saat Jan Pieterszoon Coen Gubernur Jenderal VOC keempat (1587-1629) menggunakan jasa Souw Beng Kong untuk membangun Batavia maka istilah LOCUI pun digunakan oleh orang-orang Hokkien Nusantara.
Sejarah mencatat bahwa HERMAN Willem Daendels menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda selama tiga tahun (1808-1811). Dalam tahun pertama pemerintahannya (1808-1809), Daendels membangun jalan dari Anyer ke Panarukan yang jauhnya 1100 km. Luar biasa.
Sastrawan Pramoedya Ananta Toer, dalam bukunya, ”Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” yang telah dia tulis tahun 1995 namun baru diterbitkan tahun 2005 menuturkan bahwa menurut sumber Inggris, pembangunan jalan Anyer-Panarukan menelan korban 12.000 orang. Menurut Pram, itu adalah genosida alias pembunuhan masal.
Ketika seorang teman mengajak saya diskusi tentang klaim sumber Inggris di atas, pertanyaan saya adalah, “Siapa yang terbunuh? Orang Cina atau INLANDER?” Menurut temanku yang mati mustahil CINA karena Daendels memaksa para penguasa Jawa dan Sunda untuk mengerahkan rakyatnya kerja RODI (Belanda: heerendiensten – kerja tanpa upah) membangun jalan.
Berdasarkan buku ”Jalan Raya Pos, Jalan Daendels” dapat disimpulkan bahwa awalnya Pemerintah Hindia Belanda membangun jalan sendiri dengan kontraktor orang Cina. Hanya kontraktor dengan pekerja Cinalah yang mampu mengerjakan proyek sebesar itu. Para insinyur Belanda terlibat dalam pekerjaan tersebut, itu sebabnya mereka mencatat harga tenaga kerja secara detail. Namun kenapa data-datanya lalu menghilang walaupun pekerjaannya jalan terus?
Karena ternyata Daendels membangun jalan TOL. Para penguasa Sunda dan Jawa disuruhnya menyediakan lahan sementara para kontraktor Cina membangun jalannya. Setelah jalannya selesai para pemakai jalan harus membayar pajak (Tol) kapada orang Cina. Itu sebabnya sejarah mencatat kisah orang Cina digebukin penguasa setempat karena menarik pajak JALAN. Ha ha ha ..
Lalu apa hubungan jalan Daendels dengan RODI? Tidak ada hubungannya. Para penyusun sejarah kemerdekaan Indonesia saja yang kutak-katik biar ngait supaya anak-anak muda Indonesia membenci bangsa penjajah.
LOTAO (lùtú 路途) artinya jalan besar (raya) dalam bahasa Hokkien. Pekerjaan membangun jalan dan saluran air namanya LOCUI (Lùshuǐ 路水). Bagaimana dengan pekerjaan membangun jalan kereta api? Dalam bahasa Hokkien, jalan kereta api disebut Loti (Lùtiě 路鐵) artinya jalan besi.
Jalan kereta api pertama di Hindia Belanda dibangun 17 Juni 1864 jurusan Solo Yogyakarta. Yang kedua 8 April 1875 jurusan Surabaya-Pasuruan-Malang. Pekerja kereta api disebut pekerja LOTI. Karena banyak mempekerjakan orang non Tionghoa itu sebabnya mereka pikir istilah yang benar adalah RODI namun karena orang Tionghoa tidak bisa mengucapkan huruf “R,” itu sebabnya mereka bilang LOTI.
Karena tidak mengerti sejarah kata RODI dengan benar, itu sebabnya di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), RODI artinya kewajiban bekerja (seperti memperbaiki jalan) tidak dengan upah; kerja paksa.
Handai taulanku sekalian, kita tahu kebenaran TIGA: TIGA menit tidak bernafas, mati. TIGA hari tanpa minum, mati. TIGA puluh hari tanpa makan, mati.
Kerja tanpa UPAH, dia mau makan apa? Anak istrinya mau makan apa? Dipaksa kerja terus manusia pasti mati. Itu sebabnya kita tahu sekarang bahwa SEJARAH Kerja Paksa jaman Daendels adalah HOAX. Kerja RODI jaman Daendels adalah HOAX. Karena diseluruh dunia tidak ada kerja paksa sampai mati. Karena kalau semua pekerja dipaksa kerja sampai mati lalu SIAPA yang akan bekerja?
Ganti saja namanya jadi Bengcui menggonggong