Keinginan sembahyang tidak datang dari luar diri, namun sejak lahir sudah ada di tengah-tengah hati sendiri dan merasa malu sendiri bila tidak menaatinya namun, hanya orang bijaksanalah yang mampu sembahyang dengan adil.
Di antara rendao 人道 jalan manusia tidak ada yang lebih penting dari li 禮 kesusilaan. Tentang kesusilaan ada wujing 五經 lima kitabnya namun tidak ada yang lebih utama dari ji 祭 sembahyang. Keinginan sembahyang tidak datang dari luar diri, namun sejak lahir sudah ada di tengah-tengah diri sendiri, di dalam hati. Hatinya merasa malu bila tidak menaati kesusilaannya. Sesungguhnya hanya orang bijaksanalah yang mampu melakukan sembahyang dengan adil. Liji XXII: 1 – Jitong
Apa yang terjadi kalau nafsu untuk sembahyang membludak namun kita tak memiliki pengetahuan tentang tata ibadah dan makna sembahyangnya? Lakukan saja dengan tulus. Apa jawabmu bila anak-anakmu bertanya, “Kenapa kita sembahyang? Untuk apa kita sembahyang?” Karena tidak tahu, mustahil kita berani membual tentang sembahyang, bukan?
Apa yang terjadi bila di tengah ketidaktahuanmu, lalu muncul seseorang yang bercerita kepadamu tentang tatah ibadah dan makna sembahyang? Tentu saja kita langsur mempercayainya walaupun ceritanya kurang masuk akal. Kenapa demikian? Karena anda pikir dia tidak mungkin berani membual tentang hal sembayang bukan?
Kerabatku sekalian, itulah yang terjadi ketika seseorang membual tentang dewa dapur dan dewa pintu. Karena sejak awal kita tidak tahu, itu sebabnya orang-orang Tionghoa pun percaya saja walaupun ceritanya tidak masuk akal dan plintat-plintut. Kenapa tidak mencari tahu hal yang benar? Karena kita mencarinya namun tidak menemukannya.
Dalam bahasa Hokkien, dikatakan bahwa orang Tiongkok kuno menyembah Thi (Tian 天) langit dan Te (Di 地) bumi. Langit adalah yang kita lihat waktu mendongak ke atas dan bumi adalah tanah yang engkau injak. Thi (Tian 天) adalah Yang Mahatinggi dan Te (Di 地) bumi adalah Yang Maharendah.
Pagi-pagi, begitu bangun tidur istri pun berlutut lalu memberi hormat menyalakan api di perapian. Itulah cara merendahkan diri untuk menyembah Te (Di 地) Yang Maharendah.
Ketika membuka pintu rumahmu di pagi hari, secara naluri kamu pasti mendongak melihat langit lalu mengangguk setelahnya. Itulah tata ibadah memberi hormat kepada Thi (Tian 天) Yang Mahatinggi.
Handai taulanku sekalian, itulah tata ibadah Tiongkok kuno yang paling kuno. Itu sebabnya altar sembahyang Tiongkok kuno yang paling sakral disebut altar perapian (zao 灶) dan altar pintu (hu 戶). Dan hanya Kaisar yang paling mulia dan rakyat jelata yang memiliki altar demikian.
Wang 王 Raja untuk seluruh keluarganya membangun qishi 七祀 tujuh altar yaitu: Siming 司命 balairung, zhongliu 中霤 ruang tengah, guomen 國門 gerbang negara, quoxing 國行 kantor negara, Taili 泰厲 rumah duka agung, Hu 戶 pintu dan Zao 灶 tungku. Raja merawat sendiri ketujuh altarnya. Zhuhou 諸侯 Raja muda untuk negerinya membangun wushi 五祀 lima altar yaitu: Siming 司命 balairung, zhongliu 中霤 ruang tengah, guomen 國門 gerbang negara, guoxing 國行 kantor negara, gongli 公厲 rumah duka umum. Rajamuda merawat sendiri kelima altarnya. Dafu 大夫 pembesar membangun sanshi 三祀 tiga altar yaitu: Zuli 族厲 rumah duka daerah, men 門 gerbang, xing 行 kantor. Shishi 適士 pejabat tinggi mendirikan ershi 二祀 dua altar yaitu: Men 門 gerbang dan xing 行 kantor. Shushi 庶士 pejabat rendah dan shuren 庶人 rakyat jelata membangun yishi 一祀 satu altar yaitu: Hu 戶 pintu atau zao 灶 tungku. Liji XX:7 – Jifa
Karena begitu sakralnya itu sebabnya tidak ada keluarga Tiongkok yang berani mengabaikannya. Namun sayang, karena begitu sederhananya maka mereka yang paling bodoh sekali pun mudah terpancing untuk menambahi ajarannya. Dan itulah yang terjadi sampai hari ini.
Anda mau apa lagi?
#DewaDapur #DewaPintu #AltarPerapian #AltarPintu
jaman dulu orang mau menyembah apapun bebas pake naluri dari dalam diri,ada dewa langit dan ada dewa bumi walaupun sembahyang tanpa berdoa tapi dipercaya dewanya maha tahu.
Kenapa dipercaya walaupun belum tentu benar,,?? karena naluri.
ketika ada orang lain yang menambahkan aturan, lalu dipercaya juga walaupun belum tentu benar, ketika aturan menjadi banyak akan membebani orang lalu ditinggalkan.
Agama juga begitu, makin banyak aturan yang ditambahkan, makin haus duit,ada persembahan kolekte, sukarela, janji iman, korban bencana alam, misi ke wilayah lain ,perpuluhan, natal, paskah, imlek, renovasi gedung, akibatnya sebagian orang mulai meninggalkan karena ibadah hanya membebani,
Tapi menghadiri kkr di gor lebih disukai karena bersifat sukarela dan tidak malu mau ngasih duit berapapun ngak ada yang tau. dan juga bisa sekalian piknik bila kkr nya diluar kota.