
Hari itu dia memberitahu adikku bahwa dia tidak kuat lagi untuk menggantung sangkar-sangkar burung-burung kesayangannya. Tanpa musiawarah, dia dan istrinya serta anak-anaknya pun tahu bahwa hitung mundur sudah dimulai.
Beberapa hari kemudian, mamaku mengusulkan agar dirinya dan suaminya pulang ke rumah lamanya saja dengan alasan kalau mau ke mana-mana lebih dekat dan lebih cepat serta lebih mudah. Dia menyetujuinya, maka adikku dengan istrinya serta anak mantunya pun menyiapkannya.
Waktu mamaku masuk rumah sakit beberapa hari kemudian, dia memberitahu Iis (ini istri saya) bahwa dia sudah siap, aku memberitahu Iis bahwa, walaupun sakit pinggang bagian bawah mama benar-benar menyiksa bila bergerak namun kondisinya baik-baik saja. “Walaupun nampak sehat-sehat saja namun mertua lelakimu sedang menghitung hari. Aku ikut menunggui waktu paman ke 6 (lakpek), paman ke 3 (sapek), paman ke 5 (gopek) dan bibi tunggalku (ako) mempersiapkan diri, itulah yang sedang terjadi saat ini. Mertuamu sedang mengenang jalan hidupnya dan menunggu mamanya menyambutnya.”
“Makanya setiap malam kamu mengigau?” Tanya iis, aku diam. “Kenapa kamu nggak menungguinya?” Lanjut iis. “Kasih kesempatan kepada anak perempuannya,” jawabku.
Natal pun tiba. Kami duduk bersama di meja dapur, meja dapur adalah markas besar mamaku. Saat itu adik lelakiku bilang kira-kira begini, “Papa pesan, ‘Setelah aku mati, bakar saja lalu buang semua abuku tanpa sisa. Anak istriku Kristen, lakukan secara Kristen,’ bagaimana?”
“Kerabat kita banyak yang pakai Hio, bagaimana kalau kita sediakan hiolo (tempat abu dupa) buat mereka?” usulku.
“Kita lakukan sesuai pesan papa saja, pakai cara Kristen,” kata adikku. Aku langsung mendukungnya, “Kita lakukan secara Kristen saja.”
Kami pun lajut membahas teknis pelaksanaannya. Semayamkan di rumah kita atau di rumah duka? Kremasinya di mana? Klub pemakaman mana yang kita mintai tolong?
Dua orang adikku dokter. Keduanyalah yang memberi komando kepada adik perempuanku untuk membawa papaku ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan. Kanker prostat. Itulah diagnosa dokter 3 tahun yang lalu. Berobat jalan saja. Makan obat saja. Tidak perlu operasi. Tidak perlu kemoterapi. Tidak perlu yang lainnya. Usul dokter. Papaku mendukungnya, demikian pula anak-anaknya dan istrinya.
Karena tidak merasa sakit, maka nggak perlu ke dokter. Itu sebabnya mustahil memaksa papaku untuk rutin ke dokter untuk memeriksakan penyakitnya. Ketika kondisinya menurun sehingga tidak bisa menggantung sangkar burungnya lagi, barulah papaku mau diajak ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter. Bagaimana agar merasa nyaman, bukan bagaimana untuk sembuh, itulah yang dikejar papaku.
Waktu ngumpul old and new, adik perempuanku diskusi tentang pakaian papa dan pakaian kabung keluarga dengan para menantu perempuan papa. Kesepakatan yang dibuat langsung dieksekusi secepatnya.
Hari itu aku ke Wakofi, tujuannya mau ke padepokan Huhanda Ang sekaligus mampir ke rumah untuk menjenguk mamaku dan papaku. Di Wakofi, aku bertemu dengan boksu Rusli yang adalah saudara sepupuhku.
“Halo boksu Rusli. Apa kabar? Kebetulan nich, aku lagi cari boksu. Mau minta tolong boksu untuk ngobrol dan berdoa bagi papaku,” ungkapku.
“Oh …. Ini kebetulan ko ayang, saya mau ikut menjenguk suancek (paman bungsu).” Gayung bersumbut.
Hari itu boksu Rusli pun ngobrol dengan mamaku dan mendoakan mamaku serta mengobrol dengan papaku dan mendoakan papaku. Papaku hanya duduk dan tersenyum kepada boksu Rusli waktu mendengar ucapan-ucapannya dan waktu didoakan.
“Tadi boksu Rusli ke rumah mama untuk ngobrol dan mendoakan mama dan papa,” ceritaku kepada Iis malam itu. “Mau juga dia kamu ajak?!” Komentar Iis. “Kebetulan Boksu memang mau ke rumah mama untuk menjenguk mama dan papa,” aku menjelaskan.
“Bagaimana kalau kami melantunkan paritha untuk papamu?” usul seorang kerabat lewat iis (ini istri saya). Aku mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Lantunan paritha untuk menuntun papaku berjalan? Tanyaku kepada Iis. “Papa mana ngerti bahasa India? Pastilah dia tolak mentah-mentah.” Lanjutku.
Kepada Huhanda Ang, aku pernah menjelaskan bahwa papaku dan kakak-kakaknya serta emak bapaknya menganut agama “Kakie lang – artinya orang sendiri). Itu sebabnya setiap kali diajak untuk mengikut Tuhan Yesus, papaku hanya nyengir kuda. Itu pula yang terjadi setiap kali ada orang mengajak kakak-kakak papaku untuk mengikut Tuhan Yesus, mereka hanya nyengir kuda. Ha ha ha ha …..
Tahun 1990, nenekku keliling ke rumah-rumah anak-anak cucunya. “Ini perjalanan terakhirku,” kata neneku kepadaku saat itu. Di rumah kami, aku mengajak nenekku mengikut Tuhan Yesus, beliau bilang, di Tiongkok, di kampungnya, juga di kampung kakekku, banyak orang yang pindah agama jadi Kristen.
“Walau pun banyak kerabat kita menjadi Kristen namun aku tidak akan pernah ikut Yaso (Yesus).” Kata nenekku. Waktu aku bertanya kenapa? Dia menatapku dengan tenang dan bilang, “Aku ikut akongmu (kakekmu) saja!” Nenekku meninggal tahun 1991 dalam usia 91 tahun.
Itu sebabnya, papaku tidak takut mati. Dia hanya takut dengan rasa sakit akibat penyakit. Itu karena dia mengalaminya sendiri, setelah masa keemasan berlalu selanjutnya adalah masa kemunduran dan terus mundur dan kesakitan sampai akhirnya maut menjemput.
Makanya, setiap kali ada orang mendoakan kesembuhannya, papaku hanya tersenyum mengucapkan terima kasih. Itu karena Karena dia tahu bahwa semua orang yang dilahirkan pasti mati. Hanya ada satu yang tidak pernah mati, yaitu yang melahirkan manusia namun tidak pernah dilahirkan, dalam bahasa Hokkien dialah Co (zǔ 祖).
Itu sebabnya setiap kali di tanya, “Mau ikut Tuhan Yesus?” papaku hanya tersenyum karena, di dalam hatinya dia pasti menjawab, “Wa ai toui wae ma!” artinya, “Aku mau ikut mamaku!”
Papaku meninggal hari Selasa, 12 Januari 2023, jam 02.15 WIB (jam kerbau). Sesuai amanatnya, kami berkabung menurut ajaran Kristen dan mengkremasi jasadnya hari Sabtu, 14 Januari 2023 lalu memakamkannya ke laut, Minggu 15 Januari 2023.
Cheng zigao (chéng zǐgāo 成 子高) terbaring sakit di kamarnya. Qingyi (qìngyí 慶遺) masuk menemuinya dan berkata, “Guru (zǐ 子), sakit ini akan berakhir. Andai kata akhirnya anda maha sakit (dàbìng大病), bagaimana menanganinya?” Guru Gao berkata, “Aku telah mendengar, ‘waktu hidup harus berguna bagi orang lain (shēng yǒuyí yúrén 生 有益 於人), kematiannya tidak boleh merugikan orang lain (sǐ bùhài yúrén 死 不害 於人).’ Selama hidupku, aku tidak banyak berguna bagi orang lain (wú zòng shēng wúyí yúrén 吾 縱 生 無益 於人), itu sebabnya, kematianku mana boleh menyusahkan orang lain (wúyǐ sǐ hài yúrén 吾以 死 害於人)? Bila aku mati nanti, agar tidak dimakan binatang, kuburkan (zàng葬) saja aku di dalam tanah (dì 地).” Liji IIA:III:22 – Tangong shang
Kami tidak melarung alias tidak menebarkan abu jasad di laut namun memakamkan abunya dengan membungkusnya dengan kain lalu melapisinya dengan guci keramik ke dasar laut seperti memakamkan jenasah ke dalam tanah.
Kalau bisa memilih, aku mau menghadadapi kematian dengan santai seperti papaku saja. Setelah mati, papaku pasti menjemputku. Papaku lalu membawaku generasi demi generasi sampai akhirnya bertemu dengan leluhur pertamaku yang adalah sang penciptaku dan alam semesta yaitu Aco (zǔ 祖) alias Yang Mahaesa (dàyī 大一).
Bung hai percaya ada kehidupan setelah kematian?
PERCAYA adalah PERASAAN. Kenapa saya PERCAYA ada kehidupan setelah kematian? Karena SERU juga kalau ada kehidupan setelah kematian. Namun kalau nggak ada kehidupan setelah kematian, saya juga tidak keberatan bro.
wah klo itu sih saya jg mau suhu,. bahkan dari skrg pun saya mau hidup dng slow, mau saya bawa santai aja semua,..ingin ini ingin itu klo ga kesampaian ya sudah lah sepertinya lagunya mas Bondan, ga perlu lah di bawa dalam doa dan pergumulan bertahun tahun puluhan tahun bahkan,.itu betul2 bisa membuat saya mual,.dari ingin sekali bisa2 jadi muntah dan ga ingin lagi saking nunggunya kelamaan, bayangkan saja coba klo Tuhan Yesus ketika di kayu salib ketika berdoa yg terakhir saat menyerahkan jiwa Nya ke Allah Bapa itu lantas ga dijawab2 gmn coba…tunggu dulu, indah nanti pada waktunya,.tunggu,..2ribu tahun kemudian baru dijawab,.baru dikuburkan dan baru bangkit 2ribu tahun +3hari,.gimana coba,..apa ga muntah nunggunya
percaya itu bukan perasaan suhu,..lebih ke investasi, karna harus diwujudkan dalam bentuk nyata,..klo anda percaya pada anak buah anda,.itu berarti org tsb adalah investasi anda,.dan hasil imbal balik kerjanya adalah buah investasi kepercayaan tsb,..sedangkan perasaan kan tidak perlu diwujudkan suhu, sama seperti suhu hai hai punya perasaan sayang ke Dian Sastro , kan tidak perlu diwujudkan, tidak perlu suhu hai hai bilang sayang ke mba Dian,. karna pasti ditolak jg kan suhu, ha ha ha ha
salam edan
bapanya nyari bapanya, lalu bapanya nyari bapanya lagi, dst
ntar lama2 ketemu deh
klo gua sih ke sorga ga nyari bapa, mending nyari bidadari gaes,..kan kata agama sebelah sudah disediakan 72 bidadari eternal virgin,.utk ditunggangi sebanyak dan sepuasnya,.luar biasa sekali gaes, tinggal kita cari aja hall angels nya sebelah mana gitu,.tanya2 aja ato beli hp dulu buat buka gps nya,..hmmm..ga sabar gua gaes
salam edan
Oh kehidupan setelah kematian
Pasti asyik di temani 72 bidadari
Wei Boyang berasal dari Negara Bagian Wu. Dia berasal dari keluarga aristokrat dan suka mengejar Tao.
Dia dan tiga muridnya pergi ke pegunungan untuk membuat obat mujarab ( dan ). Ketika sudah siap, Wei ingin menguji Xinxing para muridnya . Dia berkata, ” Dan
sudah siap dan saya akan memberikannya kepada anjing. Jika anjing itu memakannya dan dia bisa terbang
maka kami akan memakannya. Jika anjing itu mati, kami tidak bisa memakannya.” Anjing itu memakannya
dan langsung mati.
Wei Boyang memberi tahu murid-muridnya, “Apa yang paling kami takuti adalah kami tidak dapat membuat dan .
Sekarang kami telah membuatnya dan anjing itu mati karenanya. Ini tidak akan terjadi
sesuai dengan kehendak dewa. Jika kita mengambilnya, kita mungkin akan berakhir
seperti anjing itu. Apa yang harus kami lakukan?”
Para murid bertanya, “Guru, maukah Anda mengambilnya?”
Wei Boyang berkata, “Saya melepaskan dunia sekuler dan pergi ke
pegunungan. Jika saya tidak berhasil berkultivasi, itu adalah penghinaan bagi saya
dan saya lebih baik mati. Jika saya tidak mati, ini akan menjadi kesaksian bagi
kalian semua.”
Wei kemudian memasukkan Dan ke dalam mulutnya dan langsung mati.
Para murid saling memandang dan mendesah, “Kami telah membuat Dan untuk memperoleh umur panjang. Sekarang jika kita mengambilnya, kita akan mati. Apa yang harus kita lakukan?”
Salah seorang murid berkata, “Guruku luar biasa dan dia tidak akan mati seperti ini.”dan dan mati.
Dua murid lainnya berkata, “Kami telah membuat Dan karena kami ingin berumur panjang. Karena mengambil Dan
akan membunuh kami, kami dapat melewati itu dan terus hidup selama beberapa
dekade lagi.” Oleh karena itu, keduanya turun gunung dan
bersiap untuk melakukan pemakaman.
Setelah dua murid meninggalkan gunung, Wei Boyang melompat, mengeluarkan Dan
dari mulutnya, dan memasukkannya ke dalam mulut muridnya dan
anjing itu. Dalam waktu singkat, murid dan anjing itu hidup kembali. Murid
dan Wei Boyang naik ke langit.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan seorang pria yang datang ke gunung untuk memotong kayu. Mereka
menyuruh pria itu untuk menceritakan pesan itu untuk berterima kasih kepada dua murid lainnya.
Dua murid lainnya mendengar berita itu dan sangat menyesal.
Bidadari vs artis jav, cakepan mana ?
cerita ini memang salah satu keganjilan dalam alkitab.
Ada dugaan, oknum Y ini sebenarnya sudah jari korban dicuci otak oleh ajaran majus sehingga percaya dia nabi juru s, atau
oknum Y ini ternyata karakter fiksi juga ?
Karena sikapnya dan cara bicaranya agak aneh.
Bukan tanpa alasan saya menduga oknum Y ini cuma karakter fiksi, walaupun mungkin ada orang dengan nama yang sama waktu itu.
Alasan saya krn jangankan tanggal lahir, bahkan tahun lahir pun masih tebak2an antara 3-5sm. Bagaimana bisa tokoh besar yang terkenal waktu itu, tahun kelahiran pun masih tebak2an.