Kenapa orang Tionghoa di seluruh dunia suka dengan warna Merah? Jawabannya adalah karena dinasti zhōu 周, dinasti ketiga Tiongkok kuno MEMULIAKAN warna MERAH. Itu sebabnya sampai hari ini orang Tionghoa memuliakan warna merah.

Marga Xia (xià hòushì 夏 後氏) memuliakan warna HITAM. Perayaan agungnya dilakukan pada waktu malam. Bala tentaranya menunggang kuda HITAM. Hewan korban mereka berwarna HITAM. Orang Yin 殷 (yīnrén 殷人 – shāng 商) memuliakan warna PUTIH. Perayaan agung mereka dilakukan pada tengah hari. Bala tentaranya menunggang kuda PUTIH. Hewan korban mereka berwarna PUTIH. Orang-orang Zhou (zhōurén 周人) memuliakan warna MERAH. Perayaan agungnya dilakukan pada waktu fajar. Bala tentara mereka menunggang kuda MERAH. Hewan korbannya juga berwarna MERAH. Liji IIA:I:13 – Tangong

Dinasti Xià 夏 (2070 SM–1600 SM)
Dinasti Yīn 殷 – shang 商 (1600 SM -1046 SM)
Dinasti Zhōu 周 – (1046 SM-256 SM)

Bukankah setelah dinasti zhōu 周 runtuh, bangkit dinasti-dinasti Tiongkok yang lebih besar? Kenapa mereka tidak MEMULIAKAN warna lainnya? Kenapa mereka tetap memuliakan warna MERAH dari dinasti yang telah runtuh?

Karena setelah kaisar dinasti Zhou (Zhōu yōuwáng 周 幽王 – 781 SM – 771 SM, kaisar terakhir dinasti Zhou barat) mengaku dirinya tidak memiliki mandat untuk menjadi Putra Langit (tiānzǐ 天子) dari Langit yang mulia kaisar yang mahatinggi (huángtiān shàngdì 皇天 上帝), tidak ada kaisar Tiongkok yang berani mengklaim dirinya Putra Langit (tiānzǐ 天子) dan melakukan sembahyang kepada Langit yang mulia kaisar yang mahatinggi (huángtiān shàngdì 皇天 上帝) di altar perbatasan (Jiāo 郊).

Di altar perbatasan (jiāo 郊) dikorbankan lembu muda tanpa cacat yang dipelihara secara khusus (tèshēng 特牲) sedangkan di altar Pertiwi (shèjì 社稷) disajikan tiga ekor lembu dewasa (dàláo 大牢). Ketika putera langit (tiānzǐ 天子) mengunjungi rajamuda (zhūhóu 諸侯), maka rajamuda menyuguhinya seekor lembu muda (dú 犢). Ketika rajamuda mengunjungi putera langit, maka sesuai kesusilaan (lǐ 禮), putera langit menghadiahinya tiga ekor lembu dewasa (dàláo 大牢). Semuanya untuk memuliakan ketulusan dan keadilan. Putera langit tidak makan binatang hamil juga tidak menjadikannya untuk korban kepada kaisar pertama (dì帝 – Shàngdì 上帝). Liji IX:I:1- Jiao tesheng

Di altar perbatasan (Jiāo 郊) menyajikan sesajen (jì 祭) di hari siang terpanjang dalam setahun (rì zhǎngzhì 日 長至) untuk menyampaikan laporan agung (dàbào 大報) kepada langit (Tiān 天) yang empunya matahari. Setelah meramal dengan membuang undi (Zhào 兆) di altar perbatasan kota selatan (nánjiāo 南郊) yang memberikan hasil positif (jiù yángwèi yě 就 陽位 也). Hanya di atas sebidang tanah (dì 地) yang disapu bersih sesajen (jì 祭) disajikan, justru menunjukkan kealamiahannya. Wadahnya cuma belanga tanah liat namun itulah simbol langit dan bumi (Tiāndì 天地 – yang maha tinggi dan yang maha rendah) yang alamiah. Tempatnya di perbatasan kota (Jiāo 郊) makanya disebut altar perbatasan (Jiāo 郊). Hewan korbannya berbulu coklat (xīn 騂) kemerahan (chì 赤), mengorbankan hewan korban untuk menunjukkan rasa hormat yang tulus. Liji IX:II:2 – Jiao tesheng

Sesakral itukah altar perbatasan (Jiāo 郊) dan penyembahan kepada Langit yang mulia kaisar yang mahatinggi (huángtiān shàngdì 皇天 上帝)? Sesakral itulah, makanya tidak ada penguasa Tiongkok yang berani melanggarnya alias membual bahwa dirinya menerima Firman (mìng 命) sampai hari ini. Bahkan kaisar pertama dari dinasti Qin (qíncháo 秦朝) yang sombong dan menggelari dirinya kaisar dinasti Qin yang mulia penguasa alam semesta (qínshǐhuáng dì 秦始皇 帝) pun tidak berani melakukan sembahyang di altar perbatasan (Jiāo 郊) untuk menyembah Langit yang mulia kaisar yang mahatinggi (huángtiān shàngdì 皇天 上帝).

Bukankah semua kaisar Tiongkok bahkan qínshǐhuáng dì 秦始皇 帝 menyembah langit Tiān 天? Benar. Lalu apa bedanya langit Tiān 天 dengan Langit yang mulia kaisar yang mahatinggi (huángtiān shàngdì 皇天 上帝)? Itulah misteri yang akan kita bahas lain kali.