Politik Kambing Hitam Dan Gereja


ADA JAWABAN: Mencari Kambing Hitam Atau Selesaikan Masalahnya?Kerabatku sekalian, bukan hanya Orde Baru namun orde-orde selanjutnya pun menunjukkan statistik yang sama bahwa 3% orang Indonesia adalah Tionghoa dan mereka menguasai 85% perekonomian Indonesia. Alih-alih dipuji orang Tionghoa malah DIBENCI.

Kenapa pemerintah tidak menunjukkan statistik, di antara orang Tionghoa Indonesia, berapa % yang kaya dan berapa % yang miskin serta berapa % yang di bawah garis kemiskinan?

Gotong royong 3% Tionghoa Indonesia menopang 85% perekonomian Indonesia tanpa pamrih, itu INJIL baik bukan? Kenapa alih-alih bersyukur mereka yang mengagul-agulkan diri pribumi justru benci dengan statistik tersebut?

Kerja bakti 97% Pribumi Indonesia pamrihnya hanya 15% perekonomian Indonesia juga baik bukan? itu namanya sepi ing pamrih, Rame ing gawe – sepi dalam berpamrih, ramai dalam bekerja. Kenapa alih-alih rendah hati mereka yang mengagul-agulkan diri pribumi justru menuduh ASENG itu ASING?

Itulah POLITIK KAMBING HITAM. Tidak ada KEBENARAN di dalamnya karena yang ada hanya MEMUASKAN kebencian kepada si KAMBING HITAM. Kambing hitamnya bisa SIAPA saja dan bisa APA saja. Itu sebabnya suhu hai hai bengcu bilang, IBLIS adalah KAMBING HITAM.

Semua manusia MEMBENCI dan MENYUKAI. Secara naluri, antara MEMBENCI atau MENYUKAI, semua orang pasti memilih untuk MEMBENCI dari pada MENYUKAI. Itu sebabnya, sejak purbakala POLITIK kambing hitam sangat efektif dan mudah digunakan untuk menggalang DUKUNGAN dengan terus menerus memicu KEBENCIAN masyarakat kepada KAMBING HITAM. Selama perasaan BENCI rakyat DIPUASKAN, masyarakat pun MAKLUM meskipun yang DISUKAINYA tidak terpenuhi.

Faktanya, walaupun gembar-gembor KEBENARAN namun Alkitab penuh dengan HOAX dan dongeng. Meskipun menawarkan HARAPAN kerajaan Allah sudah dekat dan Yesus segera datang namun buktinya 2000 tahun sudah berlalu dan mereka yang berharap sudah membusuk tubuhnya bahkan lapuk tulang belulangnya. FAKTA-nya agama Kristen hanya SOP (Standard Operation Procedure) MEMUASKAN PERASAAN. Perasaan apa yang dipuaskan?

Sejak 2.000 tahun yang lalu, sampai hari ini, teknik PENJUALAN agama Kristen tetap sama yaitu: MEMACU perasaan BENCI kepada KAMBING HITAM (IBLIS; AGAMA LAIN; BANGSA LAIN) dengan IMING-IMING hidup berkelimpahan dan sorga.

Kenapa agama Kristen sukses? Kenapa gereja Ortodok mundur sementara Katolik berjaya? Kenapa gereja Katolik macet ketika Kristen Protestan berkembang? Kenapa Protestan merayap tatkala Kristen Injili berkembang? Kenapa Injili melambat waktu Pentakosta berkembang? Kenapa Gereja Pentakosta melempem sedangkan gereja kharismatik terus bertambah?

Agar berkembang gereja harus MEMACU perasaan BENCI kepada KAMBING HITAM dengan IMING-IMING hidup berkelimpahan dan sorga. Begitu perasaan BENCI dipuaskan umat pun MAKLUM saat IMING-IMING tidak dipenuhi.

Pada hakekatnya, beribadah ke gereja sama RASANYA dengan kampanye lalu nyoblos. Orang Kharismatik bilang GKI (Gereja Kristen Indonesia) jempling, sepi. Ngantuk dan kurang Roh Kudus. Itu karena pendeta GKI tidak memicu umat untuk MELAMPIASKAN PERASAAN-nya.

Di dalam kebaktian Kharismatik, pendetanya MEMICU dan MEMACU anggota jemaatnya untuk menghalalkan segala cara untuk melampiaskan perasaannya. PUNCAK ibadahnya adalah MELAMPIASKAN seluruh perasaan BENCI-mu kepada KETIDAKBERDAYAAN-mu dengan berbahasa roh – menyanyi, menari jingkrak-jingkrak, berteriak bahkan NGEJEBLAK (berteriak) semaunya dan NGEBLAK (telentang) seenak jidatnya.

Karena KEBENCIAN-mu sudah DIPUASKAN dengan berlimpah, itu sebabnya anda MAKLUM bila janji-janji BERKAT dan MUKJIZAT tidak digenapi. Karena sudah PUAS itu sebabnya anda pun PERCAYA saja bahwa janji-janji BERKAT dan MUKJIZAT sudah digenapi.

6 thoughts on “Politik Kambing Hitam Dan Gereja

  1. Kalau benar melampiaskan ketidakberdayaan saja kan tidak harus lewat ibadah kan? Kumpul bareng di rumah siapa lebih bebas ekonomis dan lebih banyak pilihan kan? Duh2

  2. Memang gereja adalah tempat dimana manusia berkumpul, mencari teman sampai mencari solusi hidup sehari-hari. Bagi mereka konsep rumah Tuhan dapat menjadi wadah yanv mendukung perbaikan hidup dengan cara yang sederhana serta menyenangkan bathin. Kalau kita melihat standardnya dari Gereja Awal, maka tidak keliru juga, selama tidak ada kerusuhan, percideraan dll. bukan begitu, Pak? Nah, kalau Pak Bengcu membuat gereja, akan seperti apa konsep ibadahnya, ya?

  3. Bengcu bengcu, kerjaanmu cuma menggugat tok cuma bacot tok, tapi mana hasil menggugatmu hai banci eh bengcu wkwk… menggugat trus ampe modarrr… sampah!

  4. Makin terkutuk lo bengcu, makin tua makin hancur, makin jadi sampah…. gugat tuh otaklo bengcu hahahaa sampahhh lo.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.