Suhu hai hai Menangis Di GBK


 

Gambar mungkin berisi: 1 orang, keramaian dan luar ruanganSeorang teman bertanya, “Kenapa menangis di GBK? Bukankah perhelatan hari ini sukses besar? Itu sebabnya kita semakin yakin Jokowi presiden sekali lagi! Amin.

Sejak kecil aku senang menonton sepak bola. Aku suka keramaiannya dan aku suka papaku jadi penjaga gawangnya. Papaku adalah satu-satunya CINA yang main sepakbola di kampung kami. Dia penjaga gawang yang sangat dihormati dan disegani.

Kenapa tidak ada CINA lain yang main sepak bola di kampung kami? Karena kalau melakukan kesalahan misalnya menjebol gawang lawan, maka, “Hajablah dia!” dia pasti digebukin ketika lewat kampung lawan tersebut.

Kalau dianggap biang kerok sehingga kampung kami kalah, maka CINA itu pasti digebukin oleh teman-teman kesebelasannya. Itu sebabnya hampir tidak ada orang Cina di kampung kami yang berani main sepak bola kecuali papaku, karena dia penjaga gawang sakti.

Itu sebabnya kenapa orang Tionghoa malas untuk main sepak bola. Bukan hanya tidak mau main bahkan jarang yang mau menonton sepak boleh di kampung kami bahkan di stadion GBK sekalipun. Kenapa demikian? Karena sering sekali orang-orang Tionghoa jadi kambing hitam ketika kesebelasannya kalah. Begitu pertandingan berakhir ujug-ujug dia digebukin karena bersorak membela lawan. Bahkan orang-orang ikut menggebukinya padahal Cina itu menyoraki tim kita.

Orang-orang Tionghoa apalagi para Amoinya tidak suka dengan keramaian yang dihadiri ribuan orang. Kenapa demikian? Karena takut dijadikan KAMBING HITAM, digebukin Asengnya dan ditelanjangi serta diremas-remas Amoinya.

Sejak kecil aku sudah melihat kejadian demikian berulang-ulang sehingga akhirnya aku memilih untuk di rumah saja karena bukan hanya tidak berani membela bahkan KETAKUTAN ketika ada Aseng apalagi Amoi diamuk masa.

Hari ini, di GBK aku melihat banyak sekali Amoi dan Aseng, baik yang muda maupun yang umurnya sepantaranku, GOCAP lebih kurang. Aku bukan hanya melihatnya di GBK namun aku juga melihatnya di Kridosoni Yogja. Tidak ada rasa takut juga tidak ada rasa minder yang mereka pancarkan .

Kalau melihat dua tiga orang Aseng dan Amoi dikawal belasan non Tionghoa di antara ribuan orang, itu hal biasa. Namun melihat Aseng dan Amoi jalan bergandengan tangan di Kridosono Yogja dan GBK Jakarta, melihat belasan bahkan puluhan Aseng dan Amoi berjalan sesama mereka tanpa rasa was-was, benar-benar membuat air mataku menetes deras.

Jokowi Jokowi, gara-gara kaulah Aseng dan Amoi bukan tontongan lagi di antara kerumunan orang.

Jolowi Jokowi, gara-gara kaulah Aseng dan Amoi tidak MERASA dirinya TERANCAM di keramaian lagi.

Jokowi Jokowi, gara-gara kaulah aku menangis di GBK karena melihat semuanya menjadi NKRI dalam Bhineka Tunggal Ika.

#JokowiPersatukanKita
#KitaBersatuDiGBK
#KitaBhinekaTunggalIka

4 thoughts on “Suhu hai hai Menangis Di GBK

  1. Ha ha ha … saya orang tionghoa, sejak kecil diajari untuk menjadi lelaki sejati. Katanya, lelaki sejati ketika menangis air matanya mengalir ke dalam. Ketika dia gembira dia menangis untuk merendahkan diri dan bersyukur.

  2. Pra kerja mau diberi pelatihan dan digaji lalu duit pesangon untuk phk apa mau dibangsat demi menggaji Berapa juta anak- anak pejabat dan anak pegawe depnaker yang pengangguran,pemalas, tolol, idiot. Seharusnya aspirasi buruh yang demo dilaksanakan, bukan boros boros duit apbn demi bayar gaji.anak pejabat & pegawai depnaker yang pengangguran.

  3. jakarta mau pindah ke kaltim jangan menangis sayang, monas,GBK TMII TIJ ANCOL PRJ Bej gak akan ikut pindah.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.