“Sandra (bukan nama sebenarnya) memang hitam tetapi cantik, Sandra (bukan nama sebenarnya) adalah jelita di antara wanita.” Itulah caraku menggoda Sandra (bukan nama sebenarnya), sebenarnya bukan menggoda, tetapi memujinya. Setiap kali mendengar pujianku itu, dia melotot. Anehnya, ketika melotot dia malah tambah jelita, itu sebabnya, ketika dia melotot, aku juga melotot. Dia melotot sok marah, aku melotot terpesona. Sandra (bukan nama sebenarnya) memang jago melotot. Di antara teman-teman kuliahku hanya aku satu-satunya orang yang mampu mengalahkan dia dalam adu melotot. Dan hanya aku, dia dan Tuhan yang tahu, kenapa aku selalu mengalahkannya dalam adu melotot, aku main curang. Setiap kali adu melotot, setelah sekian lama saling melotot, aku lalu menurunkan pandangan mataku satu setengah jengkal ke bawah, beberapa detik kemudian, dia pasti mengaku kalah dengan tersipu-sipu sambil mengumpat, “Dasar orang gila!” Pada saat-saat tertentu, dia benar-benar marah dan menghunjamkan kukunya yang runcing, mencengkram lenganku sampai aku meringis kesakitan dan minta ampun.
suatu hari aku ke rumah Sandra (bukan nama sebenarnya), dia tidak ada di rumah, namun berpesan kepada mamanya agar aku menunggunya. Selama satu jam, aku menunggu di beranda rumahnya, Sandra (bukan nama sebenarnya) belum juga pulang. Mungkin karena kasihan, mamanya lalu menemaniku ngobrol. Kembali satu jam berlalu, Sandra (bukan nama sebenarnya) belum juga pulang. Mungkin karena kasihan padaku, mamanya lalu menghiburku dengan menceritakan riwayat nama Sandra (bukan nama sebenarnya).
Ketika hamil tua, suatu hari dia pergi ke rumah kerabatnya dengan menumpang bis antar kota. Bis yang dia tumpangi lalu disandera oleh segerombolan mahasiswa untuk ikut demonstrasi. Mugkin memang sudah waktunya, mungkin karena ketakutan, mungkin pula karena bayi yang dikandungnya ingin ikut demonstrasi. Dia melahirkan di bis, ditolong oleh beberapa orang mahasiswa kedokteran yang menyandera bis itu. Kejadian tersebut sangat menggoncangkan, dia lalu menamakan bayi perempuannya dengan nama Sandra (bukan nama sebenarnya). Menurutnya, nama Sandra jauh lebih baik dibandingkan dengan nama Malarina atau Malarini yang diusulkan oleh suaminya. Sandra (bukan nama sebenarnya) lahir tahun 1974, saat itu mahasiswa giat melakukan demonstrasi anti produk Jepang, peristiwa itu disebut peristiwa MALARI.
sebulan terakhir ini, Sandra (bukan nama sebenarnya) berprilaku sangat aneh. Tiga minggu yang lalu, sambil duduk menunggu dosen, dia berkata padaku,
“Sejak dari penciptaan, yang ada hanyalah kenikmatan. Bebas dari dosa dan penderitaan dan Tuhan sediakan semua kenikmatan. Tuhan memberikan segala kenikmatan yang membuat manusia pertama bisa memuliakan dan menikmati Tuhan.”
Belum sempat aku mencerna apa yang dikatakannya, dosen pengajar keburu datang. Aku berjanji pada diri sendiri untuk bertanya kepada Sandra (bukan nama sebenarnya), apa yang dimaksudkannya?
Pulang kuliah, aku menemani Sandra (bukan nama sebenarnya) menunggu jemputan. Menggunakan kesempatan itu, aku minta dia menjelaskan apa yang dikatakannya sebelum kuliah. Dengan berapi-api dia menjelaskan, bahkan berkali-kali dia meyakinkan,
“Teologi Kenikmatan tidak membuang penderitaan dalam kesementaraan ini. Bahkan biasanya penderitaan yang membuat banyak orang percaya bisa melihat sumber kenikmatan yang sejati dan menikmatinya. Dan penderitaan dan kekurangan menjadi pelajaran yang berharga bagaimana menikmati semua pemberian Tuhan dalam sehat dan kelimpahan.”
Sandra (bukan nama sebenarnya) benar-benar bersemangat mengajarkan ilmu barunya kepadaku. Walaupun otakku yang agak bloon ini sangat sulit memahami apa yang diajarkan, namun dia mengajar dengan sabar, bertolak belakang dengan kebiasaannya ketika menjelaskan pelajaran kuliah padaku. Ketika mengajar, dia psti berkali-kali mengejekku bloon.
Ketika jemputannya datang, dia menawarkan untuk mengantarku pulang. Menurutnya, muter sedikit nggak apa-apa, karena aku selalu baik padanya. Di dalam mobil jemputan, kembali dia mengajar berapi-api,
“Jadi, mari kita melihat kenikmatan yang sejati sebagai anugerah Tuhan dan kita betul-betul bisa menikmatinya, sekalipun dunia mengatakan kita tidak sukses, menderita dan banyak masalah, tapi justru kita bisa lebih menikmati segala sesuatu pemberian Tuhan baik dalam kekurangan atau kelimpahan, sehat atau sakit, sampai maut memisahkan kita dari penderitaan dan kita bisa menikmati segala kelimpahan yang disediakan Tuhan. Dari sekarang kita harus belajar menikmati, sebagai persiapan untuk kekekalan dimana kita bisa menikmati semua pemberian Tuhan dengan bebas, dan lebih khusus lagi, sumber berkat itu sendiri yang harus kita nikmati.”
Ketika aku turun dari mobil, Sandra (bukan nama sebenarnya) melambaikan tangan sambil mengingatkanku sekali lagi bahwa,
“Allah adalah Pribadi Yang paling Menikmati. Jika Allah bukan pribadi yang paling menikmati, maka hidup ini akan betul-betul terasa hambar dan tanpa kenikmatan sama sekali.”
Entah siapa yang memulainya, sejak minggu lalu, di antara teman-teman, Sandra (bukan nama sebenarnya) mendapat julukan “nona kenikmatan,” beberapa orang teman memanggilnya miss hedonis. Rupanya, selain mengajarku, dia juga mengajarkan TEORI KENIKMATAN kepada teman-teman lainnya.
Walaupun sudah berkali kali meyakinkanku, tetap saja aku tidak mengerti apa yang diajarkannya. Aku memahami arti kata menikmati anugerah Tuhan, namun tidak mengerti sama sekali apa artinya menikmati Tuhan? Beberapa kali aku bertanya kepadanya,
“Sandra (bukan nama sebenarnya), jelita di antara wanita, andaikata kita dapat menikmati Tuhan dan menurutmu kita harus menikmati Tuhan, apakah itu berarti kita juga harus menikmati sesama manusia?”
Sandra (bukan nama sebenarnya) melotot mendengar pertanyaanku itu, nampaknya dia benar-benar marah dan siap menghunjamkan kuku-kuku lancipnya di lenganku. Sebelum dia melakukannya, aku segera berkata.
There was a time, I ask God, “What I have to do, dear God?” I got no answer, than I do what I want to do, I tray to make money as much as can do, until one day I realized that money is not worth enough to me.
There was a time; I ask God, “What I must to do to cheer up my life, dear God?” I got no answer, than I get drugs, until one day I told my self, “No more drugs brother, I got no more happiness in it.”
There was a time; I ask God, “Which girl is you created for me, dear God?” I got no answer, than I date every beautiful girl I meet, until one day I committed married.
There was a time; I tell God, “I can’t commit to my wife anymore, dear God!” I got no answer, than I divorced her and having sex with girls who make me horny, until one day I found that sex cannot cheer up my life anymore.
Now, Every time I ask God, what I must to do and get no answer, I read the bible!
Sandra (bukan nama sebenarnya) bertanya, dari mana aku membaca kalimat-kalimat itu, sebab dia yakin, mustahil aku menulisnya sendiri. Dengan malu-malu kukatakan, aku membacanya di blog binatang jalang, ditulis oleh bobengcu. Sandra (bukan nama sebenarnya) memandangku tajam, otaknya yang cemerlang langsung menangkap maksudku mengutip tulisan tersebut. Sebelum dia memberi tanggapan, aku segera mengutarakan pemikiranku, biar dianggap pinter juga.
“Sandra (bukan nama sebenarnya), jelita di antara wanita, bukankah bobengcu dalam tulisannya sedang menulis tentang seorang PENIKMAT SEJATI? Bukankah tulisannya sesuai dengan teori kenikmatan yang kamu ajarkan? Aku ingat, kamu pernah ngomong begini sama aku,”
“Ketika Allah menikmati semua yang dilakukan untuk kemuliaanNya, manusia tidak berhak untuk mengganggu dan memprotesnya. Karena semuanya adalah hak Allah untuk melakukan sebagai Pencipta. Sekalipun manusia menjadi korban, manusia tetap tidak berhak untuk memprotes Allah. Manusia biasanya tidak fair. Ketika manusia mengejar kenikmatan sementara dan tidak menghiraukan Allah dan bahkan melawan Allah, seringkali Allah membiarkannya dan tidak mengganggu, bahkan menyediakan segala kenikmatan yang dibutuhkan! Tetapi, mengapa kita memprotes kehendak Allah yang menikmati semua perbuatanNya sekalipun bertentangan dengan kehendak manusia?! Bukankah Allah berhak melakukan semuanya tanpa gangguan sedikitpun dari manusia yang merasa terganggu?!”
Dan Allah memberikan kepuasan dan kenikmatan yang berlimpah kepada manusia untuk memuliakanNya. Meskipun semuanya sudah dicemari oleh dosa, kenikmatan yang sementara itu seharusnya bisa dinikmati dalam kelimpahannya. Maka perlu usaha, dengan kerja keras untuk menikmati semua kelimpahan itu.
Ketika seseorang tidak mengusahakan dan menikmati segala kelimpahan anugerah Allah dengan segala daya upaya, maka sebenarnya orang itu sedang ‘membiarkan’ segala anugerah yang berlimpah itu yang berasal dari Allah. Artinya, sebenarnya orang itu sedang ‘menghina’ Allah yang sudah memberikan anugerah yang berlimpah itu seolah-olah Allah tidak mengerti bagaimana mendistribusikannya dengan benar dan memberikan apa adanya. Padahal Ia memberikannya dengan berlimpah.
Selain itu, kenikmatan sementara tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran untuk menikmati kenikmatan kekal. Kenikmatan sementara ini bukan hanya kenikmatan yang berdiri sendiri untuk kesementaraan ini, melainkan juga bagian dari pembelajaran di dalam menikmati segala kenikmatan yang lebih baik, suci dan murni di dalam kekekalan. Dan bahkan kenikmatan yang sementara ini justru harus dinikmati untuk menikmati sumber kenikmatan itu sendiri, yaitu sang Pencipta yang seharusnya lebih nikmat karena Ia adalah sang sumber kenikmatan.
Tiba-tiba Sandra (bukan nama sebenarnya) menggenggam dan menggoyang tanganku untuk menghentikan ocehanku. Dia menatapku tajam, lalu bertanya, “Kamu kenal bobengcu yang tulisannya kamu kutip?” Aku menggeleng, “aku tidak kenal dia,” Aku melihat rasa kecewa tersirat di wajahnya. Tiba-tiba saja hatiku dipenuhi rasa cemburu, dengan suara bergetar aku bertanya, kenapa Sandra (bukan nama sebenarnya) ingin bertemu bobengcu? Dengan gemas Sandra (bukan nama sebenarnya) mengetuk-ngetuk dahiku dengan jemari lentiknya, “Oncom, aku hanya ingin dengar kisah petualangannya. Kita baru belajar Teori kenikmatan, si bobengcu ini nampaknya sudah menjalani semuanya.” Aku mengangguk-angguk, rasa cemburu itu menguap begitu saja.
Sandra (bukan nama sebenarnya) mengajakku ikut dengan teman-teman berlibur ke Villanya di puncak, dari malam Jumat sampai hari Minggu. Tentu saja tawaran itu langsung kuterima. Aku dan teman-teman sudah tahu, berlibur di villa Sandra (bukan nama sebenarnya), berarti makanan berlimpah dan bir tanpa batas.
Aku menghentikan motor, Sandra (bukan nama sebenarnya) segera melompat turun. Ia membuka helmnya sambil ngoceh, “Kalau sering-sering ikut kamu, aku bisa mati jantungan dech!” Aku memarkir motor, membuka helmku dan tertawa. “Kalau kamu sering-sering memboncengku, mungkin aku yang mati duluan, mati kenikmatan.! Sandra (bukan nama sebenarnya) melotot dan mengancam untuk membenamkan kuku-kuku runcingnya ke tanganku, “Jangan ngaco ya, gua hajar lu!” Aku segera menekuk lututku dan menyembah, “Ampuni daku my lady, jelita di antara wanita!” Melihat tingkahku itu Sandra (bukan nama sebenarnya) tertawa, “Dasar orang gila, aku mau mandi dulu, anak-anak pada belum pulang atau baru pergi?” Aku bangkit berdiri dan mengangkat bahuku.
Hari ini, hari Sabtu, salah satu hari terindah dalam hidupku. Tadi pagi, aku mengajak teman-teman untuk pergi ke peternakan kupu-kupu. Hanya Sandra (bukan nama sebenarnya) yang mau, teman-teman yang lain memilih untuk ke taman Safari. Aku dan Sandra (bukan nama sebenarnya) pergi ke peternakan kupu-kupu naik motor trail kakaknya. Setelah dari peternakan kupu-kupu, aku mengajak Sandra (bukan nama sebenarnya) untuk berpetualang menerobos hutan pinus, menyusuri jalan setapak. Awalnya dia ragu, namun setelah kuberitahu, bahwa aku menguasai hampir semua jalan tikus di wilayah itu, dan mengiming-iminginya untuk menikmati petualangan yang belum pernah dialaminya, dia setuju. “Kamu pikir kakakmu bawa motor trail ke villa cuman untuk pajangan? Dia pasti pernah cerita betapa nikmatnya ngetrail menyusuri hutan pinus, menembus kampung.” Aku sudah sering berpetualang menembus hutan pinus di sekitar puncak, baik dengan sepeda maupun dengan motor trail, juga dengan berjalan kaki. Dari semua petualangan itu, hari inilah yang terindah. Tentu saja karena Sandra (bukan nama sebenarnya) menemaniku.
Setelah mandi, aku langsung menyambar dua kaleng bir dari lemari es lalu berjalan keluar mencari Sandra (bukan nama sebenarnya). Aku menemukannya sedang duduk di bangku taman. Dia tertawa ketika melihatku, aku meletakkan bir di meja lalu tersenyum padanya, “Tunggu sebentar tuan putri, hamba segera menyajikan teh untuk anda!” Tanpa menunggu jawaban Sandra (bukan nama sebenarnya), aku segera berlari ke dapur. Beberapa saat kemudian aku berjalan kembali dengan sebuah poci dan dua buah cangkir di atas nampan. Aku menuangkan teh untuk Sandra (bukan nama sebenarnya), lalu menuangkannya untuk diriku sendiri.
“Teh hijau dari perkebunan gunung mas, diolah dengan di sangrai oleh orang desa, disajikan dengan gula batu, 2 butir cengkeh dan sepotong kayu manis, oleh juru teh khusus hai hai, ketika anda menikmatinya, maka rasa hangatnya seolah matahari pagi yang jatuh di sela-sela pohon pinus, campuran wangi teh dan cengkeh serta kayu manisnya seolah aroma cinta dewa-dewi yang sedang mabuk asmara, cocok untuk sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Silahkan di minum, jelita di antara wanita” Sandra (bukan nama sebenarnya) tertawa terbahak-bahak mendengar uraianku sambil melotot, aku hanya ngakak. Kami lalu menikmati teh di keheningan senja villa keluarga Sandra (bukan nama sebenarnya) yang indah.
Sandra (bukan nama sebenarnya) memuji teh buatanku, “hai, aku sering iri melihat cara kamu menjalani hidup. Walau konyol, tetapi kamu selalu happy. Aku senang kamu mengajakku ke peternakan kupu-kupu, menjelajah hutan pinus dan perkampungan, pengalaman indah yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Teh buatan kamu enak, aku belum pernah minum teh dengan rasa begini.”
Tiba-tiba hatiku dipenuhi keberanian, aku mengulurkan kedua tanganku, meraih kedua tangan Sandra (bukan nama sebenarnya) yang diletakkan di atas meja. Aku menatapnya sambil tersenyum dan berkata,
“Sandra (bukan nama sebenarnya), jelita di antara wanita, kamu benar-benar meyakini TEORI KENIKMATAN yang kamu ajarkan selama ini?”
Apa yang dikatakan bobengcu ketika kami chating ternyata benar, Sandra (bukan nama sebenarnya) tidak akan menganggap apa yang aku lakukan itu, meraih tangannya dengan kedua tanganku sebagai perbuatan kurang aja. “Kamu yakin?” kembali aku bertanya, sambil melepaskan tanganku. Sandra (bukan nama sebenarnya) menangkupkan kedua tangannya di tanganku, gantian, sekarang dia yang memegang tanganku.
“Aku yakin.” Jawabnya ragu-ragu,
“Ada banyak hal yang masih membingungkanku, tetapi aku yakin dengan teori kenikmatan itu. Menurut temanku, yang pertama kali mengajarkannya adalah hamba Tuhan yang sangat diberkati pelayanannya, sedangkan yang menyebarkan teori itu di Indonesia, bukan hamba Tuhan biasa.” Dia melanjutkan sambil melapaskan tangannya, dan duduk menyandar. Aku juga duduk bersandar.
Aku menatapnya, lalu mengajukan pertanyaan baru, apakah Dia serius ketika mengajarkan:
Manusia adalah ciptaan Allah tertinggi di dunia ini. Itu sebabnya ciptaan Allah yang tertinggi kenikmatannya adalah manusia. Allah mengatakan tidak baik manusia itu seorang diri. Karena jikalau manusia hanya sendiri maka manusia tidak bisa menikmati sesama manusia. Seringkali orang-orang mengartikannya dengan cinta atau kasih.
Kesalahan dalam menikmati sesama manusia dimulai dari kesalahan di dalam menikmati keindahan dan kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia. Melihat wanita yang cantik, seharusnya membuat kita menikmati dan bersyukur kepada Allah yang masih memberikan keindahan, kecantikan dan kemuliaan kepada manusia berdosa. Di samping itu, seharusnya lebih menghargai di dalam relasi dan persekutuan yang bisa hadir di dalam persahabatan. Yang terjadi ternyata banyak pria yang menginginkan seorang wanita cantik untuk dimiliki dan dinikmati sendiri, bahkan ada yang hanya menginginkan tubuhnya hanya untuk sekedar dinikmati dan memuaskan nafsunya yang berdosa.
Manusia yang ingin menikmati sesama manusia hanya untuk pelampiasan nafsunya, sesungguhnya sudah melakukan perbuatan dosa yang lain, yaitu: menyia-nyiakan kenikmatan di dalam relasi yang sehat dan menikmati Allah saat kita bersyukur dan memuliakan Allah yang menjadi sumber dari segala keindahan dan kecantikan.
Sandra (bukan nama sebenarnya), menatapku, lalu mengangguk. Aku memajukan tubuhku hingga dadaku menyentuh meja yang membatasi kami. Aku memohon padanya agar tidak marah dengan semua yang akan kuucapkan, kalaupun dia tidak berkenan dengan apa yang akan kuucapkan, namun dia harus menghargai, sebab aku mengatakannya dengan jujur. Setuju atau tidak setuju, dia harus membantuku setelah mendengarkan apa yang akan kukatakan. Karena keseriusanku, maka tanpa sadar Sandra (bukan nama sebenarnya) memajukan tubuhnya dan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Aku menggenggam kedua tangannya dengan kedua tanganku dan menatapnya sungguh-sungguh.
“Sandra (bukan nama sebenarnya), jelitaku, kamu mengajarkan padaku, bahwa kenikmatan sementara tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran untuk menikmati kenikmatan kekal. Kenikmatan sementara ini bukan hanya kenikmatan yang berdiri sendiri untuk kesementaraan ini, melainkan juga bagian dari pembelajaran di dalam menikmati segala kenikmatan yang lebih baik, suci dan murni di dalam kekekalan. Dan bahkan kenikmatan yang sementara ini justru harus dinikmati untuk menikmati sumber kenikmatan itu sendiri, yaitu sang Pencipta yang seharusnya lebih nikmat karena Ia adalah sang sumber kenikmatan.” Aku berhenti, agar Sandra (bukan nama sebenarnya) dapat mencerna, bahwa aku mengutip apa yang diajarkannya dengan tepat.
Aku berusaha mengingat-ingat kata-kata bobengcu,
“tatap dia tepat di kedua matanya, nikmati kecantikannya, nikmati keindahan matanya, nikmati bibirnya yang merekah. Biarkan cinta menggelegak dalam dadamu, jangan biarkan cinta hanya mengalir melalui matamu, tetapi biarkan cinta mengalir keluar dari seluruh tubuhmu, dari seluruh pori-pori tubuhmu, memenuhi udara, memenuhi seluruh ruangan, memenuhi seluruh langit biru.
Kemudian aku berkata kembali perlahan-lahan sambil menatap Sandra (bukan nama sebenarnya) tepat di kedua matanya. Bobengcu benar, apa yang dikatakannya benar, mengungkapkan cinta terlalu penting untuk dilakukan secara spontan, mengungkapkan cinta harus direncanakan sama seriusnya seperti ketika engkau merencanakan hari pernikahanmu.
“Aku ingin MENIKMATI kamu Sandra (bukan nama sebenarnya), jelitaku. Sebenarnya, aku sudah menikmati kamu selama ini. Izinkanlah aku belajar memurnikannya sambil menikmatinya. Aku ingin menikmatimu sebagai seorang kekasih, namun, bila seiring waktu berlalu, ternyata kita merasa lebih nikmat saling menikmati sebagai teman, maka kita akan saling menikmati sebagai teman. Mungkin kamu sekarang menikmati saya sebagai teman, namun bila kamu tidak mencoba menikmati saya sebagai kakasih, maka kamu tidak akan pernah tahu, apa rencana Tuhan bagi kita berdua? Apakah Tuhan merencanakan kita berdua saling menikmati sebagai teman atau sebagai kekasih? Kita tidak akan pernah tahu, hingga kita menikmatinya dan belajar memurnikannya.”
Sandra (bukan nama sebenarnya) menatapku ragu, namun nampaknya dia tidak sanggup melepaskan diri dari pesonaku. Aku membawa kedua tangannya yang ada dalam genggamanku ke bibirku dan mengecupnya dengan penuh cinta. Sandra (bukan nama sebenarnya) menatapku, matanya berbinar, bibirya merekah, ada keinginan untuk mengecupnya. Di sinetron, di film, di novel, di cerpen, di puisi, setiap lelaki mengungkapkan cintanya pada kekasihnya, lalu merengkuhnya dalam pelukan dan mengecupnya seolah tiada lagi hari esok.
Aku ingat, saat itu bobengcu berkata, “Ketika musim kawin tiba, beruang-beruang jantan setelah menemukan betina yang dicintainya, lalu menyatakan cintanya dengan menggosokkan punggungnya ke pohon sekuat tenaga. Beruang betinalah yang menentukan jantan mana yang dipilihnya. Beruang paling garang, paling besar dan paling kuat belum tentu menjadi pilihan. Sekali beruang betina menentukan pilihan, maka jantan-jantan yang tak terpilih akan menyingkir, untuk mencari betina lain. Dalam hal melamar wanita untuk menjadi kekasih, kita harus belajar kepada binatang.”
Ketika melamar seorang wanita untuk menjadi kekasihmu, jangan berusaha memeluknya apalagi berusaha menciumnya, itu akan mengurangi keindahan saat itu. Engkau harus menunggu dalam keheningan, menunggu dengan sabar, menunggu 1000 tahun bila perlu. Biarlah dia merenungkan lamaranmu dengan tenang, biarlah dia mengambil keputusan dengan sadar. Yang harus engkau lakukan adalah membiarkan cintamu memancar keluar dari seluruh pori-pori tubuhmu memenuhi dunia dan berharaplah pori-porinya menyerap semua cintamu.
Sandra (bukan nama sebenarnya) bangkit berdiri tanpa berusaha melepaskan tangannya dari genggamanku, dia lalu melangkah mengelilingi meja dan duduk di bangku panjang yang kududuki, dia duduk di sampingku sementara aku menggenggam tangannya. Dia menatapku dan aku dapat merasakan asmara yang memancar dari seluruh pori-pori tubuhnya menyusup pori-poriku. Tiba-tiba dia mengecup pipiku dalam sebuah gerakan kilat. Tiba-tiba saja aku melakukan kesalahan, aku ngakak dan cinta yang memenuhi udarapun buyar. Sandra (bukan nama sebenarnya) melotot, ada luka terpancar di matanya. Aku segera melingkarkan tanganku mendekapnya, otot tubuhnya mengeras, sebelum dia berontak melepaskan diri aku berkata, “Sssst …. Aku mentertawakan setan sebab tahun lalu, ketika tahu aku jatuh cinta padamu, dia mentertawakanku.” Sandra (bukan nama sebenarnya) membenamkan kuku-kuku runcingnya di dadaku. “Dasar orang gila!” katanya sambil bersandar padaku.
Hari itu hari sabtu, hari terindah dalam hidupku. Sebelum hari itu, aku tidak pernah khawatir tentang kematian, namun setelah hari itu, aku takut mati, karena ingin menikmati hidup dengan Sandra (bukan nama sebenarnya) sebagai kekasihku. Malam harinya, aku tidur dengan sejuta kenangan, namun dalam tidurku aku bermimpi ketemu dengan bobengcu, seorang teman yang kukenal di internet satu setengah tahun yang lalu. Inilah kata-katanya tentang menikmati Allah.
Manusia hanya bisa menikmati sesama manusia, mustahil bagi manusia untuk menikmati Allah. Manusia hanya mampu menikmati sesuatu yang berwujud, sedang Allah menghendaki kita menyembahNya TANPA WUJUD. Ketika manusia berusaha menikmati Allah, maka dia harus melanggar perintah kedua dari Sepuluh Perintah Allah.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Keluaran 20:4
TEORI KENIKMATAN hanya sebuah teori. Kebanyakan penganjur teori kenikmatan tidak memahami apa yang mereka ajarkan. Untuk MENIKMATI anda butuh panca indera. Orang buta, mustahil menikmati warna, orang tuli mustahil menikmati nada, orang tanpa hidung mustahil menikmati bau, yang tidak memiliki lidah mustahil menikmati rasa, orang yang belum pernah jatuh cinta mustahil menikmati cinta. Bagaimana manusia menikmati Allah? Paling hebat mereka hanya mampu menikmati KONSEP Allah dalam pikirannya, sedangkan konsep Allah dalam pikiran manusia jelas bukan Allah. Menurutku, sebelum mengajarkan teori Kenikmatan, para penganjurnya harus membaca kamus bahasa Indonesia untuk memahami kata “nikmat, kenikmatan dan menikmati” dulu. Saya berjanji akan mengajarmu untuk menikmati Sandra (bukan nama sebenarnya), asal engkau berjanji untuk mengajar dia, bahwa mustahil manusia dapat menikmati Allah.
Nice story, saya sangat menikmati ceritanya…
Ya, bagaimana dengan kamus westminster yang mengatakan tujuan hidup manusia adalah memuliakan Allah dan fully enjoy him forever. Saya sendiri kurang mengerti konsep ini, saya hanya memikirkan enjoy Him, berarti enjoy apa yang Dia kerjakan dalam hidup kita, enjoy His work, His blessing, His faithfulness. Bagaimana menurut anda? Jika memungkinkan, tolong bila ada kesempatan membahas tentang John Piper. Terimakasih.
@Stephen, mungkin yang anda maksudkan adalah KETEKISMU WEstminster atau pengakuan iman Westminster? ENJOY GOD = MENiKMATI Allah. john Pipper banyak menulis tentang hal tersebut. Momentum SUDAH menerbitkan buku-buku john Piper ke bahasa Indonesia. Menurut saya Pdt. Dr Stephen Tong sama sekali TIDAK tahu hal demikian. bila tahu Momentum MENERJEMAHKAN dan menerbitkan buku John Piper, dia PASTI NGAMUK! bila hendak membelinya, SEGERALAH sebelum buku tersebut KENA BREDEL. ha ha ha ha ha …