
Saat berumur tujuh tahun, aku bertanya kepada neneku, “Dari mana aku datang?” Nenekku bilang, “Dari ayah bunda (tia ma).” Aku pun lanjut bertanya, “Dari mana ayah bundaku datang?” Beliau bilang, “Dari ayah bunda mereka.”
Kerabatku sekalian, dahulu kala, seorang kaisar Tiongkok terus bertanya kepada diri sendiri, “Dari mana aku datang?” Akhirnya dia pun sampai pada kesimpulan bahwa, “Manusia datang dari yang melahirkan manusia namun tidak pernah dilahirkan oleh siapa pun.”
Siapakah dia yang melahirkan manusia namun tidak pernah dilahirkan siapa pun? Leluhur (co – zǔ 祖). Disebut leluhur (zǔ 祖) karena beliaulah yang paling LUHUR alias paling TUA di antara semua manusia. Semua yang dilahirkan pasti mati. Karena tidak pernah dilahirkan maka leluhur (zǔ 祖) tidak pernah mati.
Kitab Kejadian mencatat: Manusia dibuat oleh Elohim dari sebutir debu tanah yang dihembusi nafas hidup. Pdt Stephen Tong mengajarkan: Manusia diciptakan oleh Allah dari NIHIL. Bangsa Tiongkok kuno meyakini: Manusia tidak dibuat apalagi diciptakan namun DILAHIRKAN oleh leluhurnya (zǔ 祖).
Ayahku meninggal dalam usia 83 tahun. Walaupun beliau telah wafat namun aku masih merasakan kehadirannya. Perasaan hormatku kepadanya sama sekali tidak berkurang. Rasa sayangku kepadanya tetap sama.
Nenekku meninggal tahun 1991 dalam usia 91 tahun. Walaupun beliau sudah wafat 32 tahun yang lalu, namun aku masih merasakan kehadirannya setiap kali menatap fotonya atau mengingatnya bahkan saat mengutip ujaran-ujarannya bagi orang lain.
Kalau kebetulan lewat di kuburan Hokkien tempat neneku dimakamkan, aku pasti menyapanya, “Ema, wa lai – nenek, aku datang,” kemudian mengepalkan tangan kananku di depan dada lalu merangkapkan tangan kiriku membungkus kepalan tanganku dan membungkuk tiga kali memberinya hormat.
Aku tahu! Mustahil nenekku menjawab teriakan penuh rinduku. Tidak mungkin nenek mengelus kepalaku sayang saat aku memberi hormat kepada pusaranya. Lalu kenapa aku melakukannya? Berteriak penuh kerinduan lalu memberi hormat kepada nenekku padahal yang ada di hadapanku hanya gundukan kuburan tertulis namanya di mana jasadnya sudah membusuk jadi tanah dan tulang belulangnya sudah melapuk. Tanya, “Kenapa?”
Karena rindu, aku pun melampiaskan perasaan rinduku kepadanya dengan memanggilnya, “Ema, wa lai – nenek, aku datang.” Itulah cara MEMUASKAN perasaan tanpa melanggar kesusilaan. Makanya kelima kaisar (wǔdì 五帝) melembagakannya dan menjadikannya hukum (xiàn 憲) lalu ketiga raja (sānwáng 三王) mengajarkannya (yán 言), sembahyang arwah (guǐ 鬼).
Kakekku lahir di Hokkien, Tiongkok dan wafat di Hindia Belanda waktu ayahku berusia 2 tahun. Walaupun di rumah mamaku kami menggantung fotonya, namun kami tidak pernah merasakan kehadiran kakekku saat menatap fotonya. Itu terjadi bukan karena kakekku tidak hadir namun karena kami tidak mengenalnya dan tidak pernah berinteraksi dengannya. Tidak ada kenangan tentangnya.
Karena tidak pernah berinteraksi dengannya maka di dalam hatiku pun tidak ada kerinduan sama sekali kepada kakekku. Itu sebabnya, aku bahkan tidak pernah mencari-cari berita tentangnya selain yang diceritakan nenekku kepadaku. Untuk kakekku, tidak ada rindu dan sayang, hanya ada rasa hormat karena beliau adalah kakekku.
Hanya anak sulung atau ahli waris yang berhak menegakkan altar sembahyang bagi almarhum orang tuanya. Itu sebabnya, di rumahnya, kakekku tidak ada papan arwah (mí/nǐ 禰) untuk sembahyang kedua orang tuanya karena dia bukan anak sulung atau ahli waris.
Di dalam bahasa Hokkien, generasi yang telah meninggal dunia (Ayah bunda, kakek nenek, moyang) disebut Cong (zōng宗). Aku menerjemahkan kata Cong (zōng宗) ke dalam bahasa Indonesia menjadi nenek moyang.
Sejak purbakala bangsa Tiongkok kuno HANYA menyembah leluhur (zǔ 祖) dan nenek moyang (zōng 宗). Yang bukan leluhur dan bukan nenek moyang tidak boleh disembah. Menyembah nenek moyang (zōng 宗) orang lain namanya menjilat.
Tidak semua orang berhak mendirikan altar sembahyang nenek moyang (zōng 宗). Hanya anak pewaris atau anak sulung (zōngzǐ 宗子) yang boleh mendirikan altar sembahyang nenek moyang (zōng宗). Yang bukan anak pewaris (shùzǐ 庶子) tidak boleh mendirikan altar sembahyang bagi nenek moyangnya.
Apakah non Tionghoa boleh sembahyang leluhur (zǔ 祖)? Boleh. Kenapa demikian? Karena leluhur (zǔ 祖) adalah milik semua orang. Sebab dari leluhurlah seluruh manusia berasal. Itu sebabnya leluhur kita disebut leluhur semua orang Cokong (zǔgōng祖公).
Apakah sembahyang leluhur (zǔ 祖) berbeda dengan sembahyang nenek moyang (zōng宗)? Tentu saja berbeda. Sembahyang leluhur (zǔ 祖) berbeda dengan sembahyang nenek moyang (zōng宗). Perbedaannya adalah:
Pai (Bài 拜) artinya sembahyang. Saat sembahyang nenek moyang (zōng宗) kita King (jìng 敬) namun ketika sembahyang leluhur (zǔ 祖) kita Cun (zūn 尊). King (jìng 敬) artinya menyambut atau mempersilahkan. Cun (zūn 尊) artinya menuakan (usianya) alias meninggikan (derajat senioritasnya) alias memuliakan.
Kenapa kepada leluhur (zǔ 祖) kita tidak King (jìng 敬) alias menyambutnya atau mempersilahkannya? Karena kita tidak mengenalnya sebab beliau tidak pernah menampakkan diri alias menghampiri manusia. Makanya kita hanya bisa menuakannya atau meninggikannya alias memuliakannya.
Seluruh dunia mengakui kebenarannya, saat seseorang mati, tubuhnya membusuk jadi tanah. Sejak purbakala, bangsa Tiongkok percaya bahwa setelah seseorang wafat, selain tubuhnya membusuk jadi tanah, arwahnya (guǐ 鬼) pun langsung kembali kepada leluhurnya (zǔ 祖) yang adalah roh (shén神).
Itu sebabnya diajarkan bahwa: Guǐ 鬼 adalah arwah alias roh manusia yang telah wafat. Shén神 adalah roh yang tidak pernah menjadi manusia dan tidak pernah mati.
Allah yg digambarkan di Wahyu jelas malaikat juga . Iblis tak mau menyembah Allah karena sama sama malaikat. Alias bukan pencipta. karena mustahil pencipta perang dengan mahluk ciptaannya. Kecuali sakit jiwa. Wahyu 19:11-16.
Saya hanya seorang tionghoa kristen yang suka membaca Alkitab lalu membabarkannya kepada masyarakat sekalian sebagai catatan untuk diwariskan kepada anak saya.
Orang tiongkok asli di sono ya nyembah duit
Beng, berdoa cuma buang waktu untuk cari cuan paham lu
ngggak paham.
Kitab² perjanjian baru itu sebenarnya memaksa nyambung ke kitab para nabi perjanjian lama, wong edan. Makanya kalo dirasa²kan maka akan aneh jadinya. Kitan wahyu memang sengaja ingin menggiring kita untuk mengatakan ular itu iblis. Juga seperti kitab yohanes yang menggiring kita untuk mengakui keilahian yesus dengan cara yang sangat memaksa.
Iblis bukan ular tapi malaikat.
Allah bukan pencipta tapi malaikat.
Yesus keturunan manusia dan malaikat. Malaikat lebih sakti dan kuat daripada manusia. Makanya saya suka berdoa kepada Yesus. Allah dan Iblis.
Tuhan Yesus adalah pemuka agama pertama yang mengajarkan untuk menjadi pemuka agama profesional artinya DIBAYAR. Makanya Tuhan Yesus tidak pernah mengagul-agulkan pekerjaannya, demikian juga murid-muridnya.
Semua jadi malaikat aja dech,biar kompak.
Jadi apa saja tidak masalah yang penting bahagia. Percuma jadi malaikat ( kalau ada) tetapi tidak bahagia.
Heat on 07/03/2023 at 5:58 pm
00Rate This
Orang tiongkok asli di sono ya nyembah duit
Beng, berdoa cuma buang waktu untuk cari cuan paham lu
—
Memangnya Anda pernah melihat orang sana taruh duit, lalu di sembah sambil nungging, jedotin jidat ke lantai, atau muter2 kelilingin duit di meja ???
Atau teriak2 pagi siang sore manggilin duit ??