Erastus Sabdono mengajarkan, “Kata menciptakan dalam bahasa Ibrani adalah bara. Bara sering dipahami sebagai menciptakan tanpa bahan. Hanya Allah yang Maha Cerdas yang dapat melakukan penciptaan dengan kualitas creatio ex nihilo.”
Pada mulanya Allah menciptakan (bara) langit (shamayim) dan bumi (erets). Kejadian 1:1
Maka Allah menjadikan (asah) cakrawala (raqiya) dan Ia memisahkan air (mayim) yang ada di bawah cakrawala itu dari air (mayim) yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit (shamayim). Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. Kejadian 1:7-8
Berfirmanlah Allah: “Hendaklah segala air (mayim) yang di bawah langit (shamayim) berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu DARAT (erets), dan kumpulan air itu dinamai-Nya LAUT (yam). Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Kejadian 1:9-10
Kata “erets” di dalam bahasa Ibrani artinya BUMI (Inggris: earth). Namun kenapa di dalam Kejadian 1:9-10 di atas para penerjemah LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) justru menerjemahkannya menjadi DARAT (Inggris: land)?
Handai taulanku sekalian, karena itulah cara para penguasa gereja menyembunyikan kebenaran dari umatnya. Mula-mula mereka menyembunyikan kebenaran Alkitab dengan menegakkan doktrin bahwa hanya para penguasa (imam) saja yang boleh membaca Alkitab.
Walaupun saat ini siapa saja bebas membaca dan meneliti Alkitab namun orang Kristen justru malas membaca Alkitab. Alih-alih membaca dan meneliti Alkitab, para sarjana teologi justru menganggap dirinya cerdas karena pandai mengutip tulisan dan kotbah orang lain.
Kerabatku sekalian, faktanya, sampai hari ini para sarjana teologi Kristen nggak becus mengerti kisah penciptaan dengan benar. Alih-alih bersikap rendah hati dan rajin belajar mereka justru mencari jalan pintas dengan menafsirkan alias menangkap maksud perkataan (kalimat dan sebagainya) tidak menurut apa adanya saja, melainkan diterapkan juga apa yang tersirat (dengan mengutarakan pendapatnya sendiri) bahkan mengedit ayat-ayat Alkitab seenak jidatnya.
karena perilaku menafsirkan dan mengedit seenak jidatnya itulah maka umat Kristen pun kehilangan kesempatan untuk memahami Alkitab apa adanya saja. Itu sebabnya suhu hai hai tidak bosan-bosannya menghimbau umat Kristen Indonesia agar rajin membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu dan saling bahu-membahu menguji segala ajaran Kristen guna memegang yang baik sebab Alkitab belum dipahami dengan benar sampai hari ini.
Bagaimana dengan Erastus Sabdono yang menamai gerejanya dengan jumawa, Gereja Suara Kebenaran Injil? Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, Erastus sama sontoloyonya dengan para sarjana teologi lainnya. Hanya karena menganggap slogan-slogannya keren langsung mengklaim ajarannya paling benar? Ha ha ha …
Kisanak, ketika kitab Kejadian ditulis oleh Musa, saat itu bangsa Israel tidak tahu kalau bumi itu bulat. Bahkan mereka juga tidak tahu kalau air hujan adalah air di bumi yang menguap menjadi awan. Itu sebabnya mereka menyangka bahwa air hujan adalah air yang ada di atas langit yang mengucur ke bumi lewat jendela-jendela alias tingkap-tingkap yang terbuka di langit.
Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap (arubbah) di langit (shamayim). Kejadian 7:11
Itu sebabnya Musa memulai kisah penciptaan langit dan bumi dengan membuat cakrawala untuk memisahkan air di atas langit dan air diwah langit. Air di bawah langit itu lalu dipisahkannya menjadi bumi (erets) yang kering dan laut (yam) basah dan berair. kalau saja Musa tahu bahwa di bawah laut ada bagian yang kering, kisah penciptaanya pasti beda lagi. Ha ha ha ….
Karena tidak diajari oleh Erastus Sabdono itu sebabnya Musa tidak menulis kisah penciptaan yang hebat dengan kualitas creatio ex nihilo. Makanya kisah penciptaan karya Musa nampak primitif dan biasa saja yaitu: Allah menciptakan langit dan bumi dengan bahan baku air.
Bahan baku air itu dipisahkan maka muncullah langit. Ketika bahan baku air di bawah langit dipisahkan keluarlah bumi dan laut. Semua ciptaan ada bahan bakunya. Tidak ciptaam yang diciptakan dari nihil .
Sebenarnya tidak sulit bagi siapa saja untuk memahami kisah penciptaan langit dan bumi bukan? Ceritanya sangat sederhana dan masuk akal serta sesuai ilmu pengetahuan jaman itum bukan?
Masalahnya menjadi sulit bahkan mustahil dipahami karena kita sudah dibutakan oleh akumulasi berbagai HOAX para sarjana teologi Kristen dari generasi ke generasi.
segala sesuatu ada yang menciptakan. Allah ada yang menciptakan, banyak teolog bandot bodoh yang tidak tahu siapa yang menciptakan Allah. padahal sangat jelas dan gamblang. Allah diciptakan oleh temannya.
Siapa temannya Allah pasti Allah juga.
Allah ngomong kepada temannya (Kejadian 3 ayat 22)
Bandot berteman dengan bandot.
Kampret berteman dengan kampret.
Allah temannya banyak seperti ngak terhitung. begitu yah
trus kau yang paling benar?
coba jelaskan sedetilnya kebenaran yg menurut kau yg paling benar?
kebenaran adalah kebetulan.
comtohnya
lapar kebetulan ada nasi
haus kebenaran ada air kopi
Langit itu ruang kosong tanpa batas, mustahil Allah menciptakan langit, hasil pengamatan menggunakan sains jagat raya dapat tercipta diperkirakan hanya butuh waktu 1 detik. Proses penciptaan 6 hari adalah bohong. Mencipta dalam 6 hari hanya membuktikan bahwa kuasa Allah ternyata ada batasnya.
tak u u ya!?
Dengan kitab kejadian sebagai standar kebenaran maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yagn disebut CAKRAWALA ada juga yang disebut LANGIT. yang disebut cakrawala adalah ruangan di atas ketika kita mendongak ke atas. Yang disebut sorga alias langit adalah KUBAH yang dia lihat ketika kita berdiri di udara terbuka dan mendongak ke atas.
Ajaran kisah penciptaan dalam 6 hari adalah CARA untuk MEMAHAMI alam secara ILMIAH dan masuk akal untuk generasai saat itu. Dengan pengetahuan alam yang sudah kita pahami hari ini, tentu saja kisah penciptaan 6 hari itu kita hanya bisa menarik kesimpulan bahwa penulis kitab yaitu Musa dan PENGETAHUAN pada masa itu sangat LOGIS dan ILMIAH walaupun jumlah pengetahuannya masih sedikit.