Ivan Kristiono Menafsirkan Ucapan Yesus Di Salib


Gambar: paulhill.wordpress.com

Lukas mencatat, salah satu penjahat MENGHUJAT Yesus namun dia melakukannya bukan untuk mengejek atau menghina apalagi mengutuk namun MENGHASUT agar Yesus menyelamatkan mereka.

Ivan Kristiono M.Div adalah pendeta Gereja Reformed Injili Indonesia. Pembina pemuda GRII pusat dan koordinator Sekolah Kristen Calvin serta dosen STT Reformed Injili Internasional juga Dosen STT Reformed Injili Jakarta.

Memberanikan diri bertanya, Dalam kebaktian tanggal 8 Mey 2011 di GRII Ngagel Surabaya, Pdt. Ivan Kristiono, M.Div mengajarkan:

Pemandangan salib sangat tidak baik untuk pendidikan. Di salib terjadi kutukan antara yang disalibkan dan yang menyalibkan. Salib tujuannya adalah untuk mempermalukan orang. Penganiayaan dan siksaan itu bukan hanya secara fisik. Aniaya secara fisik itu sudah kejam akan tetapi orang paling disakiti waktu ia dipermalukan. Tuhan Yesus mengalami kedua-duanya: fisik-Nya dianiaya habis dan harga diri-Nya ditaruh pada titik nol.

Rasa keadilan dan ingin dihargai membuat kita tidak terima apabila kita atau orang lain dipermalukan. Orang yang diperkosa fisiknya bisa sembuh tetapi mentalnya hancur karena merasa dirinya diperlakukan di titik nol, kotor, dan merasa najis. Ini dipermalukan, dibunuh karakternya. Ini dialami Tuhan Yesus, Ia ditelanjangi di kayu salib. Ia diarak, ditelanjangi, diludahi, dimaki, dan dihina habis-habisan. Orang jaman itu kalau lewat dan melihat orang disalibkan tanpa tahu apa salahnya langsung memaki orang itu.

Tuhan Yesus dihina oleh prajurit Romawi dan dipukuli, dihina orang Farisi dan ahli Taurat, dihina para penjahat yang disalib di kanan-kiri-Nya, dan Ia juga dihina oleh orang-orang yang lewat. Ia dihabisi sampai titik nol. Tidak diterima langit dan tidak diterima bumi. Mati-Nya tergantung.

Tapi di salib kita melihat hal unik: hati Yesus benar-benar hatinya Tuhan. Ia memiliki kualitas yang berbeda dengan ciptaan. Di salib semua hinaan itu hanya satu arah. Belum pernah ada orang yang disalib mampu mengeluarkan hanya tujuh kata dan tujuh kata itu adalah tujuh kata yang penuh hikmat dan bijasana. Ini seperti yang dikatakan dalam kitab Amsal 10:19, 21. Inilah Tuhan kita, kalimatnya memberikan kesegaran bagi orang yang di bawah-Nya. bayangkan, saat orang menunggu Ia mengumpat Ia malah mendoakan mereka. Ia sendiri mengatakan, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Hal ini hanya bisa dilakukan orang yang kualitas rohaninya benar-benar baik, tak lain hanya Tuhan saja yang mampu melakukan hal ini.

Berapa banyak orang Kristen masih menyimpan kepahitan dan dendam secara diam-diam kepada suami, istri, anak, dan orang-orang lain? kepahitan dan dendam itu selalu lebih merugikan mereka yang memiliki perasaan itu ketimbang orang yang kepadanya ia merasa sakit hati dan dendam. Tuhan yang memerintahkan kita untuk mengasihi itu sendirinya adalah yang juga mengerti penderitaan yang paling dalam dan Ia sendiri juga mengampuni kita. Mungkin kita mengatakan kepada Tuhan kalau kita mau mengampuni tetapi jangan orang yang ini. Kita harus menuntut keadilan bukan? Silahkan tuntut keadilan tetapi serahkan kepada Tuhan yang membalas dengan adil, bukan kita sendiri yang membalas. Boleh menuntut keadilan dan membela diri tetapi dendam dan membenci orang lain itu soal lain. Alkitab mengajarkan kita mengampuni.

Cara terbaik menghilangkan musuh adalah mengampuninya, demikian Abraham Lincoln. Memang tidak terlalu gampang  kalau hati kita disakiti. Tapi Tuhan memerintahkan kita mengampuni orang yang bersalah dan Ia berjanji untuk memberikan kekuatan itu kepada kita. Saat kita bisa mengampuni saat itulah kita baru berhak menyandang gelar murah hati. Satu hari Tuhan akan menguji kita untuk disakiti habis-habisan untuk menguji apakah kita bisa mengampuni atau tidak.

Kerohanian berarti bersinggungan dengan orang lain dan meresikokan diri. Mengampuni berarti murah hati, murah hati berarti kaya karena hanya orang yang kaya yang dapat memberi kepada orang lain. Ini adalah ucapan di kayu salib yang pertama. Sampai dengan ucapan ketiga di kayu salib kita masih bisa menerimanya tetapi pada ucapan keempat, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” muncul kebingungan di antara orang Israel yang berpikir bahwa Tuhan Yesus sedang memanggil Elia, tokoh Perjanjian Lama yang sangat mereka hormati yang dijanjikan kedatangannya dalam kitab Perjanjian Lama yang terakhir. Yohanes Pembaptislah yang menjalankan peran Elia itu tetapi mereka tidak mengenalnya. Padahal di dalam Mzm. 22:2 hal ini sudah jelas, Yesus sedang mengutip Mazmur ini dan bukannya sedang memanggil Elia. Hal ini pun juga sudah diklarifikasi oleh Alkitab.

Kesalahan kedua dipengaruhi oleh bidat Docetisme yang menyatakan bahwa yang tergantung di kayu salib hanya seolah-olah Yesus padahal bukan. Mereka mengatakan ada Manusia Yesus dan Tuhan Yesus, lalu waktu disalibkan Tuhan Yesus meninggalkan Manusia Yesus sehingga Manusia Yesus berseru “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Itu salah kaprah dan salah fatal yang sudah dinyatakan bidat oleh para bapa gereja.

Kesalahan fatal ketiga tidak separah kedua tapi fatal juga, muncul dalam masa gereja awal. Seolah Tuhan Yesus tertipu, terjebak karena berpikir disalibkan memang menderita dan penuh romantisme (bukankah kita waktu melayani Tuhan juga lebih sering tertipu pikiran romantis tentang hidup menderita dan menjadi martir daripada benar-benar mencintai Tuhan?) tapi tidak menyangka bahwa separah itu penderitaannya maka kalimat itu muncul. Plato mengajarkan dalam titik itu orang harus ada keberanian. Yesus dalam Injil Yohanes mengatakan, “Engkau semua akan meninggalkan Aku tetapi Aku tidak takut karena Bapa menyertai Aku.” Tuhan sudah tahu secara detail tentang apa yang akan Ia alami.

Kita telah melihat tiga penafsiran yang salah. Sekarang mari kita lihat penafsiran yang benar. Waktu Ia mengatakan “Eli, Eli Lama Sabakhtani” apa artinya?

Pertama, Mazmur 22:7,13. Mazmur ini menunjuk kepada Yesus. Waktu Yesus mengutip Mazmur ini maksudnya adalah Ia mau menyingkapkan satu rahasia bahwa kematian-Nya itu sudah dinubuatkan sejak Perjanjian Lama. Orang-orang Israel pasti sudah tahu Mazmur ini. Seharusnya mereka kaget dan ingat Mazmur 22 ini waktu mendengar Yesus mengatakan Eli Eli Lama Sabakhtani. Dengan demikian, jika Tuhan tidak mengatakan Eli, Eli Lama Sabakhtani maka kita tidak akan tahu. Karena itu jika kita dapat mengerti firman jangan sombong karena segala sesuatu adalah anugerah. Kita dapat tahu itu adalah berasal dari Tuhan.

Dalam Kitab Suci ketika Petrus ditanya siapakah Kristus, Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias yang hidup.” Tetapi Yesus bukan mengatakan pada Petrus, “Tepat sekali, jawabanmu akurat, engkau orang yang sangat canggih,” melainkan “Simon, bukan manusia yang mengatakan itu melainkan Bapa di surga yang menyatakannya padamu.” Berarti Roh Kudus berkomunikasi dengan kita. Waktu kita mengatakan mengerti firman, sejauh mana kita ‘mengerti’? Tingkat pengertian itu berbeda kedalamannya. Mungkin kita tahu secara kognitif tetapi belum secara keseluruhan terintegrasi dalam kehidupan kita. Mari kita rendah hati dan terbuka untuk mempelajari segala sesuatu. Kita jangan hanya pintar deskripsi, tetapi harus pintar memeluk kebenaran. Jangan hanya pintar menjelaskan tetapi tidak melakukan. Di dalam kerohanian kita harus tahu dosa apa yang ada dalam diri kita secara spesifik. Misalnya: saya sombong. Sombongnya bagian yang mana? Kita perlu tahu spesifik untuk bisa memperbaikinya. Seperti kita berobat ke dokter, kita perlu penjelasan dokter kita sakit apa secara akurat supaya dapat diobati. Ini butuh anugerah.

Kedua, “Eli, Eli, Lama Sabakhtani” adalah doa penyerahan diri (Mzm.22:26-30). Apa artinya? Pemazmur mau mengatakan saya susah dan mengalami kesulitan. Tetapi di tengah kesulitan ini saya bersyukur. Jadi Mzm.22 ini adalah doa ucapan syukur dan penyerahan diri karena berserah kepada Tuhan. Ini adalah iman. Iman adalah berserah diri pada Tuhan di saat tidak ada fondasi. Kadang-kadang dalam hidup Tuhan ijinkan tidak ada sandaran siapapun dalam hidup kita. Masihkah kita percaya kepada Tuhan disaat-saat seperti itu?

Ketiga, “Eli, Eli, Lama Sabakhtani” di sini berarti Tuhan sedang mengajarkan kita untuk fokus. Yesus mengajarkan poin yang paling mengerikan bukanlah saat kita dipermalukan atau dihina. Apa hal yang paling mengerikan dalam hidup ini yang diajarkan oleh Alkitab? Lihat Kel.33:1-4. Tidak ada hal yang paling mengerikan selain ditinggalkan Tuhan!! Musa mengerti hal ini. Bangsa Israel tahu hal ini. Daud pun tahu hal ini. Daud berdoa, “Jangan ambil roh-Mu dari padaku ya Tuhan. Jangan tinggalkan, jangan buang aku” (Mzm.51). Apa artinya kesuksesan kita jika karena kesuksesan itu kita ditinggalkan Tuhan? Mari kita minta penyertaan Tuhan. Karena Kristus sudah mati untuk kita, kita seharusnya mau berdamai dengan Tuhan. Mari kita berdoa meminta hal ini.

Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkotbah. (BV)

Bengcu Menggugat:

Ivan Kristiono: Pemandangan salib sangat tidak baik untuk pendidikan. Di salib terjadi kutukan antara yang disalibkan dan yang menyalibkan.

Alkitab tidak mencatat kisah tentara Romawi yang menyalibkan Yesus mengutuki Yesus dan kedua penjahat. Juga tidak mencatat kisah Yesus dan kedua penjahat yang disalibkan bersama-Nya mengutuki tentara Romawi yang menyalibkan mereka. Berdasarkan FAKTA demikian, maka, ajaran bahwa “Di salib terjadi kutukan antara yang disalibkan dan yang menyalibkan,” adalah omong kosong.

Ivan Kristiono: Orang jaman itu kalau lewat dan melihat orang disalibkan tanpa tahu apa salahnya langsung memaki orang itu.

Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, dari manakah Pdt. Ivan Kristiono mendapatkan pengetahuan tersebut di atas? Alkitab mengajarkan hal demikian? Tidak! Buku sejarah mencatat hal demikian? Tidak!

Ivan Kristiono: Tuhan Yesus dihina oleh prajurit Romawi dan dipukuli, dihina orang Farisi dan ahli Taurat, dihina para penjahat yang disalib di kanan-kiri-Nya, dan Ia juga dihina oleh orang-orang yang lewat. Ia dihabisi sampai titik nol. Tidak diterima langit dan tidak diterima bumi. Mati-Nya tergantung.

Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek ia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” Lukas 23:35

Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya. Lukas 23:36

dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Lukas 23:37

Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi”. Lukas 23:38

Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat (blasphemeo) Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Lukas 23:39

Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Lukas 23:40

Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lukas 23:41

Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Lukas 23:42

Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Lukas 23:43

Apakah penjahat yang disalibkan bersama Yesus menghina-Nya? Lukas memang mencatat bahwa salah satu penjahat MENGHUJAT (blasphemeo) Yesus, namun benarkah penjahat itu MENGHUJAT Yesus? Mengejek Yesus? Menghina Yesus? TIDAK! Ucapan penjahat itu sangat tegas dan gamblang. Bukan mengejek atau menghina atau menghujat apalagi mengutuk namun MENGHASUT Yesus agar menyelamatkan mereka.

Ajaran Pdt. Ivan Kristiono bahwa Yesus dihina para penjahat yang disalib di kanan-kiri-Nya adalah pepesan kosong. Ajarannya bahwa Yesus tidak diterima langit dan tidak diterima bumi juga omong kosong, karena langit tidak pernah menolak Yesus, demikian pula bumi.

Ivan Kristiono: Belum pernah ada orang yang disalib mampu mengeluarkan hanya tujuh kata dan tujuh kata itu adalah tujuh kata yang penuh hikmat dan bijasana.

Alkitab mencatat, di atas salib, Yesus mengucapkan tujuh KALIMAT, bukan tujuh KATA. Gelarnya lebih panjang dari namanya namun nggak ngerti apa itu KALIMAT dan KATA? Haruskah saya berkata, “wow begitu?”

Salah satu penjahat hanya mengucapkan dua kalimat untuk MENGHASUT Yesus menyelamatkan dirinya. Yang satu lagi hanya mengucapkan dua kalimat untuk menegor penjahat yang lain dan mengucapkan satu kalimat permohonan agar Yesus mengingat dirinya bila datang sebagai raja. Kenapa Pdt. Ivan Kristiono tidak menyatakan kedua penjahat itu lebih hebat karena mengucapkan lebih sedikit kata dibandingkan Yesus? Ha ha ha ha ha …

Ivan Kristiono: Bayangkan, saat orang menunggu Ia mengumpat Ia malah mendoakan mereka. Ia sendiri mengatakan, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Hal ini hanya bisa dilakukan orang yang kualitas rohaninya benar-benar baik, tak lain hanya Tuhan saja yang mampu melakukan hal ini.

Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.  Kisah Para Rasul 7:59-60

Yang dilakukan Stefanus waktu dirajam dan yang dilakukan umat Kristen abad pertama waktu dianiaya di dalam Colosseum tidak kalah agungnya dibandingkan dengan yang dilakukan Yesus ketika disalib yaitu mengampuni orang-orang yang menyiksa mereka. Itulah bukti ajaran Pdt. Ivan Kristiono bahwa hanya Tuhan saja yang mampu melakukan hal demikian adalah omong kosong.

Tidak ada hukum yang melarang umat Kristen memuji Yesus. Yesus Kristus adalah SAKSI yang setia. Dia memang TERUJI dan patut DIPUJI. Namun, tolong, pujilah Yesus dengan cara yang wajar karena alasan yang benar. Jangan menjilat-Nya membabibuta, karena tindakan demikian menjijikkan, tahu?

Ivan Kristiono: Kita harus menuntut keadilan bukan? Silahkan tuntut keadilan tetapi serahkan kepada Tuhan yang membalas dengan adil, bukan kita sendiri yang membalas.

MENGAMPUNI! Apa arti mengampuni? Mengampuni artinya memberi ampun bukan memaafkan. Orang-orang Kristen FASIH sekali mengucapkan kata MENGAMPUNI namun sayang sekali, kebanyakan tidak memahami arti MENGAMPUNI sama sekali. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, paragraf di atas menunjukkan dengan gamblang bahwa Pdt. Ivan Kristiono sama sekali tidak mengerti arti MENGAMPUNI.

Keputusan Mahkamah Agung (MA) adalah keputusan hukum tertinggi di Indonesia. Itu sebabnya ketika mengeluarkan Putusan menolak PK (Peninjauan Kembali) Walikota Bogor, pada saat itu MA menyatakan: Tidak ada KEKUATAN HUKUM di Indonesia yang berkuasa untuk membatalkan IMB gereja Yasmin dan MENCEGAH anggota jemaat GKI Yasmin beribadah di rumah ibadah mereka. Tindakan Walikota Bogor, Diani Budiarto membangkang Keputusan MA dengan mencabut IMB gereja Yasmin dan menggembok gerbang gereja Yasmin dan melarang anggota jemaat GKI Yasmin beribadah di rumah ibadah mereka yang sah, bukan hanya bersalah kepada anggota jemaat GKI Yasmin namun juga menghina kedaulatan NKRI.

Ketika GKI Yasmin mengadukan tindakan Walikota Bogor, MA mengeluarkan FATWA agar GKI Yasmin menuntut Walikota Bogor ke Pengadilan bila merasa DIRUGIKAN. Artinya, MA menasehati GKI Yasmin menggugat Walikota Bogor ke pengadilan untuk menuntut GANTI RUGI.

Setelah menggugat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dan Pemerintah Daerah (Pemda) Jawa Barat untuk menegakkan Hukum dan HAM serta toleransi beragama lewat kebaktian di trotoar gereja Yasmin sejak 11 April 2010, GKI Yasmin pun menggugat Presiden agar menegakkan Hukum dan HAM serta toleransi beragama  lewat kebaktian bagimu negeri di depan istana sejak 12 Februari 2012 dan terus berlanjut sampai sekarang.

Banyak orang Kristen yang menyalahkan GKI Yasmin karena kebaktian bagimu negeri di depan istana. Dengan penuh KASIH (kasih dari hongkong?) mereka menasehati anggota jemaat GKI Yasmin untuk meneladani Yesus dengan MENGALAH dan MENGAMPUNI  padahal yang mereka maksudkan adalah jangan kekeh-jumekeh menggugat agar umat Kristen tidak menanggung PEMBALASAN dari para PEJABAT atas nama pemerintah dan dari umat ISLAM.

Handai taulanku sekalian, nasehat demikian benar-benar MENGENASKAN. Nasehat demikian diutarakan bukan untuk menyelesaikan masalah namun memuaskan nafsu PENGECUT belaka. Perilaku demikianlah yang disebut PENGECUT berlagak KRISTUS.

MENGALAH artinya SENGAJA kalah. Minoritas tidak pernah MENGALAH kepada mayoritas karena minoritas selalu KALAH dari mayoritas. Itu sebabnya minoritas tidak MELAWAN mayoritas bukan karena MENGALAH, namun karena bertindak cerdik.

MENGAMPUNI artinya memberi ampun. MENGAMPUNI adalah menyalahkan namun tidak menghukum. Minoritas mustahil mengampuni mayoritas sebab minoritas mustahil berkuasa menghukum mayoritas. Itu sebabnya TIDAK menghukum karena tidak MAMPU menghukum bukan MENGAMPUNI namanya, namun tahu diri.

Kenapa MA menasehati GKI Yasmin menggugat Walikota Bogor ke pengadilan untuk minta ganti rugi? Karena MA tahu tindakan Walikota Bogor SALAH dan satu-satunya tindakan HUKUM yang bisa dilakukan oleh GKI Yasmin adalah menuntut kerugian. Kenapa GKI Yasmin tidak menggugat Walikota Bogor ke pengadilan untuk minta ganti rugi, padahal pasti menang? GKI Yasmin tidak menggugat karena MENGALAH. Tindakan GKI Yasmin tidak menuntut ganti rugi namanya MENGAMPUNI. GKI Yasmin MENYALAHKAN tindakan Walikota Bogor namun tidak menjatuhkan hukuman.

Ivan Kristiono: Silahkan tuntut keadilan tetapi serahkan kepada Tuhan yang membalas dengan adil,      

Baru-baru ini Indonesia gempar oleh berita pembunuhan Franciesca Yofie (Sisca) di Bandung. Apabila yang diajarkan oleh Ivan Kristiono benar maka handai taulan Sisca dipersilahkan untuk menuntut keadilan namun serahkan kepada Tuhan yang membalas dengan adil. Artinya setelah para pembunuh Sisca tertangkap, biarkan mereka bebas karena menyerahkan kepada Tuhan yang membalas dengan adil, bukan? Bila pembunuh Sisca diadili lalu dihukum, itu berarti MELANGGAR ajaran Pdt. Ivan Kristiono yang mulia, bukan? Ha ha ha …

Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Lukas 23:34

Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Yohanes 20:23

Lukas 23:34 mencatat bahwa Tuhan Yesus Kristus SUDAH menghakimi seluruh umat manusia ketika Dia terpaku di atas salib. Vonisnya adalah, “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu yang dilakukannya!” Alih-alih membalas alias menghukum, Yesus justru  MEMAAFKAN alias menganggap mereka tidak bersalah dan memohon Bapa-Nya untuk mengampuni mereka.

Yohanes 20:23 mencatat ajaran Yesus bahwa umat manusialah yang BERKUASA untuk menghakimi dan membalas alias menghukum. Itu sebabnya Dia menyatakan, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Ivan Kristiono: Satu hari Tuhan akan menguji kita untuk disakiti habis-habisan untuk menguji apakah kita bisa mengampuni atau tidak.

Mengajarkan yang tidak diajarkan Alkitab sebagai ajaran Alkitab namanya membual. Mengajarkan yang bertentangan dengan ajaran Alkitab sebagai ajaran Alkitab namanya menyesatkan. Adakah ayat Alkitab yang mengajarkan yang diajarkan oleh Ivan Kristiono tersebut di atas? Tidak ada! Mungkinkah Ivan Kristiono menerima wahyu baru? Mustahil! Bila demikian, kenapa Ivan Kristiono mengajarkannya sebagai ajaran Alkitab? Saya tidak tahu! Bertanyalah kepadanya.

Ivan Kristiono: Kerohanian berarti bersinggungan dengan orang lain dan meresikokan diri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerohanian artinya sifat-sifat rohani; perihal rohani. Itu sebabnya, tindakan mengajarkan, “Kerohanian berarti bersinggungan dengan orang lain dan meresikokan diri,” benar-benar ngaco-belo. Terlalu!

Ivan Kristiono: Padahal di dalam Mzm. 22:2 hal ini sudah jelas, Yesus sedang mengutip Mazmur ini dan bukannya sedang memanggil Elia. Hal ini pun juga sudah diklarifikasi oleh Alkitab.

Allahku (Elohiym), aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Mazmur 22:2

Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli (eloi), Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Matius 27:46

Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia memanggil Elia.” Matius 27:47

Mengutip dari Mazmur 22:2 artinya mengambil perkataan atau kalimat dari Mazmur 22:2. Ucapan Yesus, “Eli, Eli lama sabakhtani,” mustahil kutipan dari Mazmur 22:2 sebab ucapan demikian sama sekali tidak ada di Mazmur 22:2. Bahkan Mazmur 22:2 sama sekali tidak mencatat perkataan atau kalimat yang mengandung arti, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”Pdt. Ivan Kristiono membual bahkan menipu? Saya tidak tahu! Bertanyalah kepada yang bersangkutan.

Ivan Kristiono: “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” muncul kebingungan di antara orang Israel yang berpikir bahwa Tuhan Yesus sedang memanggil Elia, tokoh Perjanjian Lama yang sangat mereka hormati yang dijanjikan kedatangannya dalam kitab Perjanjian Lama yang terakhir.

Kenapa beberapa orang menduga Yesus memanggil Elia? Alkitab tidak mencatatnya. Kita bisa saja membuat analisa lalu menarik kesimpulan, namun kesimpulan demikian belum tentu benar.

Eliyah artinya Elia, dilafalkan aileeyaw. Helias dilafalkan haileeas adalah kata Yunani yang merupakan terjemahan literal Eliyah. Kata Ibrani Elohiym dilafalkan eloheem artinya Allah. Kata Aram Elahh dilafalkan elaw artinya Allah. Kata ibrani Elowahh dilafalkan eloah artinya Allah. Yesus berteriak, Eloi dilafalkan Eloe.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas nampak gamblang sekali, meskipun kehausan dan kehilangan banyak darah, namun mustahil Yesus meneriakan Eliyah atau Helias atau Elohiym menjadi Eloi. Kemungkinan besar, saat itu Yesus meneriakkan ELAHH (lafal: elaw) atau ELOWAHH (lafal: eloah) namun karena kondisi fisiknya yang tidak sehat membuat suara-Nya terdengar Eloi (lafal: eloe).

Ivan Kristiono: Yohanes Pembaptislah yang menjalankan peran Elia itu tetapi mereka tidak mengenalnya.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Matius 11:11

dan–jika kamu mau menerimanya–ialah Elia yang akan datang itu.  Matius 11:14

Setelah murid-murid Yohanes pembaptis yang diutus untuk bertanya meninggalkan-Nya, Yesus pun bersaksi tentang Yohanes Pembaptis. Matius 11:14 mencatat pernyataan Yesus bahwa Yohanes Pembaptis adalah nabi Elia. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, Yesus salah kaprah dan kesalahannya fatal sekali. Yohanes Pembaptis mustahil Elia.

Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. Maleakhi 4:5-6

Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” Yohanes 1:21

Maleakhi 4:5-6 mencatat dengan gamblang bahwa Elia akan DIUTUS, bukan dilahirkan kembali apalagi DIPERANKAN oleh orang lain. Itu sebabnya pernyataan Pdt. Ivan Kristiono, “Yohanes Pembaptislah yang menjalankan peran Elia itu tetapi mereka tidak mengenalnya” benar-banar ngaco-belo.

Mustahil Yohanes Pembaptis tidak tahu siapa dirinya. Dia pasti tahu siapa dirinya. Dalam Yohanes 1:21 dia mengaku bukan Elia.

Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Matius 17:3

Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.” Matius 17:9

Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Matius 17:10

Jawab Yesus: “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu Matius 17:11

dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Matius 17:12

Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Matius 17:13

Yohanes 17:13 mencatat kisah murid-murid menyangka Elia adalah Yohanes pembaptis. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, ketiga murid Yesus itu salah kaprah dan salahnya konyol sekali. Apabila Elia sudah menjelma menjadi Yohanes, seharusnya yang mereka lihat berbicara dengan Yesus dan Musa adalah Yohanes pembaptis, bukan? Karena yang mereka lihat adalah Elia, bukan Yohanes Pembaptis, itu berarti Yohanes Pembaptis mustahil Elia.

Ivan Kristiono: Kesalahan kedua dipengaruhi oleh bidat Docetisme yang menyatakan bahwa yang tergantung di kayu salib hanya seolah-olah Yesus padahal bukan. Mereka mengatakan ada Manusia Yesus dan Tuhan Yesus, lalu waktu disalibkan Tuhan Yesus meninggalkan Manusia Yesus sehingga Manusia Yesus berseru “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Itu salah kaprah dan salah fatal yang sudah dinyatakan bidat oleh para bapa gereja.

Doketisme bukan Gnostisisme. Doketisme berasal dari kata Yunani Dokein, artinya kelihatan. Doketisme menolak doktrin logos menjadi daging. Doketisme menyatakan Yesus hanya kelihatan sebagai manusia namun tubuh-Nya bukan daging sejati.

Gnostisisme Valentinian didirikan oleh Valentinus. Gnostisisme Valentinian ditentang mati-matian oleh Irenaeus, murid Policarpus, murid Yohanes.

Bukan Doketisme namun Gnostisisme Valentinian yang mengajarkan doktrin MANUSIA Yesus dan TUHAN Yesus. Waktu disalib TUHAN Yesus meninggalkan MANUSIA Yesus sehingga Manusia Yesus berseru “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Pdt. Ivan Kristiono benar-benar mengenaskan. Masak gelarnya M.Div namun nggak becus membedakan ajaran Gnostisisme dan Doketisme?

Aneh bin ajaib! Para sarjana teologi reformed injili benar-benar aneh bin ajaib. Meskipun memvonis ajaran Gnostisisme Valentinian SESAT namun mereka justru mengagul-agulkan doktrin Diofisitisme alias Satu Pribadi Dua Hakekat sebagai ajaran Alkitab. Seharusnya mereka tahu bahwa Diofisitisme adalah lagu lama judul baru dari Gnostisisme Valentinian.

Sama seperti Gnostisisme Valentinian, Diofisitisme Reformed juga mengajarkan keberadaan manusia Yesus dan Allah Yesus. Berbeda dengan Gnostisisme Valentinian yang mengajarkan perpaduan manusia Yesus dan Allah Yesus terjadi sesaat setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Diofisitisme meyakini penggabungan manusia Yesus dan Allah Yesus terjadi saat manusia Yesus masih janin.

Manusia Yesus = hakekat manusia Yesus + pribadi manusia Yesus

Allah Yesus = hakekat Allah Yesus + pribadi Allah Yesus

Yesus = hakekat manusia Yesus + hakekat Allah Yesus + pribadi Allah Yesus

Menurut teologi reformed manusia Yesus dan Allah Yesus sama-sama dikotomi yaitu hakekat dan pribadi. Pada saat penggabungan manusia Yesus dan Allah Yesus, saat itu pribadi manusia Yesus belum terbentuk, itu sebabnya pribadi manusia Yesus tidak pernah terbentuk setelahnya karena hakekat manusia Yesus menjadikan Pribadi Allah Yesus sebagai pribadi-Nya. Itu sebabnya, dikotomi manusia Yesus ditambah dikotomi Allah Yesus tidak menghasilkan quatrokotomi Yesus (Hakekat manusia Yesus dan Pribadi manusia Yesus dan Hakekat Allah Yesus dan Pribadi Allah Yesus), namun Trikotomi (Hakekat manusia Yesus dan Hakekat Allah Yesus dan Pribadi Allah Yesus).

Meskipun teologi reformed mengajarkan Yesus 100% manusia dan 100% Allah, namun ajaran demikian bertentangan dengan doktrin Diofisitisme Reformed. Kenapa demikian? Karena dari 100% Yesus, hanya 1/3 Nya yang manusia. Dan 1/3 Yesus itu mustahil 100% manusia. Manusia 100% harus punya hakekat manusia dan pribadi manusia. Manusia Yesus hanya punya hakekat manusia namun tidak punya pribadi manusia. Dari 100% Yesus, hanya 2/3 Nya yang Allah.

Yang benar adalah Yesus adalah 50% Manusia karena hanya punya hakekat manusia namun tidak punya pribadi manusia.

Yang benar adalah Yesus adalah 100% Allah karena puna hakekat dan pribadi Allah.

Teologi Reformed sama sekali tidak pernah mengajarkan tentang apa yang terjadi ketika Yesus Mati. Ya, apa yang terjadi ketika Yesus mati? Ketika Yesus mati, apakah Dia mati 100%? Apakah hakekat manusia-Nya mati? Apakah hakekat Allah-Nya mati? Apakah pribadi-Nya mati? Apabila hanya hakekat manusia-Nya yang mati, itu berarti Yesus 1/3 mati. Apabila hanya hakekat manusia-Nya dan Pribadi-Nya yang mati, itu berarti Yesus 2/3 mati. Untuk 100% mati, hakekat manusia-Nya dan Pribadi-Nya dan hakekat Allah-Nya harus mati.

Karena Yesus dan Bapa dan Roh Kudus adalah SATU hakekat TIGA pribadi alias TIGA pribadi yang memiliki SATU hakekat apakah itu berarti ketika hakekat Allah Yesus mati maka Bapa dan Roh Kudus 1/2 mati alias mati 50%? Bila benar demikian, kenapa teologi reformed tidak pernah mengajarkan doktrin Allah ½ mati? Saya tidak tahu. Silahkan bertanya kepada Pdt. Ivan Kristiono.

Setahu saya, teologi reformed tidak pernah mengajarkan doktrin Yesus 1/3 mati juga tidak pernah mengajarkan doktrin Yesus 2/3 mati namun mengajarkan Yesus 100% mati. Itu berarti ketika pribadi Allah Yesus mati maka hakekat Allah Yesus juga mati. Berdasarkan fakta demikian maka ketika hakekat Yesus mati, maka hakekat Bapa dan Roh Kudus pun mati dan karena hakekat-Nya mati maka pribadi Bapa dan Roh Kudus pun mati. Apabila hal demikianlah yang terjadi, kenapa teologi reformed tidak pernah mengajarkan doktrin Allah Tritunggal mati bareng? Saya tidak tahu. Bertanyalah kepada Pdt. Ivan Kristiono.

Ivan Kristiono: Pertama, Mazmur 22:7,13. Mazmur ini menunjuk kepada Yesus. Waktu Yesus mengutip Mazmur ini maksudnya adalah Ia mau menyingkapkan satu rahasia bahwa kematian-Nya itu sudah dinubuatkan sejak Perjanjian Lama. Orang-orang Israel pasti sudah tahu Mazmur ini. Seharusnya mereka kaget dan ingat Mazmur 22 ini waktu mendengar Yesus mengatakan Eli Eli Lama Sabakhtani. Dengan demikian, jika Tuhan tidak mengatakan Eli, Eli Lama Sabakhtani maka kita tidak akan tahu. Karena itu jika kita dapat mengerti firman jangan sombong karena segala sesuatu adalah anugerah. Kita dapat tahu itu adalah berasal dari Tuhan.

Allahku (Elohiym), aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Mazmur 22:2

Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: Mazmur 22:7

mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. Mazmur 22:13

Ketika berteriak, “Eli Eli Lama Sabakhtani” Yesus mustahil mengutip Mazmur 22:2 apalagi Mazmur 22:7,13 karena ketiga ayat tersebut sama sekali tidak mencatat kalimat, “Eli Eli Lama Sabakhtani” atau mencatat kalimat yang bisa diartikan, “Eli Eli Lama Sabakhtani.” Mazmur 22:2 dan Mazmur 22:7,13 pun tidak bernubuat tentang kematian Yesus. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, menurut saya, sebaiknya Pdt. Ivan Kristiono buka Kamus Besar Bahasa Indonesia lalu belajar apa arti kata mengutip sampai dia paham arti kata mengutip?

Ivan Kristiono: Kedua, “Eli, Eli, Lama Sabakhtani” adalah doa penyerahan diri (Mzm 22:26-30). Apa artinya? Pemazmur mau mengatakan saya susah dan mengalami kesulitan. Tetapi di tengah kesulitan ini saya bersyukur. Jadi Mzm 22 ini adalah doa ucapan syukur dan penyerahan diri karena berserah kepada Tuhan.

Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! Mazmur 22:26

Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Mazmur 22:27

Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Mazmur 22:28

Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. Mazmur 22:29

Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. Mazmur 22:30

Handai taulanku sekalian, silahkan membaca Mazmur 22:26-30 tersebut di atas dengan teliti dan hati-hati. Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, meskipun membacanya sampai kuda gigit jari, mustahil anda menemukan kalimat yang menyatakan, “Pemazmur mengatakan saya susah dan mengalami kesulitan. Tetapi di tengah kesulitan ini saya bersyukur,” seperti yang diajarkan oleh Pdt. Ivan Kristiono. Mazmur 22:26-30 juga bukan Mazmur “doa ucapan syukur dan penyerahan diri karena berserah kepada Tuhan,” namun Mazmur untuk MEMUJI TUHAN. Pdt. Ivan Kristiono benar-benar salah kaprah konyol sekali.

Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia. Mazmur 31:5

Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Kisah Para Rasul 7:59

Kerabatku sekalian, mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, Pdt. Evan Kristiono salah kaprah ngaco sekali. “Eli, Eli, Lama Sabakhtani” MUSTAHIL doa penyerahan diri karena “Eli, Eli, Lama Sabakhtani” artinya “Allahku, Allahku, kenapa Engkau meninggalkan aku?”  Mazmur 31:5 dan Kisah Para Rasul 7:59 adalah contoh doa penyerahan diri.

Ivan Kristiono: Ketiga, “Eli, Eli, Lama Sabakhtani” di sini berarti Tuhan sedang mengajarkan kita untuk fokus.

Tidak perlu genius untuk mengerti, ketika Yesus berteriak “Eli, Eli, Lama Sabakhtani,” saat itu dia sedang sekarat di atas salib, bukan sedang mengajar untuk fokus. Pdt. Ivan Kristiono benar-benar salah kaprah konyol sekali.

Alkitab harus dipahami, tidak boleh ditafsirkan sebab Alkitab ditulis untuk dipahami bukan ditafsirkan. Memahami artinya mengerti benar. Menafsirkan artinya menangkap maksud perkataan tidak apa adanya saja namun MENGUTARAKAN pikiran sendiri atas suatu perkataan.

Kenapa seseorang menafsirkan Alkitab? Karena dia tidak mengerti. Dia menafsirkan alias mengutarakan pikirannya atas perkataan yang tidak dipahaminya agar mengerti perkataan tersebut. Tindakan demikian sama sekali tidak menjadikannya mengerti namun membuang kesempatannya untuk mengerti. Setelah menafsirkan, meskipun menganggap dirinya mengerti sesungguhnya dia tidak mengerti sama sekali sebab yang dianggapnya pengertian bukan yang dimaksudkan oleh penulis namun pikirannya sendiri.

Kenapa seseorang menafsirkan Alkitab? Karena dia menganggap yang tertulis salah. Dia menafsirkannya agar yang dianggapnya salah menjadi benar. Tindakan demikian sama sekali tidak menjadikan yang tertulis menjadi benar.

Kenapa pdt. Ivan Kristiono menafsirkan ucapan Yesus? Silakan bertanya kepadanya.

Kerabatku sekalian, saat di atas salib, Yesus melihat Elias Pical lewat sambil memikul pacul. Karena penasaran Dia pun berteriak dalam bahasa Ambon, “Eli, Eli, Lama Sa bakhtani? Artinya Eli, Eli, sudah lama menjadi petani?” Yesus bertanya demikian karena setahu Dia, Elias Pical adalah petinju, bukan petani.

Nah, handai taulanku sekalian, apabila Alkitab adalah kitab tafsir, itu berarti TAFSIRAN hai hai di atas SAMA benarnya dengan tafsiran semua sarjana teologi di dunia ini.

NB.
Untuk membaca blog-blog hai hai yang berhubungan dengan GRII, silahkan klik di SINI. Untuk membaca blog-blog tentang Allah Tritunggal yang lain, silahkan klik di SINI.

133 thoughts on “Ivan Kristiono Menafsirkan Ucapan Yesus Di Salib

  1. Kohtau pepesan kosong
    Berarti sudah tau yg isi
    Pls … apa itu mati!

    Gimana pepesan yg beg ini, koh!
    1. Mati pertama ialah mati bediri
    2. Mati ke-dua ialah mati telentang
    3. Mati ke-tiga ialahahaha bolak-balik

    Salam Damai!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.