
GAMBAR: ukrainiac.files.wordpress.com
Hari Sabat adalah hari ketujuh dalam mingguan kalender Yahudi. Hari Sabat alias hari ketujuh ditetapkan oleh YHWH (TUHAN) sebagai hari dimana bangsa Israel tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun. Katekismus adalah kitab pelajaran agama Kristen. Isinya berupa uraian singkat dalam bentuk tanya jawab. Persidangan Westminster menghasilkan Pengakuan Iman Westminster dan Katekismus Westminster. Keduanya menjadi standar doktrin bagi gereja-gereja Presbyterian dan Reformasi. Kali ini kita menguji doktrin hari Sabat katekismus Westminster dengan Alkitab sebagai standar kebenaran dan sumber pustaka.
Memberanikan diri bertanya, tentang hari Sabat, Katekismus Singkat Westminster mengajarkan:
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Keluaran 20:8-11
Katekismus mengajarkan bahwa ada sepuluh hukum moral. Berbeda dengan hukum sipil dan seremonial (tata ibadah) yang hanya diberikan kepada bangsa Israel, Sepuluh Perintah ini diakui sebagai kehendak Allah bagi semua orang di segala abad. Kebenaran ini biasanya diakui sehubungan dengan semua perintah lainnya. Tetapi ada sebagian orang yang menyangkal bahwa perintah keempat terus-menerus mengikat semua orang di segala abad. Lalu, mengapa Katekismus bersikeras bahwa perintah ini juga termasuk hukum moral?
Tiga Alasan Yang Baik
Ada beberapa alasan. Alasan pertama, karena Sabat merupakan ketetapan penciptaan, peraturan yang ada sejak penciptaan. Ini berarti perintah ini bukannya baru muncul di kemudian hari. (Kita melihat bahwa inilah yang terjadi dengan hukum-hukum sipil dan seremonial) Kita mengetahui hal ini karena Kejadian 2:2-3 dengan jelas menyatakan bahwa Allah menciptakan dunia dalam jangka waktu enam hari, dan kemudian beristirahat. Karena manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah demi kebaikan manusia, Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya. Terkadang dikatakan bawa perintah hari sabat tidak menunjuk ke saat penciptaan. Namun perintah hari Sabat karena enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi ….. dan ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Perintah itu sendiri menyatakan asal usulnya sejak penciptaan. Oleh karena itu, kita percaya bahwa perintah tersebut mengikat semua orang di segala zaman.
Alasan kedua, untuk mengatakan bahwa perintah ini bersifat moral adalah fakta bahwa Allah menulis sepuluh perintah-Nya di atas dua loh batu (Keluaran 31:18). Allah memberikan semua hukum dan perintah lainnya kepada Israel melalui tangan Musa. Tetapi sepuluh Perintah ini diberikan oleh tangan-Nya sendiri. Jadi Allah sendiri membuat perbedaan antara Sepuluh Perintah dan semua hukum lainnya. Ia menunjukkan bahwa kesepuluh perintah ini merupakan suatu kelas tersendiri. Karena hanya sedikit orang yang menyangkal bahwa sebagian besar dari hukum-hukum ini bersifat moral (mengikat semua orang di setiap tempat), maka dibutuhkan bukti yang sangat kuat untuk membuktikan bahwa perintah ini tidak bersifat moral. Dan ini tidak kita miliki.
Alasan ketiga adalah fakta bahwa tidak ada satu bagian pun di dalam Perjanjian Baru yang mengajarkan bahwa perintah ini dihapuskan. Atau, dengan kata lain, Perjanjian Baru tidak berkata bahwa kita tidak mempunyai hari Sabat sekarang ini. Ketika sedang berbicara tentang Sepuluh Perintah, Yesus berkata, “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya (Matius 5:17). Paulus berkata, “Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya (Roma 3:31). Inilah yang terus menerus diajarkan di dalam Perjanjian Baru: Sepuluh Perintah tetap berlaku. Tidak diragukan lagi bahwa inilah alasan mengapa gereja Kristen mula-mula memelihara satu hari kudus bagi Tuhan. Hari pertama setiap minggu (Matius 28:1; Markus 16:2; Lukas 24:1; Yohanes 20:1, Yohanes 20:19; kisah Para Rasul 20:7; 1 korintus 16:2) dipelihara sebagai hari Sabat.
Ketujuh Tidak Berarti Terakhir
Tetapi di sini kita menjumpai satu kesulitan: bukankah perintah keempat berbicara tentang hari ketujuh? Ini merupakan argumen yang dipakai oleh sekte-sekte seperti Adventis hari ketujuh. Mereka berkata bahwa perintah keempat menuntut dipeliharanya hari Sabtu dan bukannya hari Minggu, sebagai hari Sabat Tuhan. Menurut mereka, hal ini penting karena hari ketujuh adalah hari Sabtu dan bukan hari Minggu; dan tidak seorang pun berhak mengubah perintah ini, atau perintah lain mana pun dari Allah.
Shorty berkata, “Enam dari apel-apel ini untuk kalian tetapi apel ke tujuh untuk saya.” Namun yang manakah di antara apel-apel ini yang adalah apel ketujuh? Kita tentu tidak akan tahu sampai teman-teman Shorty selesai mengambil keenam apel pertama. Apel yang ketujuh itu bisa apel yang mana saja dari ketujuh apel ini. Pada saat Shorty berkata bahwa ia akan mendapatkan apel ketujuh, yang ia maksudkan hanyalah bahwa salah satu dari ketujuh apel itu adalah miliknya.
Demikian juga halnya dengan perintah Allah ini. Perintah itu sendiri tidak memberi tahu kita bahwa kita harus memelihara hari terakhir dari satu minggu sebagai hari Sabat. Perintah itu hanya memberi tahu kita bahwa kita harus memelihara satu hari dalam setiap minggu. Urut-urutan hari tidak ditetapkan oleh Sepuluh Perintah itu sendiri. Allah pada mulanya menetapkan tatanan hari ketika Ia menciptakan (selama enam hari), dan kemudian beristirahat satu hari setelah enam hari berakhir. Allah sekali lagi menetapkan urutan yang baru ketika Ia membangkitkan Kristus di hari pertama minggu itu, dan mulai mengumpulkan Gereja-Nya untuk beribadah pada hari itu. Tetapi dalam keadaan apapun, enam hari adalah untuk bekerja dan satu hari untuk ibadah. Yang ditetapkan oleh perintah tersebut adalah proporsinya dan bukan urutannya.
Di dalam terang perbedaan antara proporsi dan urutan inilah kita dapat memahami teks-teks seperti Kolose 2:16-17, Galatia 4:10-11, dan Roma 14:5. Sebagai contoh, di dalam Kolose 2:16-17 kita membaca,
“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.” Kolose 2:16-17
Kita telah tahu bahwa ada orang-orang pada masa para rasul yang ingin meneruskan adat istiadat agama Yahudi. Mungkin untuk alasan inilah, Sabat Perjanjian Baru, sejak saat yang paling awal, disebut Hari Tuhan (Wahyu 1:10). Dan di dalam bahasa sehari-hari, kewajiban melakukan peraturan agama Yahudi itu disebut dengan hari-hari Sabat. Karena hari Tuhan, hari pertama dari setiap Minggu sekarang menjadi Sabat orang-orang Kristen, maka wajar jika Paulus memperingatkan orang-orang Kristen agar mereka tidak diikat oleh peraturan agama Yahudi. Karena segera setelah Allah sendiri mengubah hari Sabat dari hari terakhir menjadi hari pertama tiap minggu, kewajiban melakukan Sabat Yahudi tidak diperlukan lagi.
Jika kita menginterpretasikan ayat-ayat ini sedemikian, maka tidak akan ada lagi konflik antara ayat-ayat ini dan praktik gereja Kristen mula-mula. Dengan kata lain, alasan mendasar mengapa Paulus melarang orang Kristen menjalankan Sabat orang Yahudi adalah karena ia sendiri memberikan perintah (1 korintus 16:2) tentang hari pertama dari setiap minggu. Tidak ada hal apa pun di dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa menjalani Sabat tidak diperlukan lagi. Sabat orang Yahudi tidak lagi menjadi bagian dari ketetapan Allah, tetapi itu hanya karena kita sekarang memiliki hari Tuhan. Jadi masih tersedia hari perhentian bagi umat Allah (Ibrani 4:9).
Atas Dasar Apa?
Mereka yang berargumen bahwa tidak ada lagi kewajiban untuk memelihara hari Tuhan sebagai Sabat Allah biasanya berargumen bahwa masih merupakan suatu keharusan untuk menghadiri kebaktian di gereja. Sebenarnya ini sama artinya dengan mengajarkan bahwa gereja dapat menuntut apa yang tidak Allah tuntut. Akibatnya memelihara hari sabat menjadi suatu keharusan seperti memperingati Jumat Agung dan Natal. Hal inilah yang dengan begitu jelas dikutuk oleh Paulus, ketika ia berkata, “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia (Galatia 4:10-11).
Gereja tidak mempunya kuasa kuasa untuk menuntut agar hari-hari tertentu diperingati. Allah sendirilah yang adalah Tuhan atas hati nurani manusia. Hanya Allah yang dapat memberitahu kita bahwa kita harus mengingat suatu hari tertentu dan menguduskannya. Dan ia telah membebaskan hati nurani kita dari berbagai doktrin dan perintah manusia. untuk alasan inilah kita dengan teguh percaya bahwa perintah keempat juga adalah hukum moral.
Bengcu Menggugat
Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah. Keluaran 31:18
Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” Keluaran 19:5-6
Kerabatku sekalian, ajaran Katekismus Westminster bahwa perintah menguduskan hari Sabat ditulis oleh jari Allah itu sebabnya berlaku bagi semua orang di semua tempat dan dari segala zaman adalah pepesan kosong belaka. Keluaran 19:5-6 mencatat dengan tegas dan gamblang sehingga mustahil disangkal bahwa hukum Taurat hanya berlaku bagi orang Israel alias KETURUNAN Yakub. Sepuluh perintah ditulis untuk bangsa Israel bukan untuk semua orang dari segala zaman.
Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, Efesus 2:15
Handai taulanku sekalian, ajaran Katekismus Westminster bahwa tidak ada satu bagian pun di dalam Perjanjian Baru yang mengajarkan bahwa perintah menguduskan hari Sabat dihapuskan adalah pembohongan publik. Kenapa demikian? Karena Efesus 2:15 mengajarkan dengan tegas dan gamblang sehingga mustahil menyangkalnya bahwa hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya SUDAH dibatalkan oleh kematian Kristus Yesus.
Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu (sabbaton) itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. Matius 28:1
Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu (sabbaton) itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Markus 16:2
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu (sabbaton) itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”. Yohanes 20:19
Pada hari pertama dalam minggu (sabbaton) itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. Kisah Para Rasul 20:7
Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu (sabbaton) hendaklah kamu masing-masing–sesuai dengan apa yang kamu peroleh–menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang. 1 korintus 16:2
Kerabatku sekalian, ajaran Katekismus Westminster bahwa “Sepuluh Perintah tetap berlaku. Tidak diragukan lagi bahwa inilah alasan mengapa gereja Kristen mula-mula memelihara satu hari kudus bagi Tuhan. Hari pertama setiap minggu (Matius 28:1; Markus 16:2; Lukas 24:1; Yohanes 20:1, Yohanes 20:19; Kisah Para Rasul 20:7; 1 korintus 16:2) dipelihara sebagai hari Sabat,” adalah pembohongan publik yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Ayat-ayat di atas mencatat dengan gamblang bahwa tujuan para murid berkumpul pada hari pertama setiap minggu menurut kalender Yahudi bukan untuk merayakan SABAT namun untuk MENGENANG Perjamuan Paskah Yesus alias PERJAMUAN TERAKHIR. Yohanes 20:19 mencatat bahwa mereka melakukannya ketika hari mulai MALAM.
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun. Keluaran 12:1-2
Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga. Keluaran 12:3
Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja. Keluaran 12:6
Pada zaman Yesus, bangsa Yahudi menggunakan Kalender Yahudi. Murid-murid Yesus pun menggunakan kalender Yahudi. Penanggalan dalam Perjanjian Baru menggunakan kalender Yahudi. Kalender Yahudi dimulai dari 14 hari sebelum paskah pertama pada zaman Musa. Kalender Yahudi bukan kelender Mesir. Kalender Yahudi terdiri dari 12 bulan sedangkan kalender Mesir terdiri dari 13 bulan. Kalender Yahudi mengenal tahun kabisat yaitu tahun di mana satu tahun terdiri dari 13 bulan. Dalam Kalender Yahudi, 1 minggu terdiri dari 7 hari. Hari ke 7 namanya SABBATON, terjemahan literal bahasa Ibrani SHABAT. Dalam kalender Yahudi SABBATON juga berarti minggu.
- Yom Rishon = hari pertama
- Yom Sheini = hari kedua
- Yom Shlishi = hari ketiga
- Yom R’vi’i = hari keempat
- Yom Chamishi = hari kelima
- Yom Shishi = hari keenam
- Yom Shabbat = hari ketujuh
Setelah mereka berangkat dari Elim, tibalah segenap jemaah Israel di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai, pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah Mesir. Keluaran 16:1
Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; Keluaran 16:2
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak. Keluaran 16:4
Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu. 16:21
Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa. 16:22
Lalu berkatalah Musa kepada mereka: “Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi.” Keluaran 16:23
Selanjutnya kata Musa: “Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang. Keluaran 16:25
Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu.” Keluaran 16:26
Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya. Keluaran 16:27
Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? Keluaran 16:28
Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu.” Keluaran 16:29
Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh. Keluaran 16:30
Ketika Allah (elohim) pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan-Nya yaitu MEMPERANAKKAN (asah), berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya yaitu MEMPERANAKKAN (asah). Kejadian 2:2
Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan merancang (bara) yang telah DIPERANAKKAN (asah) Allah (elohim). Kejadian 2:3
Ayat-ayat di atas mencatat sejarah bangsa Israel MULAI merayakan hari Sabat. Tempatnya di padang Sin. Hari Sabat pertama bangsa Israel jatuh pada hari kelima belas bulan kedua sejak mereka keluar dari Mesir ditambah TUJUH hari yaitu hari ke dua puluh dua. Bangsa Israel menjadikan hari keluar dari Mesir sebagai permulaan kalender mereka.
Ajaran Katekismus Westminster bahwa perintah untuk menguduskan hari Sabat sudah diberikan sejak penciptaan itu sebabnya mengikat semua orang di segala zaman, adalah ajaran sesat karena bertentangan dengan ajaran Alkitab. Kenapa demikian? Karena Alkitab mencatat bahwa perintah Sabat hanya berlaku bagi bangsa Israel alias keturunan Yakub. Alkitab juga tidak mencatat bahwa Adam, Hawa, Kain, Nuh, Abraham dan Ishak serta Yakub sama sekali tidak menerima perintah untuk merayakan Sabat alias menguduskan hari sabat. Perintah merayakan Sabat alias menguduskan hari sabat baru diberikan kepada Musa.
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Keluaran 20:10
Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan (asah) langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Keluaran 20:11
Ajaran Katekismus Westminster bahwa perintah Sabat hanya menetapkan agar memelihara satu hari dalam seminggu sebagai hari Sabat namun tidak menentukan hari tersebut, adalah pembohongan publik sebab Alkitab mengajarkan hal sebaliknya. Ayat-ayat di atas mencatat kisah TUHAN menetapkan SATU hari dalam SEMINGGU yang harus dikuduskan sebagai hari Sabat dan menjelaskan dengan gamblang dan tegas kenapa Dia menguduskan hari tersebut. Hari itu kemudian dikenal dengan nama hari SHABAT alias SABBATON alias hari ketujuh dalam seminggu kalender Yahudi.
Ajaran Katekismus Westminster bahwa Allah menciptakan (selama enam hari) kemudian BERISTIRAHAT (rested) satu hari setelah enam hari berakhir adalah pembohongan publik. Kejadian 2:2-3 mencatat dengan gamblang bahwa Allah BERHENTI bukan BERISTIRAHAT. Berhenti artinya tidak melakukannya lagi. Beristirahat artinya melakukan kembali yang dilakukan sebelum beristirahat setelah masa istirahat lewat.
Kejadian 2:2 mencatat tentang Allah BERHENTI memperanakan (asah) dan tidak memperanakkan lagi setelah hari itu. Kejadian 2:3 mencatat tentang Allah BERHENTI merancang (bara) yang telah DIPERANAKKAN (asah) Allah (elohim) dan tidak melakukannya lagi setelah hari itu. Apabila membaca Alkitab dengan teliti dan hati-hati maka anda akan melihat penggenapan dari Kejadian 2:2-3 secara konsisten.
Ajaran Katekismus Westminster bahwa Allah menetapkan urutan yang baru ketika Ia membangkitkan Kristus di hari pertama minggu itu, dan mulai mengumpulkan Gereja-Nya untuk beribadah pada hari Minggu adalah pembohongan publik. Hari pertama SABBATON dalam kalender Yahudi alias hari KEDUA kalender Julian alias hari MINGGU kalender MASEHI tidak pernah ditetapkan sebagai hari SABAT oleh Allah, juga tidak pernah ditetapkan sebagai hari Sabat oleh murid-murid Yesus juga tidak pernah dirayakan sebagai hari SABAT oleh umat Kristen. Umat Kristen tidak tidak boleh merayakan Sabat sebab HANYA orang Yahudi alias keturunan Yakub yang berhak merayakan Sabat dan lagi Hukum Taurat sudah dibatalkan oleh kematian Kristus Yesus itu sebabnya hukum keempat, Kuduskanlah hari Sabat, tidak berlaku lagi bagi keturunan Yakub alias bangsa Yahudi. Bagaimana dengan orang-orang Kristen yang merayakan Sabat? Mereka TIDAK memahami ajaran Alkitab dengan benar.
Handai taulanku sekalian, kalender MASEHI yang kita gunakan saat ini adalah Kalender JULIAN yang MULAI digunakan oleh umat Kristen abad pertama yang lalu disempurnakan pada tahun 1582 menjadi Kalender Gregorian. Kalender Julian sudah digunakan oleh Julius Caesar dan bangsa Romawi sejak tahun 45 SM. Dalam kalender Julian, satu minggu terdiri dari 7 hari. Hari-hari dalam Kelender Julian adalah:
- hêméra Krónou = Saturday = Sabtu = hari ke satu
- hemera helio = sunday = Minggu = hari ke dua
- hemera selenes = monday = Senin = hari ketiga
- hêméra Áreôs = tuesday = Selasa = hari keempat
- hêméra Hermoú = Wednesday = Rabu = hari kelima
- hêméra Diós = Thursday = Kamis = hari keenam
- hêméra Aphrodítês = Friday = Jumat = hari ketujuh
Ketika umat Kristen abad pertama mulai MELEPASKAN diri dari kebudayaan Yahudi dan menggunakan Kalender Julian, mereka mencocokkan kalender Yahudi dan Julian dan menemukan FAKTA bahwa hari Sabat kalender Yahudi adalah hari PERTAMA kalender Julian yaitu SATURDAY = SABTU. Sejak itulah HARI pertama, SATURDAY = SABTU kalender Julian disebut HARI ke 7 dengan demikian maka hari MINGGU = Sunday pun menjadi hari ke pertama.
Kesimpulan:
- Orang non Yahudi adalah kafir di mata bangsa Yahudi dan YHWH (TUHAN) itu sebabnya tidak berhak merayakan Sabat.
- Orang Yahudi tidak perlu merayakan Sabat lagi karena hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya SUDAH dibatalkan oleh kematian Kristus Yesus.
- Katekismus hanya buku pelajaran agama Kristen bukan STANDAR kebenaran ajaran agama Kristen.
- Standar kebenaran ajaran agama Kristen adalah Alkitab.
- Katekismus harus diuji dengan Alkitab sebagai standar kebenaran.
- Katekismus harus direformasi bila bertentangan dengan ajaran Alkitab.
- Hari Sabat alias Hari Sabat TUHAN alias hari ketujuh memang hari Sabtu alias hari pertama kalender Julian.
NB.
Untuk membaca blog-blog hai hai yang berhubungan dengan GRII, silahkan klik di SINI
Silahkan klik di SINI untuk membaca blog-blog tentang hari SABAT.
MEMBEDAH OTAK TAI KUCING “Hai Hai Banci ALIAS Arief Chrisdiyanto” YANG kerasukan ROH KUDIS.
https://www.facebook.com/notes/aloysius-jaka-pratama/membedah-otak-lemot-haihai-bengcu-yang-mengaku-sebagai-seorang-yang-cerdas/175356232627471
I gives comments to everyone who is hurting my people. I told you I Believe in Jesus if you don’t . Don’t give comments about people who Believe in God. Those are our respectful people in The Lord. I respect every religion I don’t like people with no religion. How someone with no religion can understand others . If you have a religion Like Christian Muslim Hindu or Buddhist They wont say anything’s about other religion. If you lived in Indonesia you should have a religion. Unless you don’t have a paperwork like a KTP or passport or any documentation. Indonesia won’t accept atheis to live in their country. Even in America and any other country. Everyone should have a religion. Who doesn’t have a religion ? Only Satan.. where Satan live? Hell Neraka Kekal. If you don’t understand English let me know I’ll translate to Indonesia or any other language .
Answer yourself .. if you can.
Saya menulis dalam bahasa Indonesia. Itu sebabnya tidak menulis dalam bahasa inggris.
Well Pak Alkitab di tulis 2000 Tahun yg lalu . Saya bls dlm Indonesia aja . Since you didn’t answer my English comment I doubted you don’t speak English. ISI di dalam Alkitab From Genesis To Revolution Di Wahyu kan oleh Allah itu sendiri. Tidak ada. Yg boleh menukar dan menambahlkan Atau mengurangiinya. Kalau Anda buat penyelidikan dan ingin menambah ayat Atau menguranginya terhafap Alkitab yg telah di sempurnakan berabad abad. Lamanya hukumannya penjara 1000 Tahun . Bapak tahu maksud saya kan? Istilahnya kita. Mencontek Karya orang lain Tampa iizin si empunya. It’s copy right berlaku di Negara Indonesia . Cuma mau ngasih penjelasan don’t reply if you don’t like it. Thanks.
Well I got Baptized in America I preferred to write in iEnglish . Kamu mengihina Bahasa Indonesia Isaya I always Got A in Bahasa Indonesia . But Iam not that smart like you since you write a book I only read a book. I can tell you smarter than any other people in the world but why smart people talk bad about others?