Merr, jangan sirik bila gua telat mati nanti


Aku batalkan janji kita untuk tua bareng
Bila ada yang mati biarlah bersedih
Namun nggak kesal sebab ada yang mengingkari janji

Aku mau hidup sampai tua sekali
Bukan takut mati namun berani hidup
Bukan tak ingin mati namun dilahirkan untuk hidup
Jadi biarlah aku hidup sampai mati
Sendirian pun kan kujalani

Sejak kecil selalu telat
Telat ikut sincia ketika lahir malam hari
Telat sekolah
Telat menikah
Telat punya anak
Tolong jangan sirik bila nanti aku telat mati

Yang muda menangisi kematian yang lebih tua
Itu namanya giliran
Yang tua menangisi kematian yang lebih muda
Itu karena nggak sabar menunggu giliran
Demikiankah? Bukan!

Hidup adalah perjalanan pulang
Banyak yang terlalu asyk berjalan sehingga lupa pulang
Banyak pula yang terlalu asyk hidup sehingga tak mau pulang
Banyak yang menyia-nyiakan hidup sehingga takut pulang
Banyak juga yang belum menjalani hidup sehingga tak rela pulang
Kebanyakan orang tak ingin pulang sebab tak tahu di mana rumahnya
Padahal hidup adalah perjalanan pulang
Jalanilah hidupmu dan pulanglah

Kau tak mau pulang? Aku pulang duluan!
Tanggung rindumu sampai kau pulang
Aku menunggumu di rumah kita
Pulanglah bila waktu pulangmu tiba

Aku takut, bila pulang tidak pulang ke rumah
Pulanglah!
Kita hanya punya satu rumah
Aku takut tidak pulang ke rumah
Selain rumah Bapa kita
Tak ada lagi rumah lain
Selain rumah
Bapa kita tak punya lagi yang lain

Jangan pulang dulu!
Mari kita bikin cerita lagi
Aku harus pulang
Bikinlah cerita tanpaku
Ketika engkau pulang
Ceritakan itu padaku
Ceritaku takkan indah tanpamu
Bila demikian, jangan takut ketika harus pulang
Bila takut, ingatlah
Setelah engkau pulang
Kita bisa bikin banyak cerita

Kenapa engkau harus pulang dengan …?
Tidak ada perpisahan yang indah
Tak ada cara berpisah yang benar
Tidak ada waktu yang tepat untuk berpisah
Itu sebabnya disebut perpisahan
Kenanglah!
Jangan berandai-andai!
Kenanglah kisah di antara kita
Jangan berandai-andai tentang yang tidak ada

Hei …., yang mati itu aku
Aku tahu!
Namun aku kakakmu
Dan kau adik bungsuku
Itu sebabnya aku memberitahumu yang aku tahu
Agar kau tahu yang aku tahu
Yang  kuberitahukan pada yang belum tahu
Supaya mereka tahu yang kita tahu
Kangen!
Rindu!
Kapan?
Nggak tahu!
Tolong jangan sirik bila nanti aku telat mati
Ha ha ha ha ha ha ……

NB.
Suatu hari Merry menemuiku di kamar. Saat itu dia masih kuliah. Dia minta izin untuk menikah. Wajahnya bersemu merah ketika aku menatapnya tajam. Dengan tegas aku berkata, “Tidak boleh!” Dia menatapku kaget. Aku menatapnya tanpa keraguan sedikit pun. Dengan malu-malu dia lalu berkata, “Pacar gua lebih tua dari lu, tau. Kalau nggak nikah sekarang, keburu tua tau?” Saya tersenyum lalu berkata, “Siapa suruh pacaran ma orang tua? Bukankah sejak awal gua dah ingatkan agar jangan sok jodohin dia sama enci lu, sebab elu yang dia incer dan elu bakal jatuh cinta sama dia?” Merry diam setelah ngakak serba salah.

Saya lalu bertanya tentang nilai-nilai kuliahnya juga bertanya tentang mata-mata kuliah yang masih harus diambilnya. Setelah mendengar penjelasannya saya lalu berkata kepadanya, “Tidak boleh menikah tahun ini. Mulai besok elu berhenti kuliah dan bantu mama dagang atau elu boleh lakukan apa saja kecuali kuliah. Tahun depan kita bicara lagi.”

Merry menatapku heran lalu bertanya, “Kenapa?” Saya ngakak lalu berkata, “Anjing betina, begitu kawin, tidak tumbuh lagi. Kalau elu nikah sekarang maka elu nggak akan tumbuh lagi. Sory-sory aja, walau pun dah kuliah, namun elu belum cukup dewasa untuk menjadi istri apalagi ibu. Berhenti kuliah dan belajarlah tentang kehidupan nyata.” Merry pun berhenti kuliah lalu membuka lapak di pasar. Satu tahun kemudian saya memberitahu Merry bahwa dia sudah menjadi wanita dewasa yang siap menikah. Dia dan pacarnya pun lalu merencanakan pernikahan mereka lalu menikah.

Ketika hendak menikah, Merry menemuiku dan bertanya, apa yang harus dia berikan karena melangkahiku menikah? Saat itu saya mengacak-acak rambutnya dan berkata, “Jangan main petasan nanti bibir lu memble kayak waktu kecil dulu! Ha ha ha ha ha ha …..! Juga jangan mengejar layangan kayak kita kecil dulu!”

61 thoughts on “Merr, jangan sirik bila gua telat mati nanti

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.