Hari Minggu jam 07.09, saya memarkir mobil dan melihat, 624Km, itulah Itulah jarak yang ditempuh selama Priska di Jakarta. Priska sudah sampai bandara jam 06. 37 tadi, mustahil dia terlambat lagi untuk penerbangan jam 07.30.
Pertemuan pertama kami terjadi hari Senin tanggal 7 Juli 08, untuk membaca kisahnya silahkan klik di sini. Dalam pertemuan pertama itu, ketika memarkir mobilku, aku mencatat jarak yang ditempuh, 164km.
Pertemuan kami yang kedua terjadi hari Kamis, jam 13.30 di SMA Ketapang, tadinya saya bermaksud mengajaknya makan bakmi keriting yang biasa mangkal di depan SMA itu. Rencana gagal, karena saat itu dia sedang menikmati nasi kotak. Jam 15.25 Aku bersama Priska dan adikku, Sang Guru melaju menembus jalan Hayam Wuruk, lalu ke Jalan Thamrin, Sudirman, Gatot Subroto lalu masuk Tol. Tujuan kami adalah bertemu dengan mbak Esti di Bogor.
Kami ngobrol, adikku melayani sambil terkantuk-kantuk. Maklum, dia sudah terlatih menempuh jarak Bogor jakarta Bogor setiap hari dan tidur adalah caranya melewati jarak itu. Berkali-kali aku menelpon mbak Esti tanpa hasil. Untung cukup kreatif untuk menghubungi mas Daniel agar memberitahu mbak Esti untuk menghubungiku bila bertemu di pasar Klewer.
Jam 17.15 Kami sampai di rumah adikku, senja menjelang, aku sedang mengamati ikan-ikan di akurium ketika mbak esti telepon, sementara itu Priska sedang mandi. Kami akan ke rumahnya dan minta disuguhi makanan yang enak. Kami ngobrol sementara aku
Menikmati secangkir kopi pahit. Ketika suami adikku pulang, aku bertanya kepadanya tentang jalan yang harus kutempuh ke rumah mbak Esti. Mamaku menelpon adikku, tadinya kupikir dia sedang menginap di rumah adikku Sang Tabib, itu sebabnya kami tidak mampir ketika melewati rumahnya, ternyata dia ada di rumah.
Kami mampir di rumah mamaku. Aku memperkenalkan Priska kepada mamaku, papaku dan adik lelakiku Sang Pengusaha. Kami ngobrol di meja makan sambil menemani papaku makan, keponakanku yang ikut bersama kami, langsung ikut nimbrung makan, dia memang doyan makan, itu sebabnya tubuhnya gemuk berisi. Mamaku menawarkan untuk segera masak. Masakkan mamaku enak, dia memang jago masak. Aku menolaknya sebab sudah berjanji untuk makan malam dengan mbak Esti, namun tak kuasa untuk menahan diri. Kuambil sepasang sumpit dan mulai comot sana comot sini, terutama daging babi yang dipotong kecil-kkecil lalu dimasak kecap.
Aku minta kue semprong untuk mbak Esti, menurutnya, suaminya suka kue semprong, ha ha ha ha … namanya juga usaha. Aku juga minta daun obat cit ci ciam (jarum tujuh bintang) untuk obat darah tinggi. Satu untuk mbak Esti dan satu untuk mas Daniel. Adikku, Sang Pengusaha memandangku penuh tanya, Priska adalah gadis kedua yang aku ajak ke rumah mamaku, yang pertama tentu saja Iis (ini istri si hai hai) yang kunikahi tanggal 26 Januari tahun 1997 yang lalu.
Seperti biasa kalau pulang ke rumah, walaupun sudah tua bangka, semua anak-anak mamaku akan kembali menjadi anak-anak. Kami ngobrol, dengan bahasa campuran, Indonesia, sunda dan Hokian, membuat Priska tersenyum-senyum maklum. Ketika semuanya sudah selesai aku pamit dengan membawa oleh-oleh sekitar 30 butir telur ayam kampung, oleh-oleh mamaku untuk si cungkring alias si paijo anakku. Lalu lintas cukup lancar, kami membelah malam.
Walaupun menyebut diri orang Bogor, namun aku sama sekali tidak kenal jalanan Bogor. Aku dan Priska ngobrol sepanjang jalan, banyak sekali yang kami obrolkan, terkadang kami ngobrol hal-hal serius, terkadang kami saling menggoda. Aku keburu membelokkan mobilku ketika menyadari telah mengambil jalan yang salah, kami muncul di tengah-tengah pasar. Setelah kembali kejalan yang benar, kembali aku membuat kesalahan, mengambil jalan yang salah. Satu kali putaran yang cukup jauh, kami kembali ke jalan yang benar, agar tidak tersesat lagi aku lalu telpon mbak Esti.
Jam sembilan kurang beberapa menit kami sampai di rumah Mbak Esti, agar kami tidak tersesat, Mbak Esti berjalan puluhan meter untuk menunggu kami di pos hansip. Ngobrol beberapa menit lalu kami keluar lagi untuk mencari makan. Dua rumah makan kami lalui keduanya sudah tutup. Akhirnya kami makan di sebuah perumahan dekat rumah mbak Esti. Karena nasi uduknya sudah habis, maka kami pesan nasi biasa dengan lauk ayam goreng. Nikmat, aku menghabiskan nasi dua piring. Setelah kenyang kami kembali ke rumah mbak Esti, oh ya tentu saja sepanjang jalan kami ngobrol mulai dengan yang ringan-ringan lalu ngobrol tentang apa saja.
Mbak Esti menawarkan kopi, tentu saja aku mau, bahkan minta dibuat khusus, kental tanpa gula. Hampir jam 22 malam, dalam hati aku berencana akan ngobrol hingga jam 23 malam lalu pulang, meninggalkan Priska nginep di rumah mbak Esti untuk memastikan agar mbak Esti ikut Kopi Darat hari Jumat malam.
Manusia merencana, manusia yang menentukan. Aku melihat jam di rumah Mbak Esti, jam 01.15, aku ingin pamit pulang namun suami Mbak Esti sedang cerita sangat seru. Aku menunda hingga dia selesai cerita, saat itu jarum jam menunjukkan jam 02 kurang beberapa menit dan rasanya sayang bila obrolan yang seru itu berakhir saat itu.
Jam 03 kurang beberapa menit, apabila tidak pamit pulang, maka aku akan menjadi tamupaling kurang ajar yang pernah bertamu ke rumah mbak Esti. Priska memang luar biasa, dia langsung mengubah rencana. Kami meninggalkan rumah Mbak Esti dan aku langsung menghitung jarak yang harus kami tempuh. Sepanjang jalan, aku tahu Priska terkantuk-kantuk, tentu saja dia berusaha tidak tertidur.
Jam 04 pagi, kami memasuki rest area di Tol Tomang Merak. Walaupun tidak mengutarakannya namun kami sama-sama sepakat, menghabiskan waktu hingga terang. Kami memesan indonmie, aku rebus dengan telur sedangkan Priska goreng tanpa telur. Nampaknya dia tidak mau memanjakan lidahnya, agar tidak menjadi kebiasaan nanti setelah kembali ke kost. Ha ha ha ha …
Duduk berhadapan dengan Priska, kami ngobrol tentang berbagai hal. Saya tidak menceritakan apa yang kami obrolkan karena banyak sekali yang kami obrolkan. Meloncat ke sana ke sini, tentang para blogger Sabda, tentang kehidupanku, tentang kehidupannya, terkadang kami saling ngeledek, persis seperti ketika ngeblog di Klewer.
Saya nggak hafal jalan-jalan di Tangerang sama seperti saya nggak hafal jalan-jalan di Bogor. Karena tante Priska dan sepupuhnya nggak bisa memberitahu arah dengan benar, aku lalu memabngunkan temanku jam 7.05 untuk bertanya jalan. Atas bimbingannya aku mencapai tujuan dengan dibantu seorang Bapa yang sedang berdiri menunggu angkot yang kami tanyai.
Jam 8.05 aku pamitan pada Priska dan saudara sepupuhnya yang nampaknya sedang mandi dan menghentikan kegiatannya demi menyambut kami. Jam 09.40 aku sampai rumah. Ngobrol dengan Iis, menjelaskan kepergianku dan ngobrol dengan anakku. Aku membuka komputerku sambil menikmati mie keriting dan secangkir kopi pahit. Setelah mandi, aku mulai kerja jam 11, aku tidur dan bangun 1,5 jam kemudian lalu kerja lagi sambil mengkoordinir acara kopi darat malamnya.
Sms dari Ken menyatakan lalulintas yang macet, Aku baru saja mengacungkan tanganku membentuk tanda V, Valet ketika SMS Priska masuk, saat itu jarum jam di mobilku yang lebih cepat 5 menit menunjukkan jam 16.55. Priska bertanya apakah tempatku jauh dari terminal Kalideres, bila dekat, sebaiknya kami ketemuan di sana saja. Aku batal memarkir mobilku dan langsung keluar dari Taman Anggrek menuju terminal Kali Deres. Setelah bertanya kepada Iis, aku lalu memutuskan sebuah rumah makan padang dekat halte busway sebagai meeting point kami.
Liesiana telepon, memberitahu dirinya sudah ada di Taman Anggrek, saat itu aku masih ada di kemacetan jalan Daan Mogot. Beberapa saat kemudian ada telepon masuk. Dia menyebut dirinya Dyna, aku mencari arsip dalam otakku namun tidak menemukan nama itu, jadi kupikir dia adalah tamu Klewer yang ingin ikut Copy darat. Aku lalu mengatur agar dyna bertemu dengan Liesiana. Beberapa saat kemudian SMA dari Dyna masuk memberitahukan tetnang jembatan layang Tomang yang macet karena ada kebakaran di sekitar Tomang. Beberapa saat kemudian Denis bertanya ada di mana aku, saat itu aku hampir mencapai meeting pointku dengan Priska. Aku merekomendasikan dia bertemu dengan Liesiana dan Dyna di toko buku Gramedia. Dia mengatakan bahwa dia sudah bertemu dengan mereka. Billy joe alias B’joe telp menyatakan bahwa dia tidak dapat menghubungi Liesiana aku lalu memberi dia telp dennis.
Aku memarkir mobilku di depan rumah makan itu, lalu keluar mengamati orang-orang yang sedang menunggu kendaraan untuk pulang sambil ngobrol dengan tukang parkir. Karena bosan akhirnya aku masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin lalu menyalakan lampu dalam dan asyk membaca buku “Pengalaman Rohani Sejati – Jonatan Edwards terbitan Momentum”. Itu buku yang bagus, saya merekomendasikannya kepada siapa saja yang ingin membacanya.
Saya tidak tahu berapa lama menunggu, puluhan halaman terlewatkan ketika SMS dari Priska masuk. Aku segera mematikan mobilku dan keluar, Priska muncul dengan omnya dan sepupuhya. Aku menyalaminya lalu setelah berbasa-basi aku mengajaknya ikut serta ke Taman Anggrek, aku berjanji akan mengantar mereka pulang. Kami pun lalu melaju membela jalan Daan Mogot. Tiba-tiba HP bututku yang menurut anakku lebih jelek dari HP pembantuku berbunyi tanda ada SMS masuk. Aku membukanya lalu membacanya, dengan sekuat tenaga aku menahan diri agar nggak NGAKAK. Ha ha ha ha ha … ternyata itu SMS dari Priska. Tentang isinya, biarlah nanti Priska yang cerita. Aku telp Yenti, ternyata dia sudah bertemu dengan blogger lainnya.
Mobilku terus melaju mendekati Taman Anggrek sementara Priska sibuk ngobrol dengan pacarnya. Aku mengirim satu SMS dan berharap Priska segera menyelesaikan ngobrolnya dan membaca SMS itu, isinya sebuah kesepakatan untuk melakukan KONSPIRASI.
Aku menyerahkan tugas memarkir kendaraan kepada petugas Valet, bukan kerena banyak uang atau sok kaya, namun karena tahu diri. Sudah berkali-kali aku memarkir kendaraan sendiri di Taman Anggrek lalu butuh berjam-jam untuk menemukannya kembali. Aku lalu pamit kepada Priska dan omnya untuk pergi ke Travel Bayu Buana, aku memang ke sana, menemui teman kerja Iis lalu meminta mereka mencarikan sebuah barang dari meja kerjanya dan memberikannya kepadaku. Sebenarnya hal itu tidak perlu namun Iis memintaku dan aku melakukannya demi kesuksesan sebuah Konspirasi demi Priska sang primadona kopi darat pasar klewer.
Setelah mengambil barang itu aku lalu naik ke lantai 4, HP bututku kembali berbunyi tanda ada SMS masuk, aku membukanya, sms dari Dyna pamit pulang. Aku membalas SMS-nya minta waktu 5 menit, mungkin aku yang telp dia atau dia yang telp aku, aku lupa, pokoknya aku berbicara dengannya di HP sambil menukarkan uangku dengan vocher lalu melangkah memasuki Food Court.
Dyna, Dennis, Liesiana dengan kedua anaknya yang cantik luar biasa, Yenti, Billy joe sudah selesai makan, ternyata Priska belum ada di sana. Aku duduk lalu telepon Priska, beberapa saat kemudian dia muncul sendirian tanpa om dan sepupuhnya. Aku memberikan ticket kepada Priska dan berbicara dengannya dengan pandangan mata dan mimik muka. Priska pergi lalu kembali lagi dengan omnya. Omnya pamit untuk keliling-keliling, menolak tawaranku untuk makan bersama.
Aku sedang menyusun rencana konspirasi ketika dyna pamit pulang, semoga dia tidak menyangka aku berlaku tidak ramah padanya. Namun bila dia menyangka demikian, biarlah Priska yang menjelaskan kepadanya apa yang terjadi saat itu. Ha ha ha ha …
Beberapa saat kemudian SMS Taksaka masuk, aku langsung menelponnya untuk memberitahu dia di mana tempat kami ngumpul. Ken, sebenarnya ketika kami memasuki Mall, dia sudah sampai, aku menyuruhnya untuk menunggu, namun ketika aku berpisah dengan Priska dan menelponnya dia ada di lantai 3, aku langsung menyuruhnya langsung ke lantai 4 dan ke food court.
Setelah tahu lokasi persis aku telp Ken memberitahu lokasi pertemuan. Beberapa saat setelah Taksaka muncul, pembicaraan nyengkut ke Ken, aku langsung ingat dia dan berusaha menelponnya, tidak bisa masuk, secara naluri aku bangkit berdiri lalu mengedarkan pandanganku, dengan penuh keyakinan aku menatap lelaki yang memakai topi itu dan berseru, “Ken!” Mungkin dia mendengar seruanku, nyatanya dia menoleh lalu menatapku, kami bertatapan dan dia datang. Benar dia Ken si Ganteng.
Saya tidak tahu bagaimana menceritakan jalannya pertemuan itu karena sebagian otakku ada di pertemuan sementara yang lainnya sibuk menganalisa dan menyusun rencana konspirasi untuk Priska. Namun foto-foto nampaknya bisa bercerita betapa serunya pertemuan kami itu. Sekitar jam sembilan Indonesia Saram Muncul. Saya lupa jam berapa Liesiana pamit pulang. Namun ingat jam sepuluh kami harus meninggalkan Food court karena tutup. Dennis, billy joe, Taksaka, Ken mengantar kami ke bawah. Sempat terjadi obrolan dengan Dennis dan billy joe untuk melanjutkan acara apalagi Priska bilang omnya sudah pulang.
Untuk melanjutkan acara aku memberi alternatif, ke Karaoke, ke cafe untuk nonton life music atau ke ancol untuk ngobrol aku juga menyebutkan beberapa tempat yang dekat dari Taman Anggrek. Karena tidak ada kesepakatan akhirnya diputuskan untuk pulang. Ketika di mobilku, Yenti menyatakan bahwa dia tidak keberatan untuk melanjutkan acara. Aku lalu menghitung jam operasi tempat karaoke dan Cafe. Karena Priska tidak suka music Jazz, maka mustahil pergi ke Jazz cafe, tiba-tiba aku ingat tentang dibukanya tempat Karaoke Inul di Taman Anggrek. Aku lalu menelpon Dennis, sambil berputar di jalan di depan Mall. Dennis tidak tahu, namun berjanji untuk mencari tahu. Aku kembali memasuki Taman Anggrek dan bertanya tentang Inul vista dan telepon B’Joe tentang rencana itu. Rencana pun bulat, acara selanjutnya Karaoke di Inul vista.
Karaoke di Inul Vista. B’Joe mengeluarkan note booknya lalu online dan masuk ke klewer, jadilah shoutbox bergantian dan salah salah. Ha ha ha ha … Seru luar biasa. Siapa bintangnya tentu saja hai hai yang urat malunya sudah diamputasi. Dengan suara pas pasan namun bernyanyi dengan penuh percaya diri, walau jadi bahan tertawaan, tetap santai. Yang lainnya pun lalu ikut menyanyi, karena hai hai saja berani nyanyi. Bintang Karaoke malam itu adalah Dennis yang menyanyikan lagu Crazy dengan penuh perasaan.
Hari Sabtu, jam 15.15, HP bututku memberitahu ada SMS masuk. Aku membacanya, ternyata dari Priska, beritanya, dia ketinggalan pesawat. Aku menyuruhnya mencari ticket di counter airlines yang ada di bandara. Aku segera menghubungi istriku untuk mencarikan ticket. Satu-satunya yang masih ada adalah Garuda, 1,4jt lebih harganya. Yang lain adalah ticket ke Yogya jam 07.30 hari Minggu. Ticket itulah yang dibeli Priska.
Aku memberi tahu Priska lewat SMS bahwa aku segera berangkat menjemputnya ke airport. Dia membalas SMS-ku, menyatakan bahwa dia sudah naik Taksi dan bertanya hrus turun di mana? Aku menyebutkan sebuah mall sebagai meeting point. Karena ragu aku lalu menelponnya. Telponku tidak diangkat. Aku langsung berangkat menembus kemacetan lalu lintas.
Ketika sampai di Meeting point, menurut perhitunganku seharusnya Priska sudah sampai di situ. Sebab walaupun jaraknya lebih jauh namun dia melalui jalan Tol sehingga tidak mengalami kemacetan. Namun dia tidak ada di situ. Aku berusaha menelponnya, tidak diangkat, aku mengirim SMS, tidak dibalas. Waktu terus berlalu, berkali-kali aku menelpon, namun tidak diangkat. Aku menelpon sebuah radio swasta, menanyakan lalu lintas dari Bandara ke meeting point, tidak ada kemacetan sama sekali. Prasangka paling positif, Priska sudah sampai di meeting point namun HP-nya kehabisan baterai. Aku lalu berjalan keliling mall mencarinya, bahkan berkali-kali minta bagian Informasi mengumumkan bahwa aku menunggunya di ppusat Informasi.
SMS dari mas Daniel masuk, aku memberitahu dia bahwa Priska tidak ada jejaknya. Aku juga memberi tahu Iis yang menungguku di rumah adiknya, kami berjanji untuk makan malam bersama di Taman Anggrek. Kembali aku keliling mall dan beberapa kali minta tolong diumumkan panggilan kepada Priska tanpa jawaban. Akhirnya aku sampai pada kesimpulan, Priska sedang asyk menelpon pacarnya sementara dia dibawa keliling oleh supir taksi. Saya segera kembali ke mobilku, menyalakan lampu dalam dan menunggu sambil membaca.
Jam 19.14 Priska Telepon, dia sudah turun dari Taksi dan tidak tahu ada di mana. Aku menyuruhnya bertanya kepada orang yang ada di sana, lalu menelponku kembali. Dia tidak melakukannya. Aku menelponnya beberapa kali, tidak diangkat. Jam 20.05 Telepon dari Priska masuk, dia bilang sedang ada di dalam Taksi dan menuju ketempatku menunggu. Aku minta dia memberikan Hpnya kepada supir taksi itu lalu mengubah Meeting Point kami ketempat yang lebih mudah dijangkau karena untuk ketempatku lalu lintas macet total. Jam 20.40 Aku sudah bertemu Priska. Bila menuruti hatiku, ingin sekali memitingnya dan mengacak-acak rambutnya sampai dia minta ampun. Namun itu tak kulakukan sebab takut ada tetangga yang melihatku dan menyangka aku sedang selingkuh. Ha ha ha ha …
Aku memacu mobilku, ketika mendekati rumah adik istriku aku telpon dia, ternyata dia sudah tidak sabar menunggu sehingga pergi makan dengan adiknya. Kami lalu sepakat untuk bertemu di rumah makan itu. Ketika memarkir mobilku, istri dan anakku sudah selesai makan, kami lalu turun karena aku dan Priska belum makan. Aku memesan dua mangkuk Bakut (iga) kuah sayur asin dan sepuluh tusuk sate daging. Tidak ada kopi darat lagi karena takut besoknya Priska akan telat lagi.
Kami membawa Priska pulang dan membiarkan dia untuk tidur dengan anakku malam itu. Menurut anakku, Priska cantik dan menyenangkan itu sebabnya dia seru sekali ngobrol dengan Priska sementara aku menyelesaikan pekerjaan yang tertunda sambil kluyuran di pasar Klewer. Untuk melihat foto-foto Kopi Darat, silahkan klik di sini.