Agama Khonghucu Di Mata Seorang Tionghoa Kristen


Sebagian orang Indonesia menganut agama Khonghucu dan Negara Kesatuan Republik Indonesia mengakui Khonghucu sebagai agama. Namun banyak sekali orang yang menolak mengakui Khonghucu sebagai agama.

Sebagian orang menyatakan, Khonghucu adalah kebudayaan Khonghucu, sebagian lainnya menyatakan Khonghucu sebagai filsafat Khonghucu, lainnya menganggapnya sebagai etika Khonghucu. Mereka berpendapat, menjadikan Konghucu sebagai agama, berarti mengecilkan arti Khonghucu bagi kebudayaan Tionghua. Sebagian orang Kristen menganggap Khonghucu bukan agama, karena Guru Kongzi (551-479SM) hanya mengajar tentang etika dan falsafah hidup, tidak mengajarkan tentang kehidupan setelah mati.

Apakah agama Khonghucu itu agama? AGAMA KHONGHUCU ADALAH AGAMA! Bagaimana kita menganalisa sebuah agama?

Theodicy adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani Theoyang artinya Tuhan dan dike yang artinya pertimbangan. Theodicy disebut juga Natural Theology artinya ilmu yang mempelajari Tuhan berdasarkan pemikiran logis.

Theology adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa romawi (latin) Theos yang artinya Tuhan dan Logos yang artinya firman atau wahyu. Theology artinya ilmu yang mempelajari Tuhan berdasarkan firman atau wahyu. Umat Islam percaya Alquran adalah Firman Tuhan, maka mereka menjadikan Alquran sebagai ensiklopedia agama mereka. umat Kristiani percaya Alkitab adalah Firman Tuhan, maka mereka menjadikan Alkitab sebagai ensiklopedia agama mereka. Umat Khonghucu percaya, kitab Si Shu dan Wu Jing adalah Firman Tuhan, maka mereka menjadikan kitab Si Shu dan Wu Jing sebagai ensiklopedia agama mereka.

TUHAN-ISME

Theisme atau Tuhan-isme adalah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu agama memandang Tuhan. Para ilmuwan mengelompokan Theisme menjadi 5 kelompok yaitu:

1. Nontheisme
2. Deisme
3. Theisme
4. Panentheisme
5. Pantheisme

Nontheisme

Nontheisme adalah theisme (agama) yang tidak mempercayai adanya Tuhan atau yang konsep ke-Tuhan-annya tidak jelas. Agama Budha adalah agama Nontheisme. Nontheisme sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Atheisme dan Agnosticisme.

Atheisme adalah Theisme yang menolak keberadaan Tuhan atau yang di dalam kepercayaannya tidak ada Tuhan atau konsep Tuhan. Atheisme dibagi menjadi dua aliran yaitu:

  • Atheisme Kuat yang percaya tidak ada Tuhan bahkan konsep Tuhan.
  • Atheisme Lemah yang percaya tidak ada Tuhan, namun memiliki konsep Ketuhanan di dalam agamanya. Agama Budha termasuk dalam kelompok Atheisme Lemah.

Agnosticisme adalah theisme yang mengajarkan bahwa manusia tidak mungkin mengenal atau memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Agnosticisme dibagi menjadi dua aliran yaitu:

  • Agnosticisme Kuat yang percaya bahwa manusia tidak mungkin mengenal atau memiliki pengetahuan tentang Tuhan juga mustahil untuk mengatakan bahwa “ini atau itu” adalah Tuhan atau bukan Tuhan.
  • Agnosticisme Lemah yang percaya bahwa saat ini manusia belum memiliki pengenalan dan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi mungkin suatu saat nanti manusia akan mampu, siapa tahu?

Deisme

Deisme adalah theisme yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu, kemudian membiarkan alam ciptaanNya berkembang sendiri. Tuhan sama sekali tidak berinteraksi dengan segala ciptaanNya. Tuhan adalah Tuhan yang transenden, Tuhan yang tinggal jauh dan tidak terjangkau manusia.

Theisme

Theisme adalah theisme yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dan berinteraksi dengan segala ciptaanNya sepanjangn jaman. Tuhan adalah Tuhan yang transenden, Tuhan Yang tinggal jauh, tetapi Tuhan juga Imanen, Tuhan yang tinggal dekat dan hidup bersama manusia. Theisme ini terbagi menjadi dua aliran yaitu Polytheisme dan Monotheisme:

Polytheisme adalah theisme yang percaya adanya banyak Tuhan atau menyembah banyak ilah atau dewa-dewi. Polytheisme terbagi menjadi lima aliran yaitu:

  • Polytheisme Santun (proper): Yang mempercayai keberadaan beberapa ilah yang berbeda-beda, dimana semua ilah itu layak untuk disembah.
  • Animisme: Yang mempercayai keberadaan ilah yang banyak sekali, semua ilah itu harus diberi persembahan agar dapat hidup damai dengan mereka.
  • Monolatry-isme: Yang mempercayai adanya banyak ilah namun hanya ada satu di antaranya yang patut disembah.
  • Henotheisme: Yang mempercayai adanya banyak ilah yang dipimpin oleh satu ilah yang paling berkuasa.
  • Kathenotheisme: Yang mempercayai adanya banyak ilah yang berkuasa bergiliran. Hanya ilah yang sedang berkuasa yang disembah.

Monotheisme adalah theisme yang percaya hanya ada satu Tuhan. Monotheisme terbagi menjadi 2 aliran yaitu:

  • monotheisme Inclusive: Yang percaya hanya ada satu Tuhan, Tuhan yang satu ini muncul dengan nama-nama yang berbeda di tempat yang berbeda.
  • Monotheism Exclusive: Yang percaya hanya ada satu Tuhan (yaitu Tuhan yang disembah yang bersangkutan). Bila ada ilah lain yang mengklaim dirinya adalah Tuhan, maka itu pasti bukan Tuhan melainkan ilah yang mengaku-ngaku dirinya Tuhan.

Panentheisme

Panentheisme adalah theisme yang mengajarkan bahwa seluruh alam semesta ada di dalam diri Tuhan yang lebih besar dari alam semesta ini.

Pantheisme

Pantheisme adalah theisme yang mengajarkan bahwa ciptaan adalah Tuhan, Tuhan adalah ciptaan. Segala ciptaan, baik benda, binatang, manusia maupun roh adalah perwujudan Tuhan itu sendiri.

DEFINISI AGAMA

Mengenai agama, World Book Encyclopedia mencatat sebagai berikut: Religion. No simple definition can describe the numerous religions in the world. For many people, religion is and organized system of beliefs, ceremonies, practices, and worship that centre on one supreme God, or the Deity. For many others, religion involves a number of Gods, or Deities. Some people have a religion in which no specific God or gods are worshipped. There are also people who practise their own religious beliefs in their own personal way, largely independent of organized religion. But almost all people who follow some form of religion believe that a divine power created the world and influences their lives.

Tidak ada definisi sederhana yang dapat menggambarkan agama-agama di dunia ini secara lengkap dan jelas. Bagi sebagian orang, agama adalah sistem kepercayaan, perayaan, sembahyang dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bagi yang lain, agama melibatkan beberapa Tuhan atau Dewa. Sebagian orang memeluk agama yang tidak menyembah Tuhan atau Dewa-dewa tertentu. Ada juga orang yang memeluk agama sesuai dengan keyakinan mereka sendiri, tanpa terikat pada agama-agama yang terorganisir. Akan tetapi hampir semua orang yang memeluk agama tertentu, percaya adanya suatu kekuatan adikodrati yang menciptakan dunia dan menguasai hidup mereka.

People practise religion for several reasons. Many people throughout the religion simply because it is part of the heritage of their culture, tribe, of family. Religion gives many people a feeling of security because they believe that a divine power watches over them. These people often ask the power for help or protection. Numerous people follow a religion because it promises them salvation and either happiness or the chance to improve themselves in a life after death. For many people, religion brings a sense of individual fulfilment and gives meaning to life. In addition, religion provides answers to such questions as What is the purpose of life? What is the final destiny of a person? What is the difference between right and wrong? And what are one’s obligations to other people? Finally, many people follow a religion to enjoy a sense of kinship with their fellow believes.

Orang memeluk agama karena beberapa alasan. Banyak yang memeluk suatu agama karena agama tersebut adalah warisan adat istiadat (kebudayaan) suku atau keluarga. Agama memberi rasa aman pada pemeluknya karena mereka percaya suatu Kekuatan Adikodrati yang senantiasa menjaga mereka. Orang-orang ini selalu memohon pertolongan dan perlindungan (pada Sang Adikodrati). Banyak orang memeluk suatu agama karena agama tersebut menjanjikan keselamatan dan kebahagiaan atau kesempatan untuk meningkatkan kehidupan mereka setelah meninggal. Bagi sebagian orang, agama mendatangkan perasaan puas diri dan merasa hidupnya berarti. Lebih lanjut, agama menyediakan jawaban atas berbagai pertanyaan, misal, Apa tujuan hidup? Kemana jalan hidup berakhir? Apa perbedaan baik dan jahat? Bagaimana harus berprilaku terhadap sesama manusia? Terakhir, banyak orang yang memeluk suatu agama hanya untuk menikmati kebersamaan dengan sesama pemeluk lainnya.

AGAMA KHONGHUCU & THEODICY

Menurut Theodicy, agama Khonghucu memenuhi semua syarat untuk disebut agama. Karena memenuhi semua persyaratan sebagai agama, maka keberadaan agama Khonghucu tidak tergantung pada pengakuan individu, golongan maupun negara. Apakah kambing adalah kambing? Kambing adalah kambing selama memenuhi semua persyaratan seekor kambing, bukan karena pengakuan individu, golongan maupun negara.

AGAMA KHONGHUCU & THEOLOGY

Khonghucu adalah dialek Hokian yang artinya guru Khonghu. Sesuai dengan tradisi Tiongkok kuno, maka guru Khonghu, setelah meninggal, di panggil Khongcu. Dialek mandarin untuk Khongcu adalah Kongzi. Kongzi lahir tahun 551SM dan meninggal pada tahun 479SM. Kongzi, secara umum dianggap sebagai pendiri agama Khonghucu. Mereka yang tidak mengakui Khonghucu sebagai agama umumnya memberi alasan sebagai berikut:

1. Agama Khonghucu adalah produk MATAKIN
2. Khongzi mengaku bukan nabi, hanya meneruskan ajaran generasi sebelumnya
3. Keturunan Khongzi tidak menganut agama Khonghucu
4. Khongzi hanya berbicara tentang etika tidak berbicara tentang tata ibadah
5. Khongzi tidak berbicara tentang surga dan neraka
6. Si anu dan si anu serta si anu bilang Khonghucu bukan agama

Cara pandang orang-orang yang mengatakan Khonghucu bukan agama tersebut di atas barlandaskan pada ilmu Theologia. Syarat utama sebuah agama dapat dipelajari secara Theologia adalah keberadaan standard ajaran agama tersebut. Untuk zaman ini dapat dikatakan, bila agama tersebut memiliki kitab suci, maka agama tersebut dapat dipelajari secara Theologia.

Agama Khonghucu mengakui kitab Si Shu dan Wu Jing sebagai kitab suci. Kitab Si Shu dan Wu Jing diakui sebagai Wahyu Tian (Tuhan). Kitab-kitab tersebut diakui sebagai kebenaran sejati yang tidak mengalami kesalahan ketika ditulis oleh para nabi. Dalam perkembangannya, Tiansenantiasa menjaga kemurnian kitab-kitab tersebut ketika di salin dan senantiasa menjaga kelestariannya dalam menghadapi pengrusakan dan pemusnahan. Kitab-kitab tersebut berisi: Hukum moral, yang berisi standard moral yang harus dikejar dan dijaga oleh umat manusia; Hukum Sembahyang, yang berisi tatacara untuk menyembah Tuhan dan Hukum Masyarakat, yang diberikan kepada bangsa Tiongkok kuno sebagai sebuah bangsa di bawah pemerintahan seorang Raja.

Kalau kita mempelajari sejarah perkembangan agama-agama, maka nampak jelas bahwa kitab suci agama-agama adalah hasil kanonisasi (dikumpulkan dan diseleksi). Alkitab mengalami kanonisasi, hasilnya adalah 39 kitab Perjanjian Lama, 26 kitab Perjanjian Baru, 14 kitab Deuterokanonika dan kitab-kitab lain yang dianggap tulisan manusia biasa, yang lain lagi dinilai sebagai kitab yang berisi ajaran sesat. Kitab Si Shu dan Wu Jing adalah hasil kanonisasi juga. Mustahil memahami agama Khonghucu tanpa mempelajari kitab-kitab sucinya secara lengkap. Sebelum Kongzi memantapkan ajarannya, dia telah melakukan perjalanan ke negeri-negeri untuk mengumpulkan dan mempelajari ajaran para nabi dan raja suci yang hidup sebelumnya, lalu melakukan seleksi (kanonisasi) atas kitab-kitab yang ada saat itu. Setelah selesai melakukan kanonisasi kitab-kitab suci, Kongzi menegaskan bahwa ajaran para raja suci dan tiga dinasti agung adalah standard ajarannya.

Dewasa ini, kebanyakan orang non Khonghucu beranggapan, bahwa Lun Yu, Sabda Suci, Analect adalah satu-satunya kitab yang berisi ajaran Kongzi, itu sebabnya, ketika mempelajari ajaran Kongzi, mereka hanya mempelajari kitab tersebut dan mengambil kesimpulan berdasarkan isi buku tersebut. Di samping itu, banyak sekali orang yang membaca kitab tersebut dalam bentuk terjemahan oleh orang non Khonghucu yang telah dipenuhi tafsiran. Yang paling gegabah adalah mereka yang merasa telah mempelajari ajaran Kongzi hanya karena telah membaca pendapat-pendapat orang lain tentang ajaran Kongzi.

Setiap orang yang menilai agama Khonghucu hanya berdasarkan satu dua ayat atau satu dua kitab dalam Si shu dan Wu Jing jelas adalah orang yang dimaksudkan oleh Kongzi sebagai:

Kongzi berkata, “Yang melewati pintuku namun tidak mau memasuki ruanganku, aku tidak akan menyesalinya. Dia hanya orang yang mencari perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya (xiangyuan 鄉 原). Orang yang hanya mencari perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya adalah pencuri kebajikan. Mengzi VIIB:37:7 – Jinxin xia

Awalnya di Tiongkok hanya ada Tian Dao (jalan Tian) atau disebut juga Dao. Dengan kata lain, agama Tiongkok kuno adalah agama Dao atau Tian Dao. Agama ini dianut oleh seluruh bangsa Tiongkok kuno, dimana raja berlaku sebagai Imam Agung. Agama Dao menyembah Tian (Langit), Di (Bumi) dan Shang Di (Raja Pertama) sebagai Tuhan dan mengajarkan Xiao (bakti kepada orang tua) sebagai salah satu hukum moral utama yang harus ditaati oleh seluruh umat manusia. Para guru besar Tiongkok kuno menyebut ajaran Dao ini sebagai ajaran para raja suci dan tiga dinasti agung.

Kongzi adalah nabi teragung agama Khonghucu. Dia dan para muridnya sangat giat mengajarkan ajaran para raja suci dan tiga dinasti agung kepada bangsa Tiongkok pada zaman itu. Dia dan para pengikutnya disebut kaum Ru yang artinya kaum terpelajar atau sarjana. Ilmu yang diajarkannya disebut Rujia, agama yang diajarkannya disebut Rujiau.

Ketika Kongzi meninggal, muncul guru-guru besar lainnya, misalnya Mozi (470-390SM) dan Zhuangzi yang juga menegaskan bahwa ajaran mereka adalah ajaran para raja suci dari tiga dinasti agung. Bagaimana membedakan ajaran Kongzi dengan ajaran guru besar lainnya? Untuk membedakan agama yang diajarkan oleh Kongzi dan guru besar lainnya, maka pada saat itu muncullah nama baru, Kongjiao (agama Kong).

Di Indonesia, agama Khonghucu awalnya dikenal dengan nama Rujiao (agama Ru), dalam perkembangannya lalu disebut Kongjiao (hokian: Kongkaw) dan akhirnya menggunakan nama Khonghucu.

Para penganut agama Khonghucu merasa perlu untuk membentuk sebuah organisasi, menyesuaikan tempat ibadah dan tata ibadahnya sesuai perkembangan jaman dan men-sistematis-kan pengajaran agamanya. Maka terbentuklah MAKIN dan MATAKIN serta Tridharma. Terbentuknya aliran Theologia yang berbeda dalam sebuah agama adalah hal biasa, terbentuknya organisasi yang berbeda dalam sebuah agama juga sama biasanya. Juga hal biasa, ketika ada sekelompok penganut agama menghilangkan unsur rohani dalam ajaran agama yang dianutnya dan hanya mempraktekan ajaran etikanya saja. Sama biasanya dengan sekelompok pemeluk agama yang menambahkan unsur mistik ke dalam ajaran agama yang dianutnya. Sah-sah saja bila di antara aliran-aliran tersebut saling menuduh yang lain sebagai bidat (ajaran sesat) dan saling menegaskan bahwa ajaran merekalah yang paling murni. Satu-satunya cara yang adil untuk menilai hanya bisa dilakukan dengan membandingkan ajaran agama tersebut dengan ajaran yang tertulis dalam kitab sucinya, dalam hal agama Khonghucu adalah kitab Si Shu dan Wu Jing.

Bagaimana dengan status para keturunan Kongzi? Kitab Si Shu dan Wu jing dengan jelas mengajarkan bahwa jabatan adalah anugerah Tian, tak terkecuali jabatan Nabi. Jabatan nabi bukan anugerah Tian yang dapat diwariskan. Kongzi sendiri kecewa dengan anaknya namun bangga dengan cucunya. Dengan ajaran demikian mustahil bagi kita untuk mengaitkan agama Khonghucu dengan kehidupan para keturunan Kongzi. Tidak ada keharusan bagi anak cucu Kongzi untuk menganut agama Konghucu sementara kelestarian agama Khonghucu tidak tergantung pada para keturunan Kongzi. Bila mereka terpanggil untuk menganut agama Islam, agama Kristen, agama Budha, agama Dao, atau agama lainnya, tidak ada ayat-ayat di dalam kitab Si Shu dan Wu Jing yang melarangnya. Dan bila anak cucu Kongzi tidak menganut agama Khonghucu, maka itu tidak berarti agama Konghucu bukan agama.

Mengzi berkata, “Dari raja Yao dan Shun hingga raja Tang lima ratus Tahun lebih sedikit. Sama seperti raja Yu, Gao dan Tao bergaul maka mengenal keduanya, namun raja Tang karena mendengar kisahnya lalu mengenal keduanya. Mengzi VIIB:38:1 – Jinxin xia

Dari raja Tang hingga raja Wen lima ratus tahun lebih sedikit. Yiyin dan Laizhu bergaul maka mengenalnya sedangkan raja Wen mendengar kisahnya lalu mengenalnya. Mengzi VIIB:38:2 –  Jinxin xia

Dari raja Wen hingga Kongzi lima ratus tahun lebih sedikit. Raja Taigong dan Sanyisheng bergaul maka mengenalnya sementara Kongzi mendengar kisahnya lalu mengenalnya. Mengzi VIIB:38:3 –  Jinxin xia

Dari Kongzi hingga sekarang, baru seratus tahun lebih sedikit. Nabi yang telah pergi itu rupanya belum cukup jauh. Dekat tempat tinggal nabi, nampaknya benar-benar terlalu dekat. Benar! Belum ada yang menggantikannya, belum ada yang menggantikannya. Mengzi VIIB:38:4 –  Jinxin  xia

Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan tentang para Nabi besar Tiongkok kuno, nampak jelas bahwa jabatan nabi tidak diwariskan kepada keturunannya, hal itu berarti kelangsungan agama Khonghucu tidak tergantung pada keturunan para nabi dan raja suci.

AYAT-AYAT KITAB SI SHUDAN WU JING

Kongzi berkata, “Hanya meneruskan, tidak menciptakan, aku sungguh mempercayai ajaran-ajaran kuno. Aku diam-diam membandingkan diriku dengan Laopeng. Lun Yu VII:1 –  Shuer

Kongzi berkata, “Jangan menyembah gui 鬼 (arwah orang mati), itu menjilat. Mengetahui kebenaran namun tidak melakukannya, itu tidak ksatria. Lunyu  II:24:1-2 – Weizheng

Liluo bertanya tentang Maharoh (guishen 鬼神). Kongzi menjawab, “sebelum mengerti tentang manusia, bagaimana mungkin mengerti tentang arwah?” Lunyu XI:12:1 – Xianjin

Kitab Si Shu dan Wu Jing memang tidak membahas tentang keberadaan surga dan neraka serta keberadaan roh-roh jahat dan dosa turunan atau dosa asal. Namun jelas sekali bahwa kedua kitab suci tersebut dengan jelas dan tegas mengajarkan tentang keberadaan Tuhan dan kehidupan kekal. Semoga ayat-ayat berikut di bawah ini akan memberi informasi yang lebih jelas lagi tentang agama Khonghucu.
Zaiwo berkata, “Aku sudah mendengar yang dinamakan Guishen 鬼神 (maharoh), namun tidak mengerti apa yang dimaksudkan.” Kongzi  berkata, “Yang disebut jiwa (qi 氣) adalah perwujudan shen (roh penerang) sedangkan yang disebut nyawa (po 魄) adalah perwujudan gui (roh kehidupan). Perpaduan gui dan shen adalah ajaran tertinggi agama. Semua makluk hidup pasti mati. Yang mati pasti kembali menjadi tanah. Itulah yang disebut gui. Tulang dan daging musnah di bawah. Yin adalah udara dan tanah. apa yang dinamakan Qi, keluar tubuh lalu melayang ke atas menjadi cahaya gemilang diiringi harum dupa dan perasaan duka yang mendalam. Beratus ada (manusia) memiliki Jing 精 (hakekat). Shen adalah buktinya. Karena beratus ada memiliki hakekat maka perkabungan diagungkan. Firman takdir Guishen berkuasa atas semua yang berambut hitam. beratus suku takluk dan berlaksa manusia patuh. Liji XXI:II:1 – Jiyi

Kongzi menemui Nanzi, Zilu tidak suka hal itu. Kongzi lalu bersumpah, katanya, “Jika aku berbuat dosa, maka Tian akan menghukumku! Tian akan menghukumku!” Lunyu 6:28Yongye

Ayat-ayat di bawah ini akan menceritakan kisah penciptaan alam semesta dan sistem kasta alam semesta agama Khonghucu. Di samping itu, ayat-ayat di bawah ini juga akan memberi informasi mengenai Tuhan yang disembah dan tata ibadah bangsa Tiongkok kuno. Selain itu, apabila anda membacanya dengan teliti dan tanpa prasangka, maka anda akan memahami bahwa kitab suci agama Khonghucu dengan jelas dan tegas menentang penyembahan arwah orang mati, namun menuntut dilakukannya penghormatan dan pengenangan akan para leluhur yang berjasa kepada umat manusia. Semoga informasi yang sedikit ini dapat memicu keingintahuan anda untuk mempelajari agama Khonghucu dan agama Tiongkok kuno lebih teliti sebelum menghakiminya sebagai agama penyembah berhala dan penyembah arwah leluhur.

Sesungguhnya manusia itu adalah kebajikan (de 德) Tiandi 天地. Yinyang 陰陽 bercampur, Guishen 鬼神 menyatukan. Wuxing 五行 (limah tubuh) membuahi Qi 氣. Liji VII:III:1 – Liyun

Pada hakekatnya manusia adalah hati Tiandi 天地. Yang paling mulia di antara wuxing 五行 (lima tubuh – air, tanah, tanaman, binatang, manusia). Mencicipi berbagai makanan, menikmati berbagai nada dan berpakaian berbagai warna seumur hidupnya. Liji VII:III:7 – Liyun

Tiandi 天地 berpadu, maka sulung dari berlaksa ada pun jadi. Laki-laki dan wanita bersetubuh sesuai Li 禮 maka berlaksa generasi pun dimulai. Liji IX:III:7 – Jiao tesheng

Para raja yang telah mendahului kuatir li 禮 tidak dipahami sampai ke bawah. Maka dilakukan sembahyang korban (ji 祭) kepada Di 帝 di altar Jiao 郊 sehingga kedudukan Tian 天 ditetapkan. Dilakukan sembahyang (shi 祀) di altar she 社 di seluruh negeri untuk menerima berkat dari Di 地. Di kuil leluhur (zumiao 祖廟) sehingga didapat akar cinta kasih. Di Shanchuan 山 川 (altar gunung dan sungai) untuk menyapa Guishen 鬼神 (maharoh).  Di Wushi 五祀 (lima pelayanan) untuk menetapkan akar pengabdian manusia. Ada zongzhu 宗祝 (pendoa) di kuil leluhur, ada sangong 三公 (tiga menteri agung) di istana, sanlao 三老 (tiga tetua) di sekolah. Di hadapan raja ada wu 巫 (shaman), di belakangnya ada pencatat sejarah. Buwu 卜巫 (peramal batok kura-kura dan rumput shi), gu 瞽 (pemusik buta) dan you 侑 (pencicip makanan) ada di sebelah kiri dan kanannya. Raja ada di tengah-tengah. Sebagai hati yang tidak melakukan apa-apa untuk menjaga kebenaran. Liji VII:IV:2 – Liyun

Terlaksananya kesusilaan (Li 禮) di altar perbatasan (Jiao 郊) maka Baishen百神 (beratus roh) menjalankan tugasnya. Terlaksananya kesusilaan di altar She 社 maka beratus barang berlimpah. Terlaksananya kesusilaan di kuil leluhur (zumiao 祖廟) maka prilaku berbakti dan cinta kasih (xiaofu 孝慈) berkembang di mana-mana. Terlaksananya kesusilaan di lima pelayanan (wushi 五祀) maka hukum ditegakkan. Sembahyang di altar jiao, she, zumiao, shanchuan (altar gunung dan sungai) harus dilakukan sendiri. wushi (lima pelayanan) adalah cara untuk mengajarkan kebenaran dan keadilan (yi 義) yang dibungkus dalam kesusilaan. Liji VII:IV:3 – Liyun

Di altar Jiao 郊 dikorbankan Tesheng 特牲 (lembu muda tanpa cacat yang dipelihara secara khusus) sedangkan di altar Sheji 社稷 disajikan Dalao 大牢 (tiga ekor hewan dewasa). Ketika raja mengunjungi rajamuda, maka rajamuda menyuguhinya seekor lembu korban. Ketika rajamuda mengunjungi raja, maka sesuai Li, raja menghadiahinya dalao. Semuanya untuk memuliakan ketulusan dan keadilan. Raja tidak makan binatang hamil   juga tidak menjadikannya untuk korban bakaran (ji 祭) kepada Di 帝. Liji IX:I:1- Jiao tesheng

Altar She 社 adalah jalan suci Shendi 神地. Di mewujudkan berlaksa ada. Tian 天 mewahyukan berbagai peta. Mendapatkan berkat dari Di. Memperoleh hukum dari Tian. Maka dimuliakanlah Tian dan dikasihilah Di. Karena itulah diajarkan kepada masyarakat untuk mengucap syukur.  Kepala keluarga melakukannya di halaman rumah sedangkan kepala negeri melakukannya di altar She. Untuk menunjukkan yang pokok. Ketika dilakukan sembahyang di altar She, setiap orang keluar dari rumahnya. Ketika membangun altar She, semua warga negeri ikut bekerja. Demi altar She, dari gunung dan lembah bersatu memberikan persembahan. Itulah cara bersyukur kepada yang pokok dan membalas budi kepada yang mula. Liji IX:I:21 – Jiao tesheng

Kongzi berkata, “Memperlakukan orang mati sebagai bangkai itu tidak manusiawi. Karena itu, jangan dilakukan. Memperlakukan orang mati sebagai orang hidup itu tidak bijaksana. karena itu jangan dilakukan. Dikatakan: Bambu tidak dianyam dengan sempurna, keramik tidak dibakar hingga matang, kayu tidak dipotong dengan sempurna. Kecapi dan biolanya bersenar, namun nadanya rancu. Serulingnya dibuat secara lengkap tetapi suaranya tidak harmonis. Lonceng dan batu musik dibuat tanpa rak dan kuda-kuda. Semua itu disebut barang rohani (Mingqi 明器) untuk melayani makluk roh (Shenming 神明). Liji IIA:III:3 – Tangong shang

Zhongxian 仲憲 berkata kepada Cengzi 曾子, “Dinasti Xia 夏 menggunakan barang rohani (mingqi 明器); Hal ini untuk menunjukan kepada rakyat bahwa arwah orang mati (Zhi 知) itu tidak ada. Orang-orang dinasti Yin 殷 menggunakan perlengkapan sembahyang (jiqi 祭器); Hal ini untuk menunjukan kepada rakyat bahwa arwah orang mati itu ada. Orang-orang dinasti Zhou 周 menggunakan keduanya (mingqi dan jiqi); Hal ini untuk menunjukan kepada rakyat keraguan mereka akan keberadaan arwah orang mati.” Cengzi 曾子 berkata, “Bukan itu maksudnya! Bukan itu maksudnya! Barang rohani (mingqi) adalah peralatan untuk arwah (gui鬼), Perlengkapan sembahyang (jiqi) adalah peralatan untuk orang hidup, orang-orang kuno menggunakan keduanya untuk mengungkapkan cinta persaudaraan (qinhu 親乎).” Liji IIA:III:6 – Tangong shang

Kongzi mengatakan bahwa orang yang mengajarkan penggunaan barang rohani (mingqi 明器) adalah orang yang benar-benar memahami jalan suci perkabungan. Barang-barang tersebut nampak asli, namun tidak dapat digunakan. Ah..! Menggunakan barang-barang asli bagi orang mati, hal itu dapat mendorong orang untuk menguburkan orang hidup.  Liji IIB:I:44 – Tangong xia

Raja Suci (shengwang 聖王) menetapkan tatacara sembahyang korban (ji 祭) dan sembahyang pemujaan atau penghormatan (shi 祀). Yang berjasa menegakkan hukum di antara masyarakat disembahyangi (Shi 祀). Yang gugur mengemban tugas negara disembahyangi. Yang berjasa besar kepada negara disembahyangi. Yang berhasil mengatasi bencana alam besar disembahyangi. Yang berhasil memadamkan pemberontakan besar disembahyangi. Konon kaum Lishan memimpin kolong langit karena putra mereka yang bernama Nong mengajarkan cara membudidayakan beratus biji-bijian. Dinasti Xia menolaknya. Dinasti Zhou menentang penolakan itu dan melanjutkan menyembahyanginya dengan gelar Ji 稷 (dewa pertanian). Kaum Gonggong berhasil menyatukan kesembilan negeri. Anak itu namanya Houtu. Karena jasanya mempersatukan kesembilan negeri, dia disembahyangi dengan gelar She 社 (dewa bumi). Diku mampu memetakan rasi bintang dan mengajar rakyat untuk memanfaatkannya. Yao menyusun sistem hukum yang adil dan menegakkannya di antara rakyat. Shun sekuat tenaga mengajak rakyat bekerja keras hingga meninggal di hutan. Gun gagal mengatasi bencana banjir hingga dipenjara seumur hidup namun Yu puteranya mampu menggenapi pekerjaannya. Huangdi mendapatkan nama harum karena menciptakan beratus peralatan. Zhuanxu mampu melanjutkan pekerjaan Qi (menteri pendidikan Yao) dalam memajukan pendidikan masyarakat. Ming (menteri pekerjaan umum Yao) sekuat tenaga menjalankan tugasnya hingga mati tenggelam karena banjir. Tang sangat terkenal karena berhasil membebaskan rakyat dari penderitaan. Wenwang memerintah dengan bijaksana. Wuwang mengerahkan balatentaranya untuk membebaskan rakyat dari penindasan. Mereka semuanya melakukan jasa kepada masyarakat. Ibarat matahari, bulan dan bintang kejora, itu sebabnya rakyat sangat menghormati mereka. Gunung, hutan, sungai, lembah, bukit dan pegunungan adalah tempat manusia mendapatkan segala kebutuhannya. Yang bersalah kepada masyarakat menurut hukum tidak boleh disembahyangi. Liji XX:9 – Jifa

Hukum sembahyang korban (jifa 祭法). Kaum Youyu (Shun) menyertakan Huangdi dalam sembahyang korban Di 禘 dan menyertakan raja Ku dalam sembahyang korban jiao 郊. Zhuanxu sebagai nenek moyang dan Yao sebagai teladan. Dinasti Xia menyertakan raja Huangdi dalam sembahyang korban Di dan Gun (ayah Yu) dalam sembahyang korban jiao. Zhuanxu sebagai nenek moyang dan Yu sebagai teladan. Orang-orang Yin (Shang) menyertakan Ku dalam sembahyang korban Di dan Ming (menteri pekerjaan umum Yao yang gugur dalam menangani banjir) dalam sembahyang korban jiao. Qi (menteri pendidikan Yao) sebagai nenek moyang dan dan Tang sebagai teladan. Orang-orang Zhou menyertakan Ku dalam sembahyang korban Di dan menyertakan Ji (Menteri pertanian Yao) dalam sembahyang korban jiao. Wenwang sebagai nenek moyang dan Wuwang sebagai teladan. LiJi XX:1 – Jifa

Ayat-ayat tersebut di atas terdapat dalam kitab Si Shu dan Wu Jing. Saya bukan pemeluk agama Khonghucu sehingga merasa tidak berhak untuk melakukan apologetika (membela dan mengajarkan ajaran yang benar) atas ajaran agama Khonghucu, namun naluri li (kesusilaan) dan yi (keadilan) saya tergelitik mendapati begitu banyaknya orang Kristen yang menghakimi agama Khonghucu, bahkan mengolok-olok tata ibadahnya.

Sebagai seorang Tionghua Kristen, saya merasa memiliki sedikit kemampuan untuk mempelajari kitab Si Shu dan Wu Jing dan menerjemahkan sebagian ayatnya bagi para pembaca dengan harapan hal itu akan memicu naluri li (kesusilaan), yi (keadilan) dan zhi (hikmat) anda untuk mempelajari kitab-kita tersebut dengan lebih teliti lagi sehingga kita dapat mengembangkan naluri ren (cintakasih) sebagai sesama manusia.

4 thoughts on “Agama Khonghucu Di Mata Seorang Tionghoa Kristen

  1. Sangat sayang sekali saya baru tau artikel ini.
    Saya penganut Ru Jiao.
    Semoga ada media untuk saling shared hasil belajar,sehingga artikel ini tidak di biarkan seperti ini dan mungkin bisa di edit untuk patokan belajar lebih dalam akan ajaran Ru.

    Shanzai

  2. Saudara Han, senang anda berkunjung. silahkan klik di SINI untuk membaca tulisan-tulisan saya lainnya tentang ajaran kitab-kitab tionghoa kuno. Pengetahuan saya masih sedikit, belum mampu menulis banyak. Saya senang sekali bila anda dan yang lainnya mau menguji yang saya tulis. Dengan cara demikianlah kita mendapatkan ilmu yang murni.

  3. Menurut anda, bagaimana seharusnya seorang Tionghua Kristen menghormati orang tuanya saat meninggal, terutama bila orangtuanya bukan Kristen dan disembahyangi dengan tatacara agama Konghucu atau Budha.
    Salam

  4. Menarik & cukup menjelaskan. Saya pribadi bukan seorang Tionghoa Kristen, tapi tulisan ini menambah wawasan saya. Terimakasih atas tulisannya

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.