
Tempo.co Metro
Dari 2.200 lokasi banjir di DKI tahun 2012 Ahok sudah berhasil membenahi 2.120 lokasi sehingga tinggal 80 lokasi lagi dalam penanganan. Inikah jurus Anies MEMBUAL akan mengatasi banjir dengan vertical drainage?
Kerabatku sekalian, kita harus objektif dalam menilai prestasi Ahok dan menguji itikad baik pernyataan dan janji-janji Anies selama kampanye. Kadang-kadang program Ahok yang dikecam habis-habisan oleh Anies Sandi justru menunjukan prestasi Ahok yang luar biasa.
Mungkinkah masalah banjir dan air bersih Jakarta sudah selesai karena Anies Sandi sudah mengecam Ahok dan memberi janji-janji kepada masyarakat? Kecaman dan janji-janji mereka menunjukkan kehebatan atau justru membuktikan keduanya tidak punya pengetahuan dan kemampuan untuk memimpin Jakarta? Bahkan memimpin kelurahan saja nggak becus?
Prestasi kerja Ahok Djarod dalam penanggulangan banjir dan air bersih Jakarta bisa dilihat dan dibuktikan sejak kampanye 2012 sampai hari ini.
Prestasi Anies Baswedan sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan selama 21 bulan adalah dipecat oleh presiden Jokowi karena kinerjanya buruk. Menteri Keuangan Sri Mulyani memuji kehebatan Anies salah menghitung anggaran tunjangan guru Rp 23,3 Triliun. Ingat, triliun bukan milyar.
Prestasi Sandiaga Uno sebagai salah satu direktur PT. Adaro Energy Tbk adalah mengundurkan diri pada 16 April 2015. Prestasi Sandiaga Uno sebagai Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk adalah mengundurkan diri dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 10 Juni 2015.
Dalam dunia usaha, tindakan Direktur Utama mengundurkan diri dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hanya berarti satu hal yaitu gagal membela diri dan diberi kesempatan untuk mengundurkan diri atau dipecat.
Tindakan salah satu Direktur mengundurkan diri sebelum RUPSLB tanpa alasan hanya berarti satu hal yaitu terpaksa mengundurkan diri karena pasti dipecat tanpa kesempatan untuk mengundurkan diri.
Jurus Ahok Menangani Banjir DKI
Jurus Ahok menangani banjir DKI adalah: Normalisasi sumur resapan (Vertical Drainage). Normalisasi selokan. Normalisasi kali. Normalisasi sungai. Normalisasi tanggul. Normalisasi danau (embong). Normalisasi waduk. Jurusnya benar-benar afdol. Dari 2.200 lokasi banjir tahun 2012, Ahok berhasil membenahi 2.120 lokasi sehingga tinggal 80 lokasi lagi yang sedang dalam penanganan.
Normalisasi Sumur Resapan (Vertical Drainage) bukan trobosan Anies karena Jokowi Ahok sudah berhasil menjalankannya. Buktiny, Selasa, 01 September 2015 yang lalu, Kepala Dinas Tata Air, Tri Djoko bersaksi bahwa dalam tiga tahun (2012-2015), Ahok sudah membangun 34.218 sumur resapan. Dalam tahun 2016 -2017 akan dibangun 26.000 sumur resapan.
“Pembangunan sumur resapan ini tidak bisa kita percepat karena kondisi lapisan bawah tanah di wilayah Jakarta berbeda-beda, tidak sama antara wilayah yang satu dengan yang lain,” kata Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 11 November 2013.
Pasukan Orange yang, “membersihkan sampah yang menyumbat saluran air, memunguti sampah yang dibuang sembarangan, menambal lubang kecil di trotoar dengan semen, dan masalah kerusakan pada sarana dan prasarana umum di Jakarta,” sudah menjadi buah bibir sejak lama.
Pasukan Biru Dinas Tata Air DKI yang rajin membersihkan luapan air ketika terjadi genangan dan banjir di Jakarta bukan hanya kita hormati kerja kerasnya namun juga keberaniannya dan pengabdian tanpa tedeng aling-aling mereka.
Normalisasi kali dan sungai dilakukan oleh Ahok dengan mengembalikan fungsi kali dan sungai yang selama ini dijarah dan direlokasi seenak jidatnya sehingga di musim penghujan terjadi banjir. Normalisasi tanggul dilakukan dengan membangun jalan inspeksi dan tanggul-tanggul: selokan, kali, sungai, danau (embong) dan waduk.
Walapun awalnya ditentang namun akhirnya masyarakat miskin di bantaran selokan, kali, sungai, danau (embong) dan waduk yang direlokasi ke rusunawa justru bersyukur karena akhirnya mereka menjalani hidup yang lebih sehat dan murah serta loh jinawi.
Itu sebabnya mereka yang mengaku-aku aktivis HAM dan berlagak pahlawan padahal menghasut dan membodohi rakyat miskin itu akhirnya jadi pahlawan kesiangan.
Tentang Waduk, di Rumah Lembang, 29 November 2016, Ahok menunjukkan, “Sebelumnya, kan kami sudah bereskan 50 waduk?”
“Sebagai program terbaru kami, rencananya, kami akan bangun 39 waduk atau embung lagi,” lanjut Ahok.
“Saya targetkan sekitar tahun 2018 sampai 2019 semua tanggul yang ada di Jakarta harus sudah beres dan berfungsi dengan baik. Semakin cepat tanggul-tanggul dibangun dan dibenahi semuanya, maka akan semakin cepat juga kita bisa mengatasi masalah banjir di Jakarta, yang penting cepat dibereskan,” janji Ahok.
Anies Menangani Banjir
Di kantor DPP Gerindra, Kamis 16/2/2017, Anies memaparkan, “Pengelolaan air harus menggunakan vertical drainage, bukan horizontal drainage. Artinya, dialirkan ke laut saja belum cukup. Tetap dimasukkan ke bumi, dan bumi Jakarta memerlukan air. Ke depan, vertical drainage, bukan horizontal drainage.”
lanjut Anies, “Dengan cara seperti itu, harapannya, volume air yang dialirkan ke sungai bisa berkurang. Karena air itu sudah masuk ke tanah sebelum dikirimkan ke sungai.”
Akhirnya Anies mengakuinya, “Tentu tanggul ditambah. Tempat seperti setu ditambah untuk bisa menampung ketika volume air besar. Itu tentu diperlukan. Di banyak tempat memang harus diperlukan, ya.”
Di Cipinang Melayu, Senin, 20 Februari 2017, berlagak pahlawan Anies bersabda, “Serapan itu penting, kalau rencana itu tidak terlaksana, konsekuensinya rencana normalisasi tidak jalan, kalau tidak jalan konsekuensinya program tidak berhasil, contohnya sekarang.”
“Ini harus dibereskan segera, program yang sudah bertahan, pelaksanaannya harus dijalankan dengan baik, agar tuntas dengan segera,” Anies mengecam program penanggulangan banjir DKI Jakarta yang dinilainya gagal karena masih banjir.
Anies menuduh pemerintah mengabaikan Sungai Cikeas dan Sungai Sunter, ” Dua itu tidak pernah mendapat perhatian serius, ini pertama kali warga mendapat perhatian.”
Kesimpulan
Kerabatku sekalian, ternyata pengetahuan Anies tentang banjir jakarta terbukti TELOLET sementara nafsunya menghusat masyarakat Jakarta untuk membenci Ahok dan Djarod menghalalkan segala cara itu benar-benar mengenaskan.
Janji-janji Anies untuk mengendalikan banjir Jakarta terbukti TELOLET dan HOAX. Tindakannya menuduh pemerintah nggak becus menangani Kali Sunter dan Ahok nggak peduli pada masyarakat adalah pembohongan publik.
Kita sudah tahu bahwa banjir di RW 12 Cipinang Melayu terjadi karena pengerjaannya belum tuntas, “Baru dipasang beronjong-beronjong. Baru setelah enggak hujan, kami pasang sheet pile. Kalau sekarang percuma, hanyut sheet pile-nya,” ujar Wakil Gubernur Djarot saat meninjau kerja bakti di Phb Cililitan Besar, Minggu (19/2/2017).
Memang nurut saya,untuk ngatasi banjir di DKI tidak gampang siapapun gubernurnya. Apalagi yg baru menawarkan. Nah, waktu menawarkan aja, ga bcus pemahamannya, gimana waktu praktiknya nanti ya?😂😂
Tks atas ulasan Anda suhu hai hai. Saya jadi semakin dicerahkan ttg jurus2 sakti sang maestro dlm ngatsi banjir stelah baca blog Anda ini.
Btw, Ahok dulu kuliahnya jurusan apa ya? Urusan airpun dia lebih sakti nampaknya…
Ahok dulu sarjana Geologi pertambangan. Dia juga MBA. Pengalaman kerjanya adalah jadi pengusaha Tambang timah. Pengetahuannnya tentang AIR dalam praktek luar biasa sehubungan dengan perusahaan pertambangan timahnya. Yang membuat dia hebat adalah perusahaannya bukan perusahaan yang cari untung dengan menggarong milik negara namun dari cari untung itu sebabnya dia jago karena terlatih mengakali masalah perusahaan.