Agus Mencuri Start Kampanye di Vihara Avalokitesvara Mangga Besar?


Tempo.co

Tempo.co

Mustahil menuduh Agus Silvie mencuri start Kampanye di Vihara Avalokitesvara Mangga Besar tanggal 19 September 2016 yang lalu karena kampanye belum dimulai bahkan pendaftarannya baru dibuka oleh KPU.

Namun kita semua tahu bahwa tujuan Agus Silvie ke Vihara tersebut adalah meminta dukungan warga Tionghoa dalam Pilkada DKI 2017. Meskipun dibumbui berbagai rempah harum namun fakta pemberitaannya benar-benar tidak sedap baunya.

Bagaimana warga Jakarta bisa mengharapkannya menjadi Gubernur yang jujur kalau caranya mencuri start benar-benar mengenaskan dan tindakan tim suksesnya (Wasekjen PKB Daniel Johan dan Maha Bhikku Suhu Duta Wira) benar-benar mencuri kebajikan.

Tanggal 19 September 2016 adalah hari ulang tahun Dewi Kwan Im, Dewi Welas Asih (Kwan Im Hud Co). Sejak hari itu seluruh umat melakukan ibadah sejak pagi. Seharusnya Agus Silvie dan para begundalnya termasuk Wasekjen PKB Daniel Johan dan Maha Bhikku Suhu Duta Wira tidak menodainya dengan mencuri start Kampanye.

Ada tiga calon Gubernur di Pilkada DKI  2017. Selain menjagokan Agus Silvie sebagian umat mendukung Anies Sandi dan yang lainnya adalah teman Ahok Jarot. Kalau masing-masing pendukung menggunakan Vihara Avalokitesvara Mangga Besar untuk kampanye, pastilah terjadi kegaduhan dan perpecahan.

Itu sebabnya sejak Indonesia merdeka orang-orang Tionghoa tidak pernah menggunakan Vihara untuk kampanye pemilihan umum maupun pemilihan presiden apalagi pilkada. Makanya, tindakan Agus Silvie demikian sangat dipandang rendah sebagai pencuri kebajikan dan Wasekjen PKB Daniel Johan dan Maha Bhikku Suhu Duta Wira dianggap BEGUNDAL yang menghalalkan segala cara untuk menjilat tuannya Agus Silvie.

Ucapan Maha Bhikku Suhu Duta Wira, “Keduanya kami titipkan kebhinekaan Jakarta sehingga kami sebut Hopeng Agus. Pertemuan ini tidak direkayasa merupakan Welas Asih, maha penolong Dewi Kwan Im,” adalah pembohongan publik karena HOPENG (sahabat) tidak mungkin menjamu tamu ke Vihara saat merayakan hari ulang tahun Dewi Welas Asih Kwan Im.

Kalau tidak direkayasa, mustahil para pegundal Agus Silvie pasang baliho raksana 5 meter, “Selamat Datang Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., MPA., M.A dan Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si di Wihara Avalokitesvara Mangga Besar No 58 Jakarta Pusat.

Pada Hari Welas Asih Dewi Kwan Im umat Buddha hanya bersembahyang namun tidak membuat pesta. Itu sebabnya menanggap Barongsai dan Ondel-Ondel adalah rekayasa Maha Bhikku Suhu Duta Wira yang mulia alias suhu Benny yang sakti mandraguna untuk menyambut anak SBY.

Tindakan Maha Bhikku Suhu Duta Wira tersebut benar-benar kurang ajar karena itu berarti dia  menganggap Agus Silvie jauh lebih mulia sehingga layak disambut dengan Barongsai dan Ondel-Ondel dibandingkan dengan Dewi Kwan Im yang Welas Asih.

Wasekjen PKB Daniel Johan yang terhormat, selain orang Tionghoa elu juga Buddhis (penganut agama Buddha). Kenapa elu berani melakukan tindakan kurang ajar demikian? Memangnya kesusilaan memuliakan Shen (Dewa) di atas sesama manusia sudah tidak diajari lagi di rumah kalian?

Kebaktian Hari Welas Asih dilakukan dua kali. Jam 06.00 dan 09.00 WIB. Kebaktian jam 09.00 paling rame. Itu sebabnya Maha Bhikku Suhu Duta Wira merekayasa agar Agus Silvie hadir jam 09.30 WIB. Tujuannya sudah pasti agar rame.

Kenapa Maha Bhikku Suhu Duta Wira merekayasa acara silaturahmi Agus Silvie dan tokoh-tokoh Tionghoa pada Hari Welas Asih? Tentu saja karena dia tahu kalau di adakan pada hari lain, pasti tidak ada yang mau datang.

Setelah ngobrol di lantai 3, Maha Bhikku Suhu Duta Wira mengajak Agus Silvie turun ke lantai dua ke ruang altar utama atau ruang Dharmasala (ruang dharma) lalu menyapa umat dan berkata, “Umat mari kita kasih hormat sekali kepada beliau. Kita bahagia didatangi dan dikunjungi saudara setanah air, sebangsa kita.

Kerabatku sekalian, siapa yang memuliakan dan siapa yang dimuliakan di ruang Dharmasala? Yang harus memuliakan di ruang Dharmasala adalah umat Buddhis. Siapa yang harus dimuliakan oleh umat buddhis di ruang Dharmasala? Memberi hormat di ruang Dharmasala artinya menyembah. Menghormat satu kali artinya menyembah satu kali.

Menyuruh umat Buddhis menyembah Agus Silvie satu kali di ruang Dharmasala? Wow ….. Itu benar-benar melanggar kesusilaan.

Handai taulanku sekalian, itulah alasan kenapa orang Tionghoa ini benar-benar merasa prihatin ketika diajak bicara bahkan diharapkan untuk menulis blog tentang Agus Silvie Sambangi Vihara Avalokitesvara Mangga Besar. Aku benar-benar malu melihat perilaku orang-orang Tionghoa tidak tahu malu tersebut. Mereka benar-benar mencuri kebajikan.

Fanchi minta diajari tentang pertanian. Kongzi berkata, “Aku bukan lawan petani tua.” Lalu Fanchi minta diajari tentang perkebunan. Kongzi berkata, “Aku mustahil sebanding dengan tukang kebun tua.” Setelah Fanchi pergi, Kongzi berkata, “Fanchi orang picik! Bila penguasanya berkesusilaan (haoli 好禮 ) mustahil rakyat berani tidak hormat. Bila penguasanya berkeadilan (haoyi  好義) mustahil rakyat berani tidak taat. Bila penguasanya baik hati (haoxin 好好) tidak mungkin rakyat berani tidak mencintai. Bila penguasanya memang demikian maka dari keempat penjuru rakyat akan berbondong-bondong datang mengabdi. Untuk apa dia belajar bertani?”  Lunyu 13:4:1-3 – Zilu

4 thoughts on “Agus Mencuri Start Kampanye di Vihara Avalokitesvara Mangga Besar?

  1. sebaiknya tidak perlu dikomentari sebagai curi start kampanye,,wong mereka mau tiap hari kesana juga tidak masalah..

  2. Alkisah di halaman sebuah rumah ada hewan buas, para penghuninya takut keluar rumah dan beraktifitas karena pasti akan digigit hewan buas tersebut. Daripada hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran, pembantu rumah itu berinisiatif untuk mencoba memberikan makanan kepada hewan buas tersebut, dengan harapan bahwa hewan buas itu kemudian menjadi jinak dan kelak tidak akan menggigit seluruh penghuni rumah.

    Padahal, apabila mau berusaha dan bekerja sama, seluruh penghuni rumah itu bisa bersama-sama menangkap hewan buas itu selagi hewan itu belum bertambah besar dan memiliki gigi besar dan cakar yang tajam dan kemudian membuangnya ke tempat hewan buas itu pantas berada dan tidak akan bisa membuat ketakutan seluruh penghuni rumah itu lagi dan tidak akan memakan hewan ternak peliharaan para penghuni rumah itu

    Apakah cara pembantu rumah itu salah ? apakah penghuni rumah yang masa bodoh itu salah ?
    Menjadi salahnya para penghuni rumah itu, apabila kelak hewan buas itu masih saja menggigit penghuni rumah dan memakan hewan ternak para penghuni rumah itu walau hewan buas itu telah diberi makan secara rutin oleh pembantu rumah itu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.