Walaupun saya yang menulisnya, namun tulisan ini adalah 100% ajaran yang diajarkan oleh blogger Happy Lee kepada saya. Dia sendiri tidak menulisnya, karena baru belajar memakai komputer.
Mungkin bila kemampuan komputernya cukup, nanti dia berkenan untuk membagikan bijaksananya kepada kita semua. Namun sebelum itu, baiklah saya menulis salah satu yang dia ajarkan kepada saya. Walaupun saya menuliskannya dengan kalimat-kalimat saya, namun semuanya adalah apa yang diajarkannya. Sudah puluhan tahun saya kenal Happy Lee, bahkan saya mengenalnya sejak kecil.
Menurut Happy Lee, kita harus berterimakasih kepada orang yang kita tolong. apa yang diajarkannya sungguh melanggar apa yang selama ini kita pelajari dan yakini.
Suatu hari, saya dan Happy Lee sedang asyk ngobrol dengan beberapa orang teman lainnya. Seorang teman lalu bercerita betapa dia merasa berhutang budi kepada seseorang yang telah menolongnya ketika dia dalam kesulitan keuangan. Perasaan hutang budi itu sangat membebaninya.
Seorang teman yang lain lagi lalu menyatakan bahwa dia paling pantang minta tolong, karena minta tolong ketika mendapat kesulitan akan merepotkan orang yang dimintai tolong dan menimbulkan hutang budi ketika mendapat pertolongan.
Teman yang lain lagi justru menyatakan sakit hatinya karena orang-orang yang ditolongnya melupakan pertolongannya begitu saja. Dia lalu memuji teman pertama yang setia pada hutang budinya dan teman kedua yang pantang minta tolong. Setelah puas mendengarkan diskusi kami, tiba-tiba Happy Lee bertanya,
“Apa yang terjadi pada seseorang ketika dia menolong seseorang?” Kami memandangnya heran lalu dia mengulangi pertanyaannya. Dari berbagai jawaban yang didapat maka saya menyimpulkan bahwa minimal ada tiga hal yang akan diperloleh oleh seseorang ketika menolong orang lain:
- Dia akan merasa senang karena telah menolong
- Dia akan mendapat balasan dari Tuhan
- Dia akan mendapat seseorang yang akan membalas budinya dengan menolongnya ketika dalam kesulitan
Happy Lee lalu bertanya, “Apa yang didapat oleh seseorang yang mendapat pertolongan?”
Setelah melewati diskusi yang panjang, saya menyimpulkan:
- Dia mendapat kesempatan untuk mengatasi masalahnya
- Dia merasa ada yang menyayanginya
Happy Lee lalu bertanya, “Siapa yang mendapatkan keuntungan paling banyak? Yang menolong atau yang ditolong? Siapa yang mendapatkan keuntungan paling banyak, walaupun orang yang ditolong melupakan hutang budinya?”
Kami memandang Happy Lee dengan pandangan terheran-heran, karena apa yang diajarkannya belum pernah terpikirkan seumur hidup kami. Saya sendiri bahkan dalam mimpi sekalipun tidak pernah menemukan ajaran seperti itu.
“Itu sebabnya, kita harus mengucapkan terima kasih kepada orang yang meminta pertolongan dan kita menolongnya. Mungkin kita merasa gengsi untuk mengucapkan terima kasih, namun baiklah kita mengungkapkannya dengan tidak mengharapkan balas budi apalagi mengharapkan dia memperlakukan kita dengan istimewa. Karena tanpa itu, kita sudah mendapat lebih.”
Ketika kami masih terlongong-longong memikirkan apa yang diajarkannya, kembali Happy Lee berkata,
“Jangan ragu untuk minta tolong kepada orang lain ketika kamu mendapat kesulitan dan tidak mampu mengatasinya sendiri, karena pada saat itu kamu sedang berbuat baik, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbuat baik sehingga merasa senang dan mendapat balasan dari Tuhan. Jangan sembarangan minta tolong, sebab kamu harus memilih apakah orang tersebut layak untuk menolong kamu, sebab ketika minta tolong pada seseorang, kamu sedang melebarkan pintu surga bagi orang tersebut.”
Saya tidak tahu, berapa lama kami terdiam merenungkan apa yang diajarkan oleh Happy Lee itu, namun saya sendiri merenungkannya hingga terlelap.