Saya memulai karir tampil di muka umum sejak kecil, jadi asisten penjual obat keliling di pasar, upahnya selain uang juga trik-trik sulap dan jurus-jurus bela diri, karena karir tersebut, saya nggak pernah dikompas (dimintai uang) lagi oleh preman pasar. Saya menjalankan karir itu dengan memakai topeng, agar mama tidak tahu, teman teman tidak tahu. Saya menjalani karir itu bukan karena kemauan sendiri, tetapi terpaksa menjalaninya sejak suatu hari setelah mengantarkan kueh ke toko yang memesan kue buatan mamaku, aku tertarik untuk ikut berkerumun menonton seorang tukang obat berbadan kekar dengan kumis baplang dan golok tersandang sedang memperagakan jurus-jurus bela dirinya dan sulap. tiba-tiba saja dia melotot padaku, satu-satunya china yang ikut nonton dan menarikku ke tengah lalu menghujani tubuhku dengan berkali-kali bacokan. Saya tidak sempat berteriak karena tidak menyangka apa yang akan terjadi. Anehnya, saya tidak merasa sakit sama sekali. Saya kebal. Dia lalu menyuruh saya mengedarkan obat kuat yang dijualnya. Ketika pertunjukan selasai, dia meberiku uang, Rp. 500, – cukup untuk membeli 20 mangkok bakso komplet.
Waktu SMP saya adalah orang paling minder sedunia yang takut memperlihatkan diri di hadapan orang banyak. Saya memilih dikasih nilai 4 untuk mata pelajarn kesenian daripada maju ke depan untuk menyanyi, padahal di rumah udah latihan menyanyikan lagu Padamu Negeri dalam 1 X tarik napas. Saya juga memilih untuk disebut siswa bodoh daripada harus menjawab pertanyaan guru dengan terbata-bata. Bukannya saya tidak bisa menjawab, tetapi saya takut dan malu.
Waktu SMA suatu hari saya pergi ke sebuah persekutuan mahasiswa, sebagai orang baru saya diharuskan memperkenalkan diri. Saya maju, nggak tahu berdiri berapa lama, muka pucat, lutut gemetar, mulut jadi bisu, perut rasanya kejang dan saluran kencing terasa penuh mau muncrat. Awalnya MC dan Song Leader menyangka saya sedang melucu, mereka justru mengerjai saya. Waktu berlalu keadaan saya semakin parah. Karena kasihan, saya lalu disuruh duduk kembali. Semua orang memandangku dan pinjam istilah nona Riyanti Yang terhormat, “AKU BENCI PANDANGAN ITU” Saya berjanji, hal itu tidak boleh terjadi lagi. Maka saya tidak pernah ikut persekutuan lagi karena takut disuruh ke depan lagi.
Saya kangen ikut persekutuan namun takut di suruh ke depan. Akhirnya kangen menang, saya ikut persekutuan setelah berlatih selama 2 minggu di rumah, apa yang harus saya katakan ketika memperkenalkan diri. MC yang memimpin persekutuan kali ini benar benar kurang ajar. Ketika dia bertanya siapa yang baru pertama kali datang ke persekutuan ini? Saya tidak mengangkat tangan saya. Ha ha ha … saya merasa diri pintar karena berhasil menipunya. Setelah semua orang yang angkat tangan memperkenalkan diri, tiba tiba MC itu berkata, “Saudara-saudara siapa yang merasa orang yang duduk di dekatnya adalah orang yang baru pertama kali ikut dalam persekutuan ini, namun belum memperkenalkan diri, silahkan angkat tangan.” Semua tangan di sekitarku terangkat.
Ketika diundang, saya terpaksa melangkah ke depan. Dengan sudut mata saya mencuri pandang dan melihat banyak wajah yang sudah pernah saya lihat ketika ikut persekutuan pertama saya dulu. MC kali ini walaupun cerdik, namun nampaknya cukup bijaksana. Dia memberiku semangat untuk memperkenalkan diri, bahkan mengajariku untuk melakukannya. Saya mengalami kejadian sama seperti persekutuan pertama berminggu-minggu yang lalu. muka pucat, mulut terasa kering dan pahit, lutut gemetar, mulut jadi bisu, perut rasanya kejang dan saluran kencing terasa penuh mau muncrat. Saya berusaha menguatkan diri, bukankah saya sudah menghafalkan apa yang ingin saya katakan selama 2 minggu? Saya mengangkat kepala saya dan menatap yang hadir, saya merasa telanjang, malu sekali. Dalam suasana malu dan ketakutan itu, tiba-tiba saya mampu mengucapkan sesuatu. Ruangan menjadi gemuruh dengan tawa dilanjutkan bunyi tepuk tangan. Mampus Gua, itulah yang bergema dalam hatiku ketika sadar kalimat apa yang meluncur dari bibirku tadi.
Bunyi tepuk tangan masih bergema, suara tawa terus membahana. Seperti anjing yang terpojok yang menyadari bahwa tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri selain menghadapi para pengepungnya, itulah yang saya rasakan saat itu. Kepalang tanggung, bisikku dalam hati, paling gua pingsan. Rasa malu dan takut hilang begitu saja, ada rasa yang aneh memenuhi dadaku, tiba tiba saja saya merasa berani. Saya pun mengangkat kepala untuk menantang mata siapa saja yang tertuju kepadaku. Gelak tawa masih bergema, sementara bunyi tepuk tangan terus membahana. tiba-tiba saya tahu, mereka tidak sedang menghina atau mengejekku, mereka sedang menikmati apa yang kukatakan tadi, mereka menyukaiku, mereka sedang memujiku. Mereka tidak akan menyakitiku, tatapan mereka tidak menyakitkan, wajah mereka tidak menakutkan. MC pinter itu lalu mengajak yang hadir menghentikan tawa dan tepuk tangannya. Suasana menjadi sepi dengan di sana sini beberapa orang tetap tergelak, dan banyak yang menahan tawanya. aneh tetapi nyata, saya menikmati semuanya. Ketika suasana tenang kembali, mc itu sambil tersenyum memberi kesempatan padaku untuk memperkenalkan diri lebih lanjut. Kali ini saya dapat memperkenalkan diri dengan lancar, seolah sedang ngobrol dengan teman-teman.
Persekutuan itu adalah persekutuan mahasiswa yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga Kristen. Saya adalah satu-satunya anak SMA yang menghadiri persekutuan itu. Hal itu terjadi karena saya mendapatkan undangannya ketika menghadiri acara pemutaran Film Jesus di sekolahku. Sekali menghdirinya, maka saya selalu menerima undangan untuk menghadirinya lagi yang di antar ke tempat kostku. Persekutuan itu diselenggarakan di tempat yang berbeda setiap kalinya. Ketika menghadirinya untuk yang kedua kalinya, seharusnya saya tidak perlu memperkenalkan diri lagi, karena sudah pernah menghadirinya, namun karena tempatnya berbeda, maka otak SMA saya yang lugu menyangka itu persekutuan yang kuhadiri untuk pertama kalinya.
Saya tidak tahu siapa yang menentukan namun mereka memilih saya untuk menjadi MC mewakili sekolah saya untuk persekutuan berikutnya. Saya sebenarnya tidak mau, namun tidak berani menolak, karena yang menyatakan saya harus menjadi MC adalah seorang ambon dengan badan kekar, hitam dan mengerikan. Ketika mengatakan saya harus jadi MC persekutuan berikutnya, dia mengatakannya sebagai pemberitahuan dan perintah, bukan untuk minta persetujuan. Saya pikir, akan menghadap kepala sekolah keesokan harinya untuk menceritakan hal itu agar dia bisa menunjuk murid lain untuk menggantikanku.
Saya selalu mengenang malam itu sebagai malam yang dasyat, malam di mana saya mulai menjadi adidas. Malam di mana saya memecahkan kepompongku dan merayap keluar untuk menjadi kupu-kupu. Banyak teman memujiku hebat. Namun yang terjadi bukan begitu. Yang terjadi adalah saya tidak punya pilihan lain malam itu, saya terpaksa menghadapi apa yang harus saya hadapi malam itu.
Ketika Tuhan ingin kau melakukan sesuatu, maka engkau memiliki dua pilihan, melakukannya secara sukarela atau Dia akan memaksamu melakukannya.
Mungkin anda ingin tahu, apa yang saya ucapkan tanpa saya sadari malam itu? Saya tidak pernah berlatih mengucapkan kalimat itu, bahkan memikirkan dan memimpikan untuk mengucapkannya pun tidak pernah. Ketika mengucapkannya itu keluar begitu saja. Mungkin itulah pertama dan terakhir kali saya berbahasa roh? Mungkin itu adalah nubuatan tentang jalan hidup saya? Saya tidak tahu, namun saya benar-benar mengucapkan kalimat itu. “SAYA MASIH PERJAKA!”
Hahaha…ternyata dulu kamu pemalu ya Hai?
” Ketika Tuhan ingin kau melakukan sesuatu, maka engkau memiliki dua pilihan, melakukannya secara sukarela atau Dia akan memaksamu melakukannya.”
Suka banget kalimat ini …
@rachel, sampai sekarang hai-hai masih pemalu kok ^.^
suka bersemu merah.. entah malu atau marah, tanya sendiri ha..ha..ha..
Rachel, sampai hari ini teman-teman SD dan SMP bahkan SMA masih sering bilang aku dulu KAMSE alias kampungan sekali, NDESIT (ndeso banget). Ha ha ha ha ha ha ha …. Sebenarnya sampai saat ini juga masih pemalu lho.
Tanya aja si Happy lee yang tahu bahwa setiap kali aku tampil maka lututku bergetar dan keluar keringat dingin. Namun setelah 5 menit, semuanya jadi teman.
Salah satu hal yang membuat hai hai berkurang malunya adalah gara gara joli tuh.
Saya sebenarnya tidak mau, namun tidak berani menolak, karena yang menyatakan saya harus menjadi MC adalah seorang ambon dengan badan kekar, hitam dan mengerikan.
Hahahaha pak bengcu terus terang saya ketawa terus pas baca tulisan diatas, kesannya sudah seperti ditodong preman pasar :p
@ STNL, dia memang MANTAN preman terminal pulau Gadung sebelum menjadi penginjil pada saat itu. Sesungguhnya, dia orang yang sangat baik. Dialah Ayah angkat saya yang mengajari saya tentang hidup.